Aksi Dr. Tjipto Mangunkusumo
Ketika wabah penyakit pes menyerang Malang pada tahun 1910, Tjipto menjadi sukarelawan pada dinas pemerintah untuk membasmi wabah pes.Â
Dr. Sutomo turut aktif dalam pemberantasan wabah pes itu. Tjipto turun ke pelosok-pelosok dan mengobati penduduk secara langsung tanpa menggunakan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan. Keberaniannya menunjukkan bukti siap menerima resiko demi menyelamatkan warga masyarakatnya.Â
Pada peristiwa itu, dr. Tjipto mengangkat seorang bayi di dalam rumah yang saat itu seluruh penghuninya terkena pes dan mengharuskan rumahnya untuk dibakar.Â
Tjipto mengadopsi bayi itu kemudian diberi nama Pesjati untuk mengenang peristiwa tersebut. Anak ini kemudian dibesarkan dan dididik oleh Cipto bersama isteri Cipto, yakni Nyonya de Vogel alias Siti Aminah.
Karena keberaniannya dalam menangani wabah pes di Malang ini, pemerintah kolonial memberikan sebuah penghargaan bintang orde van Oranje Nassau pada 12 Agustus 1912.Â
Kemudian dr. Tjipto Mangunkusumo menuliskan pengalaman dan penelitiannya hingga memaparkan hasilnya dalam sebuah kesempatan di pertemuan ilmiah s’Gravenhage, Nederland pada tahun 1914.Â
Dalam tulisannya tersebut, beliau menguraikan apakah pes itu, sejarah penyakit pes, dan cara-cara pemberantasannya. Adapun uraian tentang bagaimana proses berjangkitnya penyakit tersebut serta macam-macam penyakit pes.
Pada saat di Solo juga sedang mengalami wabah pes, dr. Tjipto Mangunkusumo menawarkan diri untuk kembali membantu penanggulangan wabah disana.Â