Dalam era globalisasi yang semakin maju, arus informasi, teknologi, dan budaya telah menjadi semakin terintegrasi di seluruh dunia. Meskipun globalisasi membawa manfaat seperti akses yang lebih luas terhadap pengetahuan dan konektivitas global, namun dampaknya tidak terbatas pada dimensi materi dan ekonomi saja. Globalisasi juga mempengaruhi nilai-nilai spiritual dan kepercayaan generasi muda. Pengaruh negatif dari luar di serap langsung oleh generasi muda tanpa difilterisasi terlebih dahulu. Sehingga menyebabkan anak muda kehilangan nilai moral yang ada dalam dirinya. Karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa, karakter bangsa harus dibentuk dan dibangun sejak usia dini. Pendidikan Agama Hindu memiliki peran yang sangat penting dalam memperkenalkan, memperkuat, dan menjaga keyakinan dasar serta nilai-nilai dalam agama Hindu kepada generasi muda. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam konteks ini adalah penerapan konsep Panca Sradha, yang merupakan lima dasar keyakinan dalam agama Hindu.
Panca Sradha merupakan 5 dasar kepercayaan dalam agama Hindu yang didalamnya terdapat pedoman untuk memperoleh kehidupan tertinggi. Adapun bagian bagian Panca Sradha sebagai berikut.
1. Brahman
Brahman artinya percaya kepada Ida Sang Hyang Widhi. Dalam ajaran Hindu, Brahman adalah hakikat tertinggi yang meliputi segala sesuatu dalam alam semesta, baik yang terlihat maupun yang tak terlihat. Brahman dianggap sebagai sumber dari segala sesuatu, tanpa awal dan tanpa akhir, yang melebihi segala konsepsi manusiawi tentang waktu, ruang, dan eksistensi.
2. Atman
Atman artinya percaya adanya atman dalam diri mahluk hidup. Atman merupakan percikan terkecil dari Paramaatman atau Ida Sang Hyang Widhi. Dalam agama Hindu kita percaya bahwa segala perbuatan kita dapat diketahui oleh Tuhan. Walaupun orang lain tidak tau perbuatan kita, tapi atman yang merupakan percikan terkecil Paramaatman mengetahui perbuatan yang telah kita lakukan.
3. Karma Phala
Karma Phala artinya percaya adanya hukum karmaphala. Dalam agama Hindu masyarakat mempercayaan adanya hukum karma Phala. Ada tiga jenis karmaphala yaitu parabda karma phala, kriyamana karma phala, dan sancita karmaphala. Pertama ada parabda karma phala yang artinya segala perbuatan kita baik maupun buruk hasilnya akan diterima saat itu juga. Kedua ada kriyamana karma pala yang artinya segala perbuatan yang telah kita lakukan hasilnya akan diterima saat kita meninggal. Terakhir yaitu sancita karma phala, memiliki arti semua perbuatan yang telah kita lakukan baik disengaja maupun tidak  hasilnya akan diterima  pada saat reinkarnasi
4. Punarbhawa
Punarbhawa artinya percaya adanya kelahiran kembali. Agama Hindu memiliki keyakinan yang dikenal sebagai "reinkarnasi" atau "samsara", yang mengacu pada konsep bahwa jiwa seseorang tidak terikat pada satu kehidupan saja, melainkan akan mengalami serangkaian kelahiran kembali dalam bentuk yang berbeda-beda. Terdapat beberapa alasan mengapa agama Hindu percaya pada kelahiran kembali, yaitu sebagai berikut:
a) Hukum Karma
Agama Hindu mengajarkan konsep bahwa tindakan seseorang (karma) berdampak pada kehidupan mereka di masa depan. Dalam konteks reinkarnasi, kelahiran kembali dipandang sebagai cara bagi seseorang untuk mengalami konsekuensi dari tindakan mereka di kehidupan sebelumnya. Oleh karena itu, kelahiran kembali memberikan kesempatan bagi seseorang untuk memperbaiki atau memperbaiki karma mereka.
b) Evolusi Spiritual
Konsep reinkarnasi memungkinkan jiwa untuk mengalami evolusi spiritual melalui serangkaian kehidupan yang berbeda. Dalam setiap kehidupan baru, jiwa memiliki kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan mengembangkan kesadaran spiritualnya. Proses ini berlanjut hingga jiwa mencapai pembebasan atau pencapaian moksha, yang merupakan tujuan akhir dalam agama Hindu.
c) Keadilan Kosmis
Keyakinan dalam reinkarnasi juga mencerminkan pandangan bahwa kehidupan tidak berakhir dengan kematian, melainkan berlanjut dalam bentuk yang berbeda. Ini menegaskan keadilan kosmis bahwa setiap jiwa akan mengalami hasil dari tindakan mereka, baik itu dalam kehidupan ini atau di kehidupan berikutnya.
d) Pemurnian Jiwa
Dalam beberapa aliran Hindu, reinkarnasi dipandang sebagai proses pemurnian jiwa. Melalui serangkaian kehidupan, jiwa mengalami berbagai pengalaman yang membantu mereka melampaui keterikatan pada dunia material dan mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang hakikat keberadaan.
5. Moksha
Moksha artinya percaya adanya moksha. Moksha merupakan konsep sentral dalam agama Hindu yang menggambarkan pembebasan atau pembebasan akhir jiwa dari siklus kelahiran dan kematian (samsara). Ini adalah salah satu dari empat tujuan utama dalam kehidupan manusia, yang dikenal sebagai "pururtha" dalam ajaran Hindu, bersama dengan dharma (tindakan yang benar), artha (kekayaan), dan kama (keinginan atau kesenangan).Moksha tidak hanya merupakan pembebasan fisik dari siklus kelahiran dan kematian, tetapi juga pembebasan dari lingkaran penderitaan manusia (samsara) dan pencapaian kesatuan dengan Brahman, yang merupakan asal mula atau kesadaran kosmis dalam agama Hindu. Ini merupakan pencapaian tertinggi dalam spiritualitas Hindu, yang mengarah pada pemahaman yang mendalam tentang hakikat keberadaan dan pembebasan dari siklus penderitaan. Proses mencapai moksha melibatkan praktik spiritual, pengetahuan, dan pengalaman langsung tentang hakikat diri dan alam semesta. Ini bisa dicapai melalui berbagai jalan spiritual, seperti bhakti yoga (jalan cinta dan devosi), karma yoga (jalan tindakan tanpa pamrih), jnana yoga (jalan pengetahuan), dan raja yoga (jalan meditasi dan kontrol diri). Setiap individu memiliki jalan spiritual yang unik untuk mencapai moksha sesuai dengan kecenderungan, bakat, dan kondisi mereka.
Dalam pencapaian moksha, jiwa dinyatakan mencapai keadaan yang disebut "kaivalya" atau "keberadaan yang tunggal", di mana ia menyadari kesatuan dengan Brahman dan melepaskan identitas egoisnya. Moksha membebaskan jiwa dari penderitaan dan batasan kehidupan materi, memungkinkannya untuk mencapai kebahagiaan yang abadi dan kebenaran yang mutlak.
Zaman globalisasi memberikan banyak tantangan baru, sering ditemukan permasalahan hilangnya nilai kepercayaan masyarakat kepada Ida Sang Hyang Widhi. Masyarakat mulai terbuai dengan kemudahan teknologi dan melupakan kewajibannya sebagai umat beragama. 5 tujuan hidup mulai diabaikan. Padahal ajaran Panca Sradha dapat dijadikan sebuah pedoman kehidupan tertinggi yang menuntun manusia memperoleh ketenangan lahir batin. Ajaran Panca Sradha memiliki relevansi yang besar dalam menghadapi tantangan globalisasi, sebagai berikut:
1. Menjaga keseimbangan antara dunia modern dan spiritualitas
Kemajuan teknologi dan modernisasi dapat membuat manusia terlalu terpaku pada urusan materi dan duniawi. Ajaran Panca Sradha mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan material dan kehidupan spiritual, sehingga manusia tidak terjebak dalam kehidupan yang serba materi.
2. Mengingatkan tentang tanggung jawab terhadap Tuhan dan sesama
Dalam konteks globalisasi yang sering kali menekankan pada individualisme dan keserakahan, ajaran Panca Sradha mengajarkan pentingnya memperhatikan kewajiban terhadap Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan) dan sesama manusia. Hal ini dapat membantu masyarakat untuk lebih peduli terhadap kebutuhan orang lain di tengah kompleksitas kehidupan modern.
3. Membangun keharmonisan
Dalam menghadapi tantangan-tantangan global, solidaritas dan dukungan antaranggota masyarakat sangat penting. Ajaran Panca Sradha mengajarkan pentingnya membentuk komunitas yang kuat dan harmonis, di mana setiap individu saling mendukung dan membantu satu sama lain.
4. Mengembangkan sikap bijaksana
Globalisasi seringkali membawa dampak negatif seperti stres, kecemasan, dan ketidakpastian. Dengan menerapkan ajaran Panca Sradha, individu dapat mengembangkan kebijaksanaan batin yang memungkinkan mereka untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan mencapai ketenangan dalam hidup.
Dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks, transformasi karakter dan komitmen menjadi kunci bagi generasi muda untuk memperjuangkan masa depan yang lebih baik. Ajaran Panca Sradha, yang merangkum nilai-nilai kehidupan yang mendasar, telah terbukti menjadi panduan yang kuat dalam perjalanan ini.
Melalui pendalaman nilai-nilai Panca Sradha, generasi muda dapat memperkuat keyakinan dalam menghadapi tekanan dan perubahan yang ditimbulkan oleh globalisasi. Panca Sradha mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan kolektif, serta mengasah kepekaan terhadap nilai-nilai budaya dan spiritual yang melandasi identitas mereka.
Transformasi karakter yang didorong oleh ajaran Panca Sradha memungkinkan generasi muda untuk membangun pondasi moral yang kuat, mengembangkan kepemimpinan yang berintegritas, dan menumbuhkan rasa empati dan kepedulian terhadap sesama. Dengan demikian, mereka menjadi agen perubahan yang berdaya dalam membangun masyarakat yang lebih adil, berkelanjutan, dan inklusif.
Komitmen terhadap nilai-nilai Panca Sradha juga memperkuat hubungan sosial dan solidaritas antarindividu, mempromosikan kolaborasi yang produktif dalam menghadapi masalah global yang kompleks seperti perubahan iklim, ketimpangan sosial, dan konflik antarbudaya.
Dalam era di mana tantangan global semakin menguji ketahanan moral dan spiritual individu serta masyarakat, ajaran Panca Sradha memberikan landasan yang kokoh bagi generasi muda untuk menjadi agen positif yang membawa perubahan yang berarti dalam masyarakat global yang terus berkembang. Dengan menginternalisasi dan mengaplikasikan nilai-nilai ini, generasi muda dapat membangun masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan bagi diri mereka sendiri serta generasi yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H