MERAYAKAN HARI RAYA GALUNGAN PADA MASSA PANDEMI COVID-19 DI LINGKUNGAN DESA BESTALA
Desa bestala merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan seririt, kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Desa bestala masyarakatnya yang salah satu merayakan hari kebesaran umat hindu yaitu, Hari Raya Galungan. Setiap desa pasti memiliki keunikan tersendiri dalam merayakan hari Raya Galungan ini. Dalam umat hindu wajib merayakan Hari raya galungan, baik kecil maupun besar, yang teroenting adalah ke ikhlasan lahir dan batin yang di miliki semua orang. Tidak perlu upacara yang megah tetapi ketulusan hati lah yang terpenting bagi Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Hari raya galungan merupakan hari suci besar keagamaan umat Hindu yang jatuh pada hari buda kliwon dungulan sebagai hari kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan). Hari raya galungan umat beragama hindu memiliki serangkaian acara dimulai dari hari tumpek bubuh/wariga/pengatag. Tumpek bubuh ini adalah hari raya yang ditunjukkan kepada tumbuh-tumbuhan, biasanya dalam desa Bestala orang yang merayakan tumpek bubuh sebagai rasa shukur kita terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena telah memberikan segala manfaat dari tumbuh-tumbuhan seperti, Panen buah, bunga, daun, dan batang. Selain itu memohon agar tumbuhan yang kita miliki dapat bermanfaat bagi semua mahkluk hidup, saat melakukan pengatagan pada tumbuhan yaitu memberikan bubuh putih, bubuh gadang, dan di isi sasat, baru kemudian pemilik pohon akan menggetok sambal bermonolog "Dadong-dadong I peka kije, I peka he gelem, I peka gelem apa dong?, I peka gelem nged, nged, nged. Dengan artinya, agar pohon yang kita upacarai semoga berbuah  dan menghasilkan buah yang bagus, sehingga buahnya dapat kita gunakan pada saat Hari Raya Galungan.
Rangkaian ke-2 yakni Sugian Jawa, dalam umat hindu di Desa Bestala biasanya mengartikan sugian jawa sebagai hari suci untuk membersihkan diri yang berada pada luar diri manusia dari berbagai hal buruk. Upacara suci ini yaitu pembersihan rumah atau merajan masing-masing masyarakat desa Bestala.
Rangkaian ke-3 adalah hari suci Sugian Bali. Sugian Bali merupakan hari suci pembersihan diri sendiri yang dirayakan pada hari sukra kliwon wuku sungsang, caranya dengan melakukan pembersihan secara fisik, dan memohon tirta kepada sulinggih yang ada di desa Bestala yakni, sebagai simbolis penyucian jiwa raga karena hari raya galungan semakin dekat.
Rangkaian ke-4 yakni Penyekeban, dimana masyarakat desa bestala melakukan penyekeban pisang agar pisang yang di gunakan pada saat galungan mateng atau menguning, orang yang melakukan penyekeban biasanya bermonolog "Melali mebaju gadang, mulih mebaju kuning, tasak, tasak, tasak ". Menurut tutur orang tua arti tersebut adalah agar pisang yang kita sekeb dapat tasak dan berwarna kuning. Arti dari hari penyekeban ini untuk mengekang diri sendiri agar tidak berbuat yang tidak baik atau buruk.
Rangkaian ke-5 hari suci penyajaan, masyarakat desa Bestala biasanya membuat tape dari bahan injin, tradisi pembuatan tape saat menjelang hari raya galungan adalah tradisi turun temurun dari tutur orang tua jaman dahulu hingga sekarang. Hari suci ini dalah jatuh pada hari senin pon wuku dungulan. Selain itu masyarakat desa Bestala ini memotong babi yang biasanya di haturkan di pura yang ada di kebun yakni, pura sedan abian atau di jero nyoman. Masyarakat desa besata berombong-rombong saling membatu sesama tetanga atau di sebut dengan nyame. Saat pemotongan babi tersebutlah kita mendapat pelajaran bahwa kita bisa berkumpul atau bercakap-cakap dengan saudara ataupun tetangga, agar kita semakin akrab dan tidak adanya rasa saling benci dengan orang lain. Selain itu kita juga mendoakan babi atau celeng yang kita haturkan agar bisa mendapatkan kebaikan dan mendapat jalan ke benaran karena telah menjadi salah satu sarana persembahyangan untuk melengkapi hari raya galungan ini. Setelah upacara di pura sedan abian biasanya masyarakat bali mengolah babi guling tersebut menjadi tum, sate, dan yang lainya.
Rangkaian ke-6 adalah hari raya Penampahan galungan, saat penampahan galungan masyarakat mempersiapkan banten bagi yang perempuan seperti membuat canag di rumah dan di bawa ke pura-pura yang ada di desa bestala, dan juga ke sanggah masing-masing masyarakat, pembuatan banten yang di lakukan oleh para wanita dan untuk tugas laki adalah membuat penjor. Makna penjor bagi umat Hindu adalah symbol gunung yang di anggap suci. Hari raya galungan kita sebagai manusia berperang melawan pikiran yang kotor dan berperang melawan sifat negative yang ada dalam diri manusia.
Rangkaian ke-7 adalah hari raya galungan, umat beragama hindu berbondong-bondong ke pura pada pagi hari dengan menggunakan pakaian adat yang rapi. Â Saat di pura biasanya kita bisa melihat saudara-saudara yang jauh datang untuk sembahyang ke daerah kelahiranya masing-masing. Selain itu para masyarakat yng memiliki anggota keluarga yang belum di aben biasanya mereka bersembahyang ke pura meraja pati untuk mebanten sodaan atau punjung. Setelah datang dari pura-pura masyarakat desa Bestala melakukan upacara persembahyangan di rumah masing-masing. Menurut cerita leluhur kita mendoakan para leluhur kita yang datang ke rumah, dan kita membuat sodaan dan banten lainya. Dan pada hari raya galungan yang jatuh pada buda kliwon dungulan menurut tutur orang tua kita tidak boleh jalan-jalan, karena para leluhur kita datang ke rumah untuk melihat kita.
Rangkaian ke-8 adalah umanis galungan, pada hari inilah umat hindu berjalan-jalan untuk merayakan hari raya galungan ini. Masyarakat Desa Bestala biasanya jalan-jalan ke pantai, bedugul, kebun raya dan tempat wisata lainya. Tetapi ada juga masyarakat berkujung ke rumah saudaranya untuk bersilahturahmi mengeratkan tali persaudaraan. Umanis galungan inilah yang paling di nanti umat Hindu, di mana umat Hindu dapat menghilangkan ke penatan setelah mepersiapkan hari raya galungan yang begitu besar dana agung ini.