Surabaya, 07 September 2018
INDOMART merupakan bisnis retail raksasa saat ini. Meski harga sedikit mahal daripada kelontong, minimarket tersebut masih menjadi primadona dikalangan masyarakatÂ
Harga menjadi permainan para staf keparat. Misalnya dari barcode, harga Rp 12.000 secara tiba-tiba menjadi Rp 13.000 entah dengan tipu apa (misterius). Bagi mereka yang selektif, akan memberikan respon positif, tapi bagi mereka yang apatis, tentunya menjadi keuntungan empuk bagi para penghuni toko.Â
Jika dia  mark-up 1000 per item, dan sudah mencapai 5000 trx, sudah berapa keuntungan yang didapat (penghasilan diluar perusahaan). Alasannya semua sama, serentak. Misalnya, "Maaf pak, kami lupa mengganti, - maaf pak, ini harga terbaru dibarcode harga lama (naik tiba-tiba),  - baik pak, bapak mau ambil harga yang mana?, atau gobloknya kadang mereka menjawab, ini kesalahan saya pak, memang belum saya ganti. Sial.
Oke, ceritanya begini ..,
Ini bukan pertama kali saya belanja disini, tapi sudah berkali-kali, dan anehnya mengalami kenaikan harga secara misterius.
Jumat, 07 September 2018 tepat jam 07.00 Wib, saya sampai di Indomart Rajawali, Surabaya untuk membeli Pomade, yang kebetulan pomade saya lagi habis. 5 menit kemudian, saya mengambil barang sesuai kebutuhan saya (pomade), harga di barcode Rp 28.900,- Â saya pun, menuju kasir untuk membayar. Tibanya di kasir, secara misterius harga tersebut berubah menjadi Rp 32.500 ,- . Aneh bukan ?.
" Mbak, kok harganya selisih ya?," Â kata saya.
" Sebentar mas ya, kami cek !, " tambahnya
" Oke !," timpal saya
5 menit kemudian ...
" Oh iya mas, harganya 32.500, tapi barcode belum diganti ," katanya.
" Oh, saya mau ambil harga yang di barcode ," jawabku
" Engga bisa ," katanya.
" Kenapa engga bisa ? ," balasku
" Baik mas, masnya saya kasi harga sesuai barcode ! ," katanya
" Oke. Mbak, saya boleh Tanya ?, sudah berapa customer yang di tipu ? atau misalkan dia enggak slektif, apa mbaknya aka memberikan informasi ? engga kan ? ," balasku
......." ! " terdiam senyap.
Kita enggak mempermasalahkan mark-up harga yang hanya Rp " 2000 ", kalau naik secara nasional engga masalah. Toh kita membeli, dan barang yang kita belipun sesuai dengan keinginan. Kan pada prinsipnya, se mahal apapun barang yang kita beli, jika sesuai dengan yang kita inginkan, itu engga masalah.Â
Yang jadi masalah, kalau ada mark-up harga secara tipu-tipu. Bukan hanya perusahaan yang dirugikan, tapi integritas karyawan juga dipertanyakan.
Kejadian seperti ini, tidak hanya terjadi satu kali. Tapi berkali-kali ditempat yang berbeda, di seluruh Indonesia, bahkan sudah viral di media. Tapi sayang, kritik tersebut tidak direspon positif oleh pihak menjemen Indomart. Diam saja, tanpa memberikan refreshment kepada karyawan. Sekali lagi, bukan masalah harga, tapi soal integritas karyawan dan perusahaan. Â
Idomart harusnya merespon positif, kritik seperti ini. Bukan apatis, minimal melakukan pembinaan positif, agar customer tidak dirugikan.
Terima kasih. Semoga catatan ini menjadi perhatian bagi indomart, atau bisnis lainnya yang banyak bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H