Mohon tunggu...
Kacong Tarbuka
Kacong Tarbuka Mohon Tunggu... Media -

Hidup di tengah masyarakat agamis-kontekstualis membuat saya harus banyak belajar pada realitas. Terlalu banyak orang yang gampang mengkafirkan sesama, dan jarang orang yang bisa mengakui kesalahan, khususnya dalam perjalanan beragama. Mencari ketenangan dengan menulis, berkarya, serta mengangkat ketimpangan sosial menjadi bermartabat. Salam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Isis; Kuasai Jawa Timur

20 Januari 2018   19:47 Diperbarui: 20 Januari 2018   21:27 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cukup menarik jika kita sedikit membahas mengenai Islamic State of Iraq (ISIS) dan polarisasi gerakan ISIS di Jawa Timur. Bahkan, ada rumor yang beredar bahwa Jawa Timur merupakan lumbung ISIS yang tak terpatahkan. Tak membual, jika Jawa Timur menjadi tempat yang empuk untuk melancarkan organisasi radikal tersebut.

Gerakan yang memanjakan penganutnya dengan timpalan pesangon "bom bastis" tersebut, tampaknya saat ini sudah menggantikan posisi Al Qaedah yang juga disebut-sebut sebagai gerakan radikalisme. Al Qaedah tumbang, muncullah ISIS. Sampai saat ini, tak ada Negara satupun yang secara resmi megeluarkan edaran "perang" terhadap ISIS, kecuali Iran. Indonesia masih melempem. Sempat, Moeldoko, Panglima TNI Indonesia menyatakan sikap prang bagi ISIS, ternyata ditanggapi serius oleh ISIS cabang Malang, hingga membuat Moeldoko diam tak berkutik, bahkan sampai saat ini tak terdengar bagaimana tindak lanjut dari statement Moeldoko tersebut. Entah kerena gemeletar atau lebih memperhatikan masyarakat secara kolektif.

Mengapa Jawa Timur ?

Setidaknya ada tiga hal untuk menjawab tudingan tersebut. Ya, tak dapat dipungkiri bahwa ISIS di Jawa Timur tidak hanya mempunyai satu gerakan. Pemaninnya banyak dengan sebutan berbagai nama, sebut saja Ansor At Tauhid, yang sempat diikuti oleh Afif, tersangka bom Thamrin, Jakarta. Sulit menumpas ISIS. Bahkan, menjadi mustahil jika ISIS berhasil di tumpas di Jawa Timur.

Pertama, Jawa Timur merupakan hab (trasnsit) menuju Indonesia Timur. Lebih mengganaskan jika dibenturkan dengan hadirnya MEA. Semua masyarakat bisa bereksplorasi, tak ada lagi sekat-sekat. Ambil contoh, Sudan merupakan kota damai, subur, dan mempunyai tingkat ekonomi kelas atas meski secara geokrafis Sudan merupakan kota yang tandus. Mengapa ? karena Sudan merupakan kota transit dari berbagai dunia, sehingga tak heran jika perputaran ekonomi berkembang pesat. Itulah gambaran, mengapa Jawa Timur menjadi sentral dari berbagai gerakan radikal.

Kedua, masyarakat Jawa Timur merupakan masyarakat "migrasi" tingkat tinggi. Tak membual, sampai saat ini Jawa Timur masih menempati posisi pertama untuk ekspor tenaga kerja Indonesia (TKI). Bukan masalah illegal atau tidaknya. Yang menjadi persoalan adalah ? TKI yang sudah lama bekerja di luar negeri, misalkan di daerah yang cukup ekstrem, Timur Tengah, ketika pulang ke daerahnya akan membawa khazanah baru yang berbeda dengan sebelumnya. Inilah yang menjadi masalah poko utama, ISIS sangat berkembang pesat di Jawa Timur. Minimnya keagamaan masyarakat menjadi incaran ISIS, sebab seseorang yang secara agama masih garis rendah, masuknya doktrinasi ideologi lain semakin mudah.

Ketiga, tingkat ekonomi masih minim. Ya, inilah yang menjadi persoalan penting. Senjata ampuh ISIS untuk merekrut anggota baru dengan cara memberikan "gaji" yang bom bastis. Kemelaratan menjadi kesempatan bagi kelompok ISIS untuk melancarkan gerakannya. Tak heran jika anggota ISIS terdeteksi dari golongan masyarakat kelas bawah, baik pendidikan maupun agama.

Tugas pemuka agama

Lalu siapakah yang harus bertanggung jawab ? jelas, di sini peran pemerintah dan tokoh agama merupakan sebtral penting untuk kembali memberikan khazanah sosial terbaik bagi masyarakat. Pemerintah tidak hanya menyediakan ruang evakuasi bagi masyarakat yang masuk dalam perangkap ISIS. Sedangkan tokoh agama tidak hanya memberikan fatwa/klaim "kafir" bagi mereka (korban ideologi) tetapi harus sekuat tenaga menjelaskan secara kompherensif mengenai seluk-beluk ISIS. Hal ini juga disampaikan oleh Sukarwo, Gubernur Jawa Timur di saat memberikan komentar mengenai mewabahnya gerakan Gafatar.

RI, ladang teroris

Dalam sebuah pemberitaan dijelaskan, bahwa gerakan radikal akan melancarkan gerakannya di Negara yang mayoritas muslim. Termasuk Indonesia. Lalu kanapa Malaysia, Brunei, dan Negara dengan tingkat mayoritas Islam jarang terdengar gerakan ekstrimisme ? bahkan tak pernah ada, Malaysia. Lalu apa uniknya Indonesia ini ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun