Mohon tunggu...
Christian Novendy Agave
Christian Novendy Agave Mohon Tunggu... Penulis - Penyuka Rempah

Menelaah Sejarah, Budaya, dan Sosial Masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kiprah Dr. Tjipto Mangunkusumo dalam Penanganan Wabah Pes di Malang

29 Oktober 2021   16:33 Diperbarui: 29 Oktober 2021   16:45 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: muskitnas.net

Tanggapan Pemerintah Kolonial

Atas penemuan dan penelitian kasus yang ditindaklanjuti oleh Dokter De Vogel, maka pada 5 April 1911 pemerintah melalui Direktur Burgerlijk Geneeskundig Dienst (Dinas Kesehatan Sipil), Dokter De Haan mengumumkan bahwa Afdeeling Malang ditetapkan sebagai wilayah yang terinfeksi pes. 

Setelah itu, dibentuk Dienst der Pestbestrijding (Dinas Pemberantasan Pes). Programnya meliputi evakuasi, isolasi, dan woningverbetering atau usaha perbaikan rumah. Program isolasi diperuntukan penderita pes dan anggota keluarganya dengan ditempatkan pada barak-barak dan penandaan bendera merah di rumah pasien.

Dokter de Vogel. Sumber gambar: Gelanggang Riset Kedokteran di Bumi Indonesia Hal: 49
Dokter de Vogel. Sumber gambar: Gelanggang Riset Kedokteran di Bumi Indonesia Hal: 49

Pada penanganan wabah pes di Malang para dokter Eropa lebih banyak bekerja dalam laboratorium dan pengambil kebijakan daripada pelaksana. 

Mereka dikabarkan memiliki kekhawatiran berlebih ketika harus turun ke lapangan secara langsung sehingga yang lebih banyak menangani adalah para dokter Djawa dan dokter pribumi Tetapi yang dibutuhkan dalam penanganan wabah seharusnya sinergitas antara yang bekerja di laboratorium dengan yang turun langsung ke lapangan.

Kemudian atas riset Dr. Van Loghem bahwa jenis tikus yang menjadi penyebab wabah pes ialah tikus-tikus rumah. Menurutnya ini dipengaruhi oleh kebiasaan penduduk pribumi dalam menggunakan bambu untuk membuat tempat tidur dan pembuatan rumah sehingga semakin banyaknya perkembangbiakan tikus.

Penemuannya ini juga mendorong pemerintah kolonial mengambil kebijakan untuk melakukan restorasi rumah penduduk yang berasal dari bambu utuh. Pentingnya membangun rumah dengan tiang bambu dibelah guna mencegah tikus bersarang.

Lalu, adanya kegiatan disinfeksi dengan bahan sulfur terhadap rumah dan pakaian pasien. Tetapi disinfeksi dengan petrosium residu sebenarnya lebih ampuh untuk menghilangkan bakteri pes paru-paru, namun hal ini tidak dilakukan karena memerlukan biaya yang tidak sedikit. Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah kolonial cenderung lambat karena menghabiskan waktu 6 tahun lebih. 

Di samping itu, pada kondisi kenyataannya banyak dari pasien kehilangan harta bendanya karena pencurian dan tanaman pangan yang mati tidak terurus selama karantina di barak isolasi. Kemiskinan pun meningkat akibat penyaluran bantuan yang tidak merata dan tidak teratur.

sumber gambar: muskitnas.net
sumber gambar: muskitnas.net

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun