Mohon tunggu...
Kacong Tarbuka
Kacong Tarbuka Mohon Tunggu... Media -

Hidup di tengah masyarakat agamis-kontekstualis membuat saya harus banyak belajar pada realitas. Terlalu banyak orang yang gampang mengkafirkan sesama, dan jarang orang yang bisa mengakui kesalahan, khususnya dalam perjalanan beragama. Mencari ketenangan dengan menulis, berkarya, serta mengangkat ketimpangan sosial menjadi bermartabat. Salam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kembali Pulang; Habib Rizieq Shihab

31 Januari 2018   15:41 Diperbarui: 31 Januari 2018   17:38 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan menyembah nama, sembahlah zat nya. Mungkin pas buat penikmat Rizieq saat ini. Kedua, jangan terlalu mengkultus. Mirza Ghulam Ahmad, imam Ahmadiyah, tak pernah mengaggap dirinya Nabi, hanya pengikut beriman yang terlalu metaforis. Itu yang menyebabkan Ahmadiyah dilarang beroparasi di bumi, kalau di langit silahkan saja. Kembali pada imam besar FPI, takutnya Rizieq, terlalu dikultus, dan beranggapan bahwa dia tidak pernah melakukan dosa. Ingat, dia juga manusia. Bisa khilaf kapan ia mau, dan bisa salah kapan tuhan menginginkan. Jadi, selow saja, saat lagi ada masalah, support lah untuk menyelesaikan sejara perjaka, bukan sebaliknya. Umroh sih boleh, tapi jangan jadikan alasan ke-agamaan untuk hijrah dari proses hukum (saya sebut hijrah saja, bukan lari; maknaya sama sih).

Ketiga, dia bukan presiden. Tidak boleh menjadi penentu diatas hakim, apalagi dia menjadi hukum (pahami saja, bahasanya memang berat. Sedikit mengandung prinsip epistimologi) Misalnya, ia akan kembali ke  Indonesia, asal proses hukum saat ini dihentikan. Mungkin, ia tidak egois, pendukungnya ? bisa jadi.

Saya bukan penganut Rizieq, berbeda dengan keluarga saya, yang menjadikan Rizieq sebagai panutan utama. Ini bahaya, dan sangat bahaya. Keluarga saya mencintai Rizieq berporos pada sosial-keagamaan, sedangkan Rizieq bisa jadi ber-poros pada sosial-politik. Beda poros, akan menjadi sumber malapetaka. Taukah prinsip Kuntowijoyo? Agama dan politik tidak bisa dicampur, jika dipaksa, salah satunya menjadi prinsip keimuan yang gatot (gagal total). Agama-nya hancur, politik-najis. Politik yang awal didengungkan untuk mengatur negeri, kini menjadi poltik keparat.

Persoalan pertama adalah Rizieq adalah manusia biasa yang masih " belum suci'. Itu bisa jadi dia melakukan seperti saya, misalnya berbuat dosa, dan hal-hal yang dilarang lainnya (ini saya). Sebab pada prinsipnya, hal yang dilarang merupakan kenikmatan yang sabi, katanya.

Oke lupakan. Penulis Cuma memberikan gambaran, ketika kita mencitai seseorang, belajar mencitai kekurangan. Jangan hanya mencintai, saya dia "sedang" putih. Tak etis. Bagi pecinta Rizieq teruslah dipupuk, jangan melepuh hanya gara-gara kasus asusila tersebut. Dan bagi yang kurang berkenan,  termasuk saya, teruslah "seperti biasa" jangan dihina-apalagi dikecam. Lepas dari pengakuan La-Nyalla Matalitti dan lain sebagainya. Sembahlah dzatnya.

Kembali Pulang

"Kembali Pulang", lagu Kangen Band, yang pernah popular pada zamannya, dan sangat pas untuk menyambut kedatangan baginda Rizieq dari Arab Saudi. Katanya umroh. Itu sih, atas dasar pengakuan Egi Sujana, Alumni demo 212. Jika ada yang bertanya? Kenapa kok lama sekali ? ini akan ditulis pada selanjutnya .. salam  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun