"Too big, too fast, too strong, too good!"Â adalah kata-kata ikonik yang diucapkan oleh Stacey King, salah satu penyiar acara NBA, kepada Derrick Rose yang saat itu menjalani musim keduanya bersama Chicago Bulls. Â
Kehadiran Rose saat itu membuat pendukung Bulls menyematkan gelar The Next Jordan.
Julukan itu hadir setelah performa Rose yang sangat eksplosif dan ciamik berhasil menjadikan Bulls sebagai tim yang disegani. Secara individual, Rose berhasil menyabet gelar Rookie of the Year 2009 dan masuk jajaran All Star di tahun berikutnya.Â
Seolah belum puas, di tahun ketiganya Rose berhasil meraih gelar MVP, sekaligus menjadi pemain termuda (22 tahun 6 bulan) yang pernah menorehkan prestasi tersebut.Â
Ekspektasi melambung tinggi dan harapan melampaui langit kepada Rose saat itu. Pendukung Bulls sendiri sudah menunggu lama untuk melepas dahaga akan masa jaya MJÂ yang sudah lama berakhir sejak tahun 1998.
Namun, tidak ada yang pernah tahu masa depan. Rose mulai mengalami rentetan cedera parah setelah musim MVP-nya.
Musim 2011/2012, Bulls berhasil melaju ke babak playoff. Lawan pertama mereka adalah Philadelphia 76ers. Rose melakukan manuver menusuk ke dalam untuk mencetak angka dengan gaya khasnya.Â
Nahas, Rose mendarat dengan tidak sempurna dan mencederai lutut kirinya. Rose mengerang kesakitan dan tidak mampu bangkit.Â
Diagnosa Dokter adalah Rose mengalami cidera yang menjadi momok mengerikan bagi para atlet yaitu Robek pada Anterior Cruciate Ligament atau biasa disebut ACL.Â
Perlu diketahui bahwa cidera ACL banyak memakan korban pemain - pemain NBA lainnya. Jay williams, David West dan Jamal Crawford adalah beberapa nama - nama lawas yang mengalami hal serupa. Rose sendiri akhirnya harus absen di sisa Playoff 2012 dan tentunya melewatkan musim 2012/2013.
Rose berujar saat diwawancarai ESPN bahwa dirinya telah sembuh dan siap tampil lebih eksplosif di musim ini. Pembuktian tersebut ia tunjukkan pada penampilannya sepanjang awal musim 2013/2014.Â
Rose tampil tanpa celah dan tidak mengurangi intensitas permainannya, namun hal itu pula lah yang menyebabkan sebuah petaka. November 2013, Rose kembali mengalami cidera yang kali ini menimpa meniskus lutut kanannya. Akibat cidera ini, Rose pun harus menepi sepanjang musim. Para fans pun dipaksa kembali menunggu.
Rose akhirnya kembali ke lapangan pada Oktober 2014. Bulls musim ini diisi oleh beberapa pemain yang siap membantunya untuk melangkah jauh di Playoff. Bak ayam ditambat disambar elang, Rose kembali mengalami cidera di meniskus lutut kananya. Beruntung, ia hanya butuh waktu 1 bulan untuk kembali berlaga dan mengantar Bulls ke semifinal wilayah timur sebelum dikalahkan Cavaliers nya Lebron James, yang saat itu menjadi juara NBA.
Musim 2015/2016, Rose masih bermain untuk Bulls bersama dengan Jimmy Butler, Pau Gasol dan Joakim Noah. Rose hanya mengalami cidera retak tengkorak di sekitar pipi kirinya dan terpaksa bermain menggunakan topeng pelindung.Â
Di musim ini, Bulls gagal melaju ke Playoff setelah hanya menjadi yang terbaik ke-9 dengan torehan 42 menang dan 40 kalah. Selisih 2 kemenangan dengan Detroit Pistons di posisi ke-8 Wilayah Timur. Musim ini menjadi musim terakhir kebersamaan Bulls dan Rose.
 Manajemen memutuskan untuk menukarnya ke New York Knicks untuk mendapatkan Robin Lopez, Jerian Grant dan Jose calderon. Rose yang mengetahui hal ini lewat agennya, BJ Armstrong menangis ketika peliputan dokumentasi dirinya oleh Stadium di Los Angeles. Belakangan diketahui, Manajemen Bulls ingin memberi ruang untuk Jimmy Butler yang sedang naik daun.
Rose kembali ke Chicago dengan seragam barunya untuk pertama kali pada 4 November 2016 dan berhasil menuntaskan dendamnya dengan mencetak 17 poin dan 11 asis untuk kemenangan Knicks.Â
Rentetan performa baik dari Rose seolah pembuktian bahwa ia belum habis meski terus diterpa cidera bertubi - tubi. Meski sempat didenda tim karena pergi ke Chicago tanpa izin dari tim, Rose tetap mampu mempertahankan performa baiknya berseragam Biru - Oren kebanggaan New York.Â
Sial baginya, pada bulan April 2017 ia melukai meniskus lutut kirinya. Operasi kembali dilakukan untuk yang keempat kalinya dalam 9 tahun. Rose harus menyudahi musim lebih awal. Knicks akhirnya memutuskan untuk tidak memperpanjang kontraknya di akhir musim.
Rose berharap bahwa ia terbebas dari cidera musim ini agar bisa bermain maksimal untuk Cavaliers. Namun nasib berkata lain. Seolah menjadi teman sejati, Rose kembali harus menepi saat musim 2017/2018 baru berjalan satu bulan.Â
Cidera engkel kanan dan punggung ia derita selama kurun waktu tersebut. Hal ini membuatnya meninggalkan Cleveland dan menemui keluarganya sekaligus untuk mengevaluasi karirnya sendiri. Banyak yang memprediksi bahwa ini adalah akhir dari kisah Derrick Rose, sang Penerus Michael Jordan dan MVP termuda. Setelah 2 minggu, Rose kembali membuat prediksi tersebut patah karena dirinya memutuskan untuk kembali dan memulihkan cideranya bersama Cavaliers. Â
Hal ini membuat para penggemar Rose lega karena masih bisa melihat bintang idolanya berlaga saat sembuh. Tak berselang lama, Rose kembali didera kabar buruk. Ia dikirim ke Utah Jazz dalam transaksi yang melibatkan Sacramento Kings.Â
Seolah tak mau menambah beban gaji, Jazz langsung Melepas Derrick Rose. Sekali lagi, ia harus menelan pil pahit dalam karirnya dan diprediksi pensiun. Bak gayung bersambut, Minnesota Timberwolves yang di nahkodai pelatih lama Rose di Bulls, Tim Thibodeau merekrutnya dan bereuni dengan Jimmy Butler. Rose bermain hingga akhir musim.
Ketika menghadapi Utah Jazz pada Oktober 2018, Rose memperihatkan sebuah penampilan luar biasa yang sudah lama redup akibat cideranya. Rose mencetak 50 poin yang menjadi raihan tertingginya selama berkarir di NBA sekaligus membuktikan bahwa ia belum habis.Â
Raihan tersebut juga sebagai wujud balas dendam kepada Jazz yang melepasnya musim lalu. Di akhir pertandingan, penonton dan rekan setimnya bersuka - cita untuk raihannya, namun Rose justru menangis.Â
Ya, setelah apa yang ia alami selama kurun waktu 10 tahun terakhir tentu saja membuat ia bahagia karena sekali lagi ia membuktikan bahwa kerja keras dan dukungan orang - orang terdekat telah mampu membentuk dirinya yang sekarang. Rose telah membuktikan bahwa keajaiban itu ada dan nyata pada setiap insan yang pantang menyerah.
Rose adalah simbol perjuangan. Dengan menilik hikayat sejarah karirnya, maka pesan - pesan yang terkandung sangat luar biasa. Ini adalah kisah dari seseorang yang hampir menyerah, ini adalah kisah dari seseorang yang hampir kehilangan harapan, ini adalah kisah dari seseorang yang tak pernah berhenti berjuang. Inilah... Derrick Rose.
Foto: NBa.com, Clutchsports.com, Newyorktimes. com, sbnation.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H