Hari Raya Galungan diperingati sebagai hari kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan). Galungan dirayakan oleh umat Hindu setiap 6 bulan atau 210 hari, dengan menggunakan perhitungan kalender Bali, yaitu pada hari Buddha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon Wuku Dungulan) sebagai Hari Kemenangan Dharma (kebenaran)melawan Adharma (kejahatan). Hari Raya Galungan merupakan momen untuk memperingati terciptanya alam semesta. Sebagai ucapan syukur umat Hindu memberi serta melakukan persembahan pada Ida sang Hyang Widhi Wasa dan dewa Bhatara.
Galungan dimulai dengan persembahyangan pada rumah masing-masing, kemudian ke pura keluarga lebih besar seperti Pemerajan Agung, Dadia, Pura Ibu, Panti, Pura Banjar dan ke Kahyangan Tiga. Secara filosofis, Hari raya Galungan bertujuan agar umat Hindu dapat membedakan antara kebenaran dan kejahatan dalam diri manusia. Diharapkan, pada Hari Galungan, pikiran menjadi suci dan bersih.
Di hari raya suci galungan terdapat makna urutan upacara hari raya galungan :
1. Tumpek Wariga
Upacara ini dilakukan pada Saniscara (Sabtu) Kliwon wuku Wariga.Tumpek Wariga atau disebut juga Tumpek Bubuh ini jatuhnya 25 hari sebelum Galungan. Pada saat Tumpek Wariga masyarakat Hindu Bali memuliakan tumbuh-tumbuhan yang berperan
besar pada kehidupan manusia serta alam semesta. Selain menjadi perwujudan cinta
kasih, pada tumbuh-tumbuhan yang diupacarai juga terbesit harapan agar bisa segera berbuah atau menghasilkan. Sehingga dapat digunakan untuk bahan upacara hari raya Galungan.
2. Sugihan Jawa
Sugihan Jawa berasal dari dua kata, Sugi dan Jawa. Sugi memiliki arti bersih, suci.
Sedangkan Jawa berasal dari kata jaba yang artinya luar. Secara singkat pengertian Sugihan Jawa adalah hari sebagai pembersihan/penyucian segala sesuatu yang berada di luar diri manusia (Bhuana Agung). Pada hari ini umat melaksanakan upacara yang
disebut Mererebu atau Mererebon. Upacara Ngerebon ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menetralisir segala sesuatu yang negatif yang berada pada Bhuana Agung disimbolkan dengan pembersihan Merajan, dan Rumah. Pada upacara Ngerebon ini, di lingkungan Sanggah Gede, Panti, Dadya, hingga Pura Kahyangan Tiga/Kahyangan
Desa akan menghaturkan banten semampunya. Biasanya untuk wilayah pura akan membuat Guling Babi untuk haturan yang nantinya setelah selesai upacara dagingnya akan dibagikan kepada masyarakat sekitar. Sugihan Jawa dirayakan setiap hari Kamis
Wage wuku Sungsang.
3. Sugihan Bali
Sugihan Bali dilaksanakan Jumat Kliwon Sungsang atau 5 hari menuju hari raya suci Galungan. Kata Bali disini berati Wali atau ke dalam. Sugihan Bali bermakna
penyucian atau pembersihan diri sendiri (Bhuana Alit). Penyucian diri dilakukan
dengan melakukan pembersihan secara fisik (mandi), dan memohon tirta suci sebagai simbolis penyucian jasmani rohani.
4. PanyekebanÂ
Panyekeaban dilaksanakan Minggu Paing wuku Dungulan, 3 hari sebelum Galungan.
Nyekeb berarti merenung atau mengekang diri. Secara filosofis, pada hari Penyekeban umat belajar mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama.
5. Penyajan
Penyajan berasal dari kata Saja yang dalam bahasa Bali artinya benar, serius. Japada hari penyajan ini memiliki filosofis untuk memantapkan diri untuk merayakan hari raya Galungan. Menurut kepercayaan, pada hari ini umat akan digoda oleh Sang Bhuta Dungulan untuk menguji sejauh mana tingkat pengendalian diri umat Hindu untuk
melangkah lebih dekat lagi menuju Galungan. Hari ini dirayakan setiap Senin Pon wuku Dungulan.
6. Penampahan
Penampahan jatuh pada sehari sebelum Galungan, yakni Selasa Wage wuku Dungulan. Penampahan atau Penampan berasal dari kata Nampa yang berarti menyambut. Ini artinya sehari sebelumnya, umat harus siap menyambut hari Galungan. Pada penampahan ditandai dengan pembuatan penjor sebagai ungkapan syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa. Selain membuat penjor, umat juga menyembelih babi untuk pelengkap upacara. Penyembelihan babi ini juga mengandung makna simbolis
membunuh semua nafsu kebinatangan yang ada dalam diri manusia.
7. Galungan
Galungan dirayakan pada Rabu Kliwon Dungulan. Ini adalah hari kemenangan.
Upacara dilakukan mulai pagi hari, dimulai dari persembahyangan di rumah masing-masing hingga ke Pura yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal. Pada hari raya Galungan, umat semakin melihat ke dalam diri, mengintrospeksi diri agar kebaikan
selalu bisa dilakukan selama hidup. Bagi umat yang memiliki anggota keluarga yang masih berstatus Makingsan di Pertiwi (mapendem/dikubur), maka umat tersebut wajib untuk membawakan banten ke kuburan dengan istilah Mamunjung ka Setra Kuburan saat hari Raya Galungan