Mohon tunggu...
Kadek cahya sugana
Kadek cahya sugana Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa aktif smester 2

hobi saya bermain musik dan otomotif, kepribadian saya cuek terhadap orang yang baru kenal, dan sangat care dengan orang yang sudah kenal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ngaben "Mahal"?

11 Juli 2023   23:53 Diperbarui: 11 Juli 2023   23:56 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ngaben adalah tradisi pemakaman khas masyarakat Hindu Bali yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan budaya pulau itu selama berabad-abad. Dalam bahasa Bali, "ngaben" berasal dari kata "ngabuin" yang berarti "membakar". Upacara ini melibatkan pembakaran jenazah untuk membebaskan roh orang yang telah meninggal dunia dan mengantarkannya ke alam baka.

Ngaben merupakan upacara sakral yang dirayakan dengan serangkaian ritual yang kompleks dan diwarnai dengan kepercayaan dan tradisi yang kaya. Persiapan ngaben dimulai jauh sebelum hari pemakaman sebenarnya. Keluarga yang kehilangan seorang anggota melakukan persiapan secara seksama, mulai dari pembuatan "bade" (patung besar dari bambu) yang akan digunakan untuk mengangkut jenazah, hingga persiapan makanan dan minuman yang akan diberikan kepada tamu yang hadir. 

Pada hari-hari sebelum ngaben, keluarga dan tetangga berkumpul di rumah keluarga yang berduka untuk memberikan dukungan dan bantuan. Mereka bersama-sama merencanakan dan mempersiapkan semua persiapan yang diperlukan untuk upacara tersebut. 

Ngaben juga melibatkan tugas-tugas yang spesifik, seperti menyediakan kain untuk membungkus jenazah, menghias patung bade, dan mempersiapkan bahan-bahan ritual. Pada hari pemakaman, prosesi dimulai dengan memindahkan jenazah ke bade yang telah dihiasi dengan indah. Bade tersebut kemudian diarak melalui desa atau kota menuju tempat pembakaran. 

Prosesi ini diiringi dengan musik dan tarian tradisional yang mengiringi perjalanan jenazah. Masyarakat setempat ikut bergabung dalam prosesi ini untuk memberikan penghormatan terakhir dan mengantarkan roh orang yang meninggal ke alam baka. 

Tiba di tempat pembakaran, jenazah diangkat dengan hati-hati dari bade dan diletakkan di atas tumpukan kayu bakar. Api dinyalakan, dan proses pembakaran dimulai. Proses ini merupakan momen yang penuh haru dan spiritual bagi keluarga yang ditinggalkan. 

Mereka memanjatkan doa-doa dan memohon agar roh orang yang meninggal diterima dengan baik di alam baka merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam upacara ngaben. Doa-doa ini mengungkapkan rasa hormat dan harapan keluarga yang berduka bahwa roh yang meninggal akan menemukan kedamaian dan kebahagiaan di alam baka. 

Dalam tradisi Hindu Bali, keyakinan akan kehidupan setelah kematian memegang peranan sentral. Masyarakat Bali percaya bahwa roh seseorang tidak langsung meninggalkan dunia ini setelah kematian, melainkan melalui perjalanan ke alam baka yang disebut "moksha". Moksha merupakan pembebasan roh dari siklus kelahiran dan kematian, menuju keabadian dan penyatuan dengan Tuhan. 

Dalam rangka membantu roh yang meninggal dalam perjalanan mereka ke alam baka, keluarga yang berduka memanjatkan doa-doa dan memberikan persembahan kepada dewa-dewa yang dipuja. Doa-doa ini biasanya dipimpin oleh seorang pendeta Hindu yang terlatih, yang memainkan peran penting dalam merangkul dan memandu keluarga melalui proses ngaben. 

Doa-doa yang dipanjatkan dalam ngaben mencerminkan keinginan dan harapan keluarga untuk keselamatan dan kebahagiaan roh yang meninggal. Mereka memohon agar roh tersebut diterima dengan baik oleh dewa-dewa dan mendapatkan tempat yang layak di alam baka. 

Doa-doa ini juga berfungsi sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan kepada dewa-dewa atas kehidupan yang telah diberikan kepada orang yang meninggal dan permohonan agar rohnya dapat mencapai pencerahan dan kebahagiaan yang abadi. Selama proses ngaben, suara mantra dan doa mengisi udara. 

Bunyi suci ini menciptakan atmosfer yang khusyuk dan sakral, memfokuskan perhatian pada spiritualitas dan hubungan antara manusia dan alam semesta. Setiap kata dan kalimat dalam doa-doa ini dipilih dengan teliti untuk mengungkapkan perasaan, harapan, dan permohonan keluarga yang berduka. Melalui doa-doa ini, keluarga menunjukkan pengabdian dan kesetiaan mereka terhadap tradisi agama dan budaya mereka. Mereka menyadari bahwa ngaben bukan hanya upacara pemakaman fisik, tetapi juga perjalanan roh ke alam baka yang tak terlihat. 

Dalam doa-doa ini, mereka mencurahkan kasih sayang dan penghormatan kepada orang yang meninggal serta memohon kepada dewa-dewa untuk membimbing dan melindungi roh tersebut. 

Selain itu, doa-doa dalam ngaben juga mengingatkan keluarga dan masyarakat akan siklus kehidupan yang tak terhindarkan. Mereka memahami bahwa kematian adalah bagian yang alami dan tak terpisahkan dari pengalaman manusia. 

Doa-doa ini mengajarkan tentang penerimaan dan kesadaran akan keberlakuan siklus kehidupan dan kematian, serta pentingnya menjalani hidup dengan bijaksana dan bermakna. 

Menggunakan kata-kata yang lembut dan penuh pengharapan, doa-doa dalam ngaben mencerminkan keinginan keluarga untuk memberikan penghormatan terakhir yang layak kepada orang yang meninggal dan memastikan perjalanan roh mereka ke alam baka berlangsung dengan damai dan terang. 

Mereka berharap bahwa dewa-dewa akan memberikan kasih sayang dan ampunan kepada orang yang meninggal dan memandu mereka ke kebahagiaan yang abadi. 

Dengan doa-doa yang dipanjatkan dalam ngaben, keluarga yang berduka menunjukkan rasa cinta, penghormatan, dan harapan mereka kepada orang yang telah meninggal. 

Doa-doa ini menyatukan mereka dalam upacara yang sakral dan mengingatkan mereka tentang pentingnya menjaga hubungan spiritual dan keseimbangan dengan alam semesta. Sementara jenazah terbakar, keluarga dan teman-teman dekat berkumpul di sekitar tempat tersebut untuk mengucapkan selamat tinggal.

Setelah pembakaran selesai, sisa-sisa abu dikumpulkan dengan cermat dan diperlakukan dengan hormat. Beberapa keluarga memilih untuk menyimpan abu tersebut dalam "bade" yang lebih kecil atau dalam wadah khusus, sementara yang lain memilih untuk menguburkannya di tempat suci atau menyebarkannya di laut. 

Tindakan ini melambangkan pembebasan roh dari dunia fisik dan pemulihan keseimbangan alam semesta.Meskipun ngaben adalah tradisi yang kaya dan memiliki nilai budaya yang tinggi, ada beberapa kritik terhadap keborosan dan biaya yang terlibat dalam upacara ini. 

Beberapa orang berpendapat bahwa biaya ngaben dapat memberikan beban finansial yang berat bagi keluarga yang sedang berduka, terutama di masa-masa sulit secara ekonomi. Namun, dalam masyarakat Bali, ngaben dianggap sebagai tanggung jawab sosial dan keagamaan yang penting. Keluarga dan masyarakat berkomitmen untuk saling mendukung dalam menghadapi peristiwa ini. 

Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa perubahan telah terjadi dalam praktik ngaben untuk mengatasi kekhawatiran tentang keborosan dan penggunaan sumber daya. Misalnya, beberapa keluarga telah beralih ke alternatif yang lebih ramah lingkungan, seperti kremasi menggunakan bahan bakar yang lebih efisien. 

Selain itu, upaya telah dilakukan untuk mengatur dan mengoordinasikan ngaben dalam lingkup yang lebih besar, sehingga keluarga yang berduka dapat berbagi biaya dan sumber daya yang terlibat. 

Ngaben adalah warisan budaya yang berharga bagi masyarakat Bali. Upacara ini tidak hanya merupakan prosesi pemakaman, tetapi juga simbol dari siklus kehidupan dan kematian yang diyakini oleh masyarakat Hindu Bali. Ngaben melibatkan seluruh komunitas, memperkuat hubungan sosial, dan menyatukan orang-orang dalam kesedihan dan penghormatan terhadap yang telah meninggal. 

Penting bagi kita untuk melihat ngaben sebagai bagian integral dari warisan budaya yang harus dihargai dan dipelihara.Dalam menghadapi perubahan zaman, penting untuk menemukan keseimbangan antara mempertahankan nilai-nilai tradisional dan menyesuaikan praktik ngaben agar lebih ramah lingkungan dan terjangkau bagi semua keluarga. 

Masyarakat Bali dapat terus bekerja sama untuk menemukan solusi yang mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan budaya tanpa memberikan beban yang berat secara finansial. 

Dengan demikian, ngaben tidak hanya merupakan warisan budaya yang berharga bagi masyarakat Bali saat ini, tetapi juga memiliki potensi untuk terus hidup dan berkembang di antara generasi mendatang. Meskipun ngaben telah menjadi sorotan perdebatan terkait keborosannya, perlahan tapi pasti, langkah-langkah telah diambil untuk menjaga tradisi ini agar tetap relevan dan berkelanjutan. 

Pertama-tama, kesadaran akan pentingnya menjaga warisan budaya telah meningkat di kalangan masyarakat Bali. Banyak keluarga dan komunitas sadar akan nilai-nilai yang terkandung dalam ngaben dan betapa pentingnya mempertahankan tradisi ini. Mereka menyadari bahwa ngaben bukan sekadar upacara pemakaman biasa, tetapi merupakan bagian integral dari identitas budaya mereka. Kesadaran ini mendorong upaya untuk melestarikan dan melanjutkan tradisi ngaben. 

Selain itu, adaptasi telah terjadi dalam upaya menjaga ngaben agar tetap relevan dengan perubahan sosial dan lingkungan. Beberapa keluarga telah mencoba mengadopsi praktik yang lebih efisien, seperti penggunaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan selama proses kremasi. Ini mencerminkan kesadaran akan dampak lingkungan dan kebutuhan untuk mengurangi penggunaan sumber daya alam yang berlebihan. Dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dalam ngaben, tradisi ini dapat tetap hidup sambil memelihara keseimbangan dengan alam semesta. 

Selanjutnya, pendekatan kolaboratif dan komunitas juga telah menjadi bagian penting dalam menjaga kelangsungan ngaben. Masyarakat Bali menyadari bahwa ngaben melibatkan lebih dari sekadar keluarga yang berduka. Ini adalah upacara yang melibatkan seluruh komunitas, dan setiap orang memiliki peran penting dalam melaksanakan upacara dengan baik. 

Oleh karena itu, masyarakat bekerja sama untuk saling mendukung dan berbagi beban yang terkait dengan ngaben. Kolaborasi ini memastikan bahwa ngaben tetap menjadi bagian yang terintegrasi dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Bali. Selain itu, pendidikan dan kesadaran budaya juga memainkan peran kunci dalam menjaga keberlanjutan ngaben. Masyarakat Bali menyadari pentingnya memperkenalkan generasi muda pada nilai-nilai, makna, dan signifikansi budaya ngaben. 

Sekolah-sekolah, organisasi masyarakat, dan lembaga budaya memainkan peran penting dalam memastikan bahwa pengetahuan dan pemahaman tentang tradisi ini terus disampaikan kepada generasi mendatang. Melalui pendidikan dan kesadaran budaya, generasi muda dapat menghargai dan menghormati ngaben serta mewariskannya kepada generasi berikutnya. Perlu diingat bahwa ngaben bukan hanya tentang pembakaran jenazah dan perayaan upacara pemakaman. 

Lebih jauh dari itu, ngaben melambangkan siklus kehidupan dan kematian, hubungan manusia dengan alam semesta, serta solidaritas dan kebersamaan dalam komunitas. 

Dengan menjaga ngaben sebagai tradisi yang hidup dan relevan, masyarakat Bali dapat terus memelihara identitas budaya mereka dan melanjutkan nilai-nilai yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka. 

Dengan demikian, ngaben tidak hanya menjadi upacara pemakaman yang berharga bagi masyarakat Bali, tetapi juga merupakan cerminan dari kearifan dan kekayaan budaya mereka. Dalam menjaga tradisi ini, masyarakat dapat menggabungkan nilai-nilai budaya dengan kebutuhan lingkungan dan sosial yang terus berubah. 

Dengan kesadaran, adaptasi, kolaborasi, pendidikan, dan kesadaran budaya yang tepat, ngaben dapat terus menjadi warisan budaya yang bernilai bagi generasi mendatang. Ini akan memungkinkan masyarakat Bali untuk mempertahankan tradisi mereka, sambil tetap menghormati dan menghargai alam semesta yang mengelilingi mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun