Mohon tunggu...
Kadek GinaPusparini
Kadek GinaPusparini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Ganesha

Nama Saya Kadek Gina Pusparini, saya adalah seorang mahasiswa semester 2, Prodi S1 Manajemen yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Pendidikan Ganesha. Saya memiliki ketertarikan yang kuat pada bisnis, digital, dan Photography

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Hubungan Simbolis antara Lingga Yoni, Brahma Widya, dan Kesadaran Kosmos dalam Spiritualitas Hindu

20 Maret 2024   15:17 Diperbarui: 20 Maret 2024   15:36 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lingga Yoni, Sumber Gambar. Beritabali.com

A. Pengertian Lingga Yoni

Di Indonesia, terutama di Jawa, banyak peninggalan Lingga ditemukan. Namun, masih banyak orang masih belum memahami arti sebenarnya dari Lingga. Pada masa lampau Lingga memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat Hindu. Lingga umumnya memiliki bentuk silindris atau menyerupai batang. Bentuk ini mencerminkan simbolisme yang terkait dengan kesuburan dan keberlanjutan kehidupan. Asal kata Lingga diperoleh dari bahasa Sansekerta yang melambangkan kejantanan laki-laki.. Lingga pada dasarnya merupakan lambang dari Dewa Siwa sebagai sebuah phallus dan biasanya phallus (Lingga) ditempatkan diatas vulva (yoni). Yoni sering digambarkan sebagai unsur sakti.  

Dalam agama Hindu Dewa Siwa merupakan bagian dari Tri Murti yang terdiri atas Dewa Brahma (pencipta), Dewa Wisnu (Pemelihara), dan Dewa Siwa (Pelebur). Oleh karena itu, Lingga mengandung makna kehidupan, regenerasi, dan kesuburan. Pemujaan terhadap lingga dapat diartikan sebagai penghormatan terhadap siklus kehidupan dan keseimbangan antara aspek maskulin dan feminin. Pemujaan Lingga Yoni dipahami sebagai lambang kesuburan dengan konotasi penyatuan antara Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Upacara memandikan Lingga Yoni dalam sistem Siwa Pasupata menggunakan air dengan berbagai perlengkapan yang dijadikan Lingga itu sebagai tirta.

B. Sejarah Pemujaan Lingga di Indonesia

Prasasti Canggal, Sumber Gambar. Kompas.com
Prasasti Canggal, Sumber Gambar. Kompas.com

Pemujaan Lingga tertua di Indonesia dapat ditemukan pada Prasasti Canggal yang ditulis dengan huruf palawa dan digubah menggunakan bahasa Sansekerta. Prasasti Canggal adalah salah satu prasasti yang berasal dari masa kerajaan Medang, ditemukan di Canggal, Magelang, Jawa Tengah. Prasasti Canggal diperkirakan sudah ada sejak abad ke-8 Masehi. Prasasti ini mencerminkan toleransi agama yang tinggi pada masa itu, di mana penguasa Hindu memberikan hak tanah kepada pemeluk agama Buddha. 

Semenjak prasasti Canggal ditemukan maka mulai dikenal adanya sekte Siwa (Siwaisme) di Indonesia. Banyak ditemukan arca dan pemujaan Lingga Yoni di candi pada masa kerajaan Hindu dihubungkan dengan pemujaan kepada Siwa sebagai upacara memohon kesuburan tanah pertanian. Prasasti Canggal dibuat oleh Raja Sanjaya yang merupakan Raja terkenal dari Mataram Kuno. Isi Prasasti Canggal menceritakan pembangunan Lingga Canggal. Lingga merupakan symbol keangungan dan keberuntungan dalam kepercayaan Agama Hindu. Prasasti Canggal menjadi bukti adanya aktivitas kegamaan dan pembangunan kuil pada masa itu. 

Pura Taman Sari Buleleng, Sumber Gambar TopRated. Online
Pura Taman Sari Buleleng, Sumber Gambar TopRated. Online

Pada masa pemerintahan kerajaan Majapahit pemujaan Lingga Yoni dari Ganesha banyak ditemukan di candi-candi yang bernuansa Hindu. Mengenai peninggalan Lingga Yoni di Bali banyak ditemukan di tempat suci seperti Pura Besakih, Pura-pura di Pejeng, Pura Goa Gajah, dan Pura Taman Sari. Lingga-lingga tersebut disimpan dan dipuja pada tempat atau pelinggih pura. Masyarakat melakukan pemujaan terhadap lingga-lingga tersebut untuk memohon keselamatan, kesuburan, dan lain-lain. Lingga mempunyai berbagai macam bentuk ada yang berbentuk payung, berbentuk telur, berbentuk buah mentimun, dan berbentuk setengah lingkaran.

Memasuki abad ke-14 penggunaan Lingga Yoni di Bali tidak lagi popular. Hal ini dikarenakan munculnya ajaran Tantri, Bhairawa, dan Dewa-raja sehingga menyebabkan Lingga Yoni diganti dengan patung Dewa sehingga cara ini disebut murti puja. Murti Puja adalah pemujaan Tuhan dengan menggunakan media pralingga. Ketika Dang Hyang Niratha datang ke Bali pada pertengahan  abad ke-14 beliau melihat bahwa  cara murti puja diandaikan seperti bunga teratai tanpa sari. Kemudia Dang Hyang Niratha mengajarkan konsep Tri Purusha kepada rakyat Bali untuk membangun Padmasana sebagai Niyasa Siwa dan sebagai pengganti Lingga Yoni. Dalam Bahasa Bali Lingga diartikan sebagai "linggih" yang artinya tempat duduk, bahwa lingga sebagai linggih Dewa Siwa.

Penemuan Lingga Yoni di Magelang, Sumber Gambar SuaraBaru.id                          
Penemuan Lingga Yoni di Magelang, Sumber Gambar SuaraBaru.id                          

Setelah berabad-abad lamanya, ditemukan situs bersejarah Lingga Yoni di Dusun Culengan, Desa Gondang, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang pada tahun 2021. Lingga Yoni yang ditemukan berukuran panjang 128 sentimeter, lebar 146 sentimeter, dan tingginya 130 sentimeter. Diperkirakan situs bersejarah ini berasal dari abad ke-9.

C. Makna Pemujaan Lingga

Pemujaan Lingga mengandung banyak makna diantaranya sebagai berikut:

1. Makna kesucian

Pemujaan lingga ini merupakan sebuah pemujaan sakral yang secara skala mapun niskala, dapat memberikan kesan suci kepada seseorang yang melakukannya dengan membaca mantram oleh para pemangku dan juru kunci baru.

2. Makna Religius

Pemujaan Lingga Yoni memiliki makna religius yang dalam, terutama dalam konteks agama Hindu. Simbolisme Lingga Yoni mencerminkan aspek spiritual, kosmik, dan keberlanjutan kehidupan. Lingga melambangkan aspek maskulin (Siwa), sementara Yoni melambangkan aspek feminin (Parwati). Bersama-sama, keduanya menciptakan simbol kesatuan dan keseimbangan dalam kehidupan dan alam semesta. Pemujaan Lingga Yoni mengajarkan konsep penting tentang keseimbangan antara aspek positif dan negatif, daya tarik dan

3. Makna Kemakmuran

Pemujaan Lingga Yoni adalah praktik kuno yang menggambarkan adanya simbol yang menggambarkan kesejahteraan dan kesuburan. Akan tetapi, dalam mewujudkan kemakmuran ini harus melaksanakan adanya konsep Tri Hita Karana dengan falsafah Tri Kaya Parisudha untuk mencapai tujuan hidup yang sejahtera lahir dan bathin (mokshartam jagaditaya ca iti dharmah).  

Meskipun Tri Hita Karana dan Tri Kaya Parisudha memiliki fokus yang berbeda, keduanya dapat saling melengkapi dalam upaya mencapai kehidupan yang seimbang dan berkualitas tinggi. Tri Hita Karana menekankan hubungan manusia dengan alam, sesama manusia, dan Tuhan, sementara Tri Kaya Parisudha menyoroti pencapaian kesucian dan keberkahan melalui pembangunan diri. Dalam konteks yang lebih luas, pemahaman dan praktik keduanya dapat memberikan pandangan holistik tentang kehidupan, di mana kesejahteraan sosial dan pencapaian kesucian pribadi saling terkait.

4. Makna Kebahagiaan

Seluruh alam semesta ini bagian dari Brahman yang segala sesuatunya akan kembali kepada-Nya. Tuhan yang disebut dengan berbagai nama, berbagai manifestasi dan dengan persepsi yang beragam oleh umat Hindu, ternyata Dia yang menjadi sumber yang selalu dituju baik secara sadar maupun tidak sadar.

Lingga dan Yoni adalah simbol-simbol yang penting dalam agama Hindu, terutama terkait dengan konsep kosmologi dan kesadaran ilahi. Sementara itu, Brahma Vidya (atau Brahman Vidya) adalah istilah yang merujuk pada pengetahuan tertinggi atau kebijaksanaan yang berkaitan dengan Brahman, yaitu realitas tertinggi dalam agama Hindu. Hubungan antara Lingga, Yoni, dan Brahma Vidya dapat dipahami dalam konteks pencarian spiritual seseorang. Lingga dan Yoni merepresentasikan manifestasi aspek-aspek kreatif dan polaritas dalam alam semesta, sementara Brahma Vidya mencakup pengetahuan tertinggi tentang realitas mutlak, yang pada akhirnya menyatukan semua perbedaan dan dualitas dalam kesadaran yang mendalam. Dalam pencarian spiritual, seseorang mungkin menggunakan simbolisme Lingga dan Yoni untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan antara manifestasi dan realitas tertinggi yang diungkapkan dalam Brahma Vidya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun