Mohon tunggu...
Kadek GinaPusparini
Kadek GinaPusparini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Ganesha

Nama Saya Kadek Gina Pusparini, saya adalah seorang mahasiswa semester 2, Prodi S1 Manajemen yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Pendidikan Ganesha. Saya memiliki ketertarikan yang kuat pada bisnis, digital, dan Photography

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melangkah Bersama Tradisi: Cerita Antusiasme Masyarakat Merayakan Galungan, Kuningan, dan Hari Raya Nyepi

8 Maret 2024   19:08 Diperbarui: 8 Maret 2024   19:31 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Instagram @ericprima_26 @budayabalineInput sumber gambar

Para pemuda dan pemudi akan berkumpul dan bekerja sama untuk menyelesaikan ogoh-ogoh. Melalui sentuhan kreativitas masing-masing individu, ogoh-ogoh menjadi karya seni yang menggambarkan berbagai mitos dan simbol dalam kepercayaan Hindu. Proses ini tidak hanya memperkuat hubungan sosial di antara mereka tetapi juga menjadi wadah untuk melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya serta spiritualitas yang terkandung dalam tradisi ogoh-ogoh.

Biasanya arak-arakan dimulai pada pukul 18.00. Pementasan ogoh-ogoh diiringi dengan tarian yang menceritakan filosofi ogoh-ogoh yang dibuat. Semua kalangan masyarakat berkumpul di satu tempat untuk menyaksikan atraksi ini. Setelah arak-arakan, ogoh-ogoh akan dibakar sebagai lambang hilangnya energi negatif. 

Keesokan harinya adalah perayaan Hari Raya Nyepi, umat Hindu mengenal konsep Catur Brata Penyepian yang melibatkan empat aspek penting, yaitu amati geni, amati karya, amati lelungan, dan amati lelanguan. Amati geni berarti tidak menyalakan api,  amati karya berarti tidak bekerja. Selanjutnya, amati lelungan mengandung arti tidak berpergian atau beraktivitas di luar rumah, dan amati lelanguan yang berarti tidak bersenang-senang selama periode tersebut. 

Penerapan Catur Brata Penyepian merupakan bagian konteks spiritual dan refleksi diri. Secara keseluruhan, puasa Hari Raya Nyepi bukan hanya tentang menahan diri dari kegiatan fisik atau kenikmatan duniawi, tetapi juga merupakan perjalanan spiritual untuk merenungkan makna hidup, menguatkan nilai-nilai moral, dan mendekatkan diri pada Tuhan.

Antusiasme masyarakat Bali dalam merayakan Galungan, Kuningan, dan Nyepi menciptakan keseimbangan yang unik antara kegembiraan dan ketenangan. Meskipun perayaan Galungan dan Kuningan diwarnai dengan keceriaan dan aktivitas bersama, Hari Raya Nyepi memberikan kesempatan bagi refleksi dan introspeksi, menciptakan harmoni di antara suka cita dan ketenangan batin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun