" Oh iya mas, harganya 32.500, tapi barcode belum diganti ," katanya.
" Oh, saya mau ambil harga yang di barcode ," jawabku
" Engga bisa ," katanya.
" Kenapa engga bisa ? ," balasku
" Baik mas, masnya saya kasi harga sesuai barcode ! ," katanya
" Oke. Mbak, saya boleh Tanya ?, sudah berapa customer yang di tipu ? atau misalkan dia enggak slektif, apa mbaknya aka memberikan informasi ? engga kan ? ," balasku
......." ! " terdiam senyap.
Kita enggak mempermasalahkan mark-up harga yang hanya Rp " 2000 ", kalau naik secara nasional engga masalah. Toh kita membeli, dan barang yang kita belipun sesuai dengan keinginan. Kan pada prinsipnya, se mahal apapun barang yang kita beli, jika sesuai dengan yang kita inginkan, itu engga masalah.Â
Yang jadi masalah, kalau ada mark-up harga secara tipu-tipu. Bukan hanya perusahaan yang dirugikan, tapi integritas karyawan juga dipertanyakan.
Kejadian seperti ini, tidak hanya terjadi satu kali. Tapi berkali-kali ditempat yang berbeda, di seluruh Indonesia, bahkan sudah viral di media. Tapi sayang, kritik tersebut tidak direspon positif oleh pihak menjemen Indomart. Diam saja, tanpa memberikan refreshment kepada karyawan. Sekali lagi, bukan masalah harga, tapi soal integritas karyawan dan perusahaan. Â
Idomart harusnya merespon positif, kritik seperti ini. Bukan apatis, minimal melakukan pembinaan positif, agar customer tidak dirugikan.