Mohon tunggu...
Kacong Tarbuka
Kacong Tarbuka Mohon Tunggu... Media -

Hidup di tengah masyarakat agamis-kontekstualis membuat saya harus banyak belajar pada realitas. Terlalu banyak orang yang gampang mengkafirkan sesama, dan jarang orang yang bisa mengakui kesalahan, khususnya dalam perjalanan beragama. Mencari ketenangan dengan menulis, berkarya, serta mengangkat ketimpangan sosial menjadi bermartabat. Salam

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

FK Marak: Dokter Muda “Semakin” Tak Berkualitas?

26 Juni 2016   08:14 Diperbarui: 26 Juni 2016   09:09 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tanggung jawab tersebut, kata dia, bukan hanya pada perguruan tinggi, melainkan harus ada keterlibatan pemerintah. “Ya bukan pihak penyelenggara saja, harus ada tanggung jawab pemerintah. Dan yang paling penting adalah mahasiswa itu sendiri. Kuota mahasiswa angkatan pertama ini, kata dia, hanya mengambil 50 mahasiswa,” jelasnya.

Kekurangan dokter

Sementara itu, Sementara itu, Dr dr Sukadiono, Rektor Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Surabaya, mengungkapkan, dibukanya FK di Unmuh merupakan salah satu langkah untuk tersedianya tenaga medis di Jawa Timur. Sebab, pada tahun 2014 Jatim sendiri sangat kekurangan dokter. “DI Jatim kekurangan dokter 7.415 dokter,” ujar Sukadiono beberapa waktu lalu.

Saat ini, kata dia, di Jatim sendiri baru ada sepuluh perguran tinggi yang memiliki fakultas kedokteran. Potensi tersebut, lanjut dia, sangat prospek dan bagus dan Unmuh sendiri akan menjadi salah satu FK dengan napas Islam. “Dengan penambahan FK, Unmu kini memilihi 5 prodi dibidang kesehatan dari 27 program studi yang tersedia,” kata dia.

Disinggung soal kesiapan membuka FK, ia mengungkapkan, sudah dipersiapkan sejak tahun 2009 alat-alat medis, gedung, hingga tempat praktik. “Untuk praktiknya kami sudah MoU dengan RSI Khotijah Sidoarjo,” kelasnya.

FK tersebut, kata dia, mempunyai daya tampung 40 mahasiswa. “Sedangkan jumlah dosen yang tersedia 32 dosen dengan keahlian yang berbeda-beda,” kata dia.

Patologis sosial

Sementara itu, Krisnayana Yahya, Pakar Statistik Institus Teknologi Nopember (ITS) Surabaya mengungkapkan, menjamurnya FK di Surabaya memang karena kebutuhan. Tingkat rasio dokter dan masyarakat itu masih tidak rasional dibanding dengan negara lain, seperti di Malaysia, Singapura, dan negara lainnya. Tingkat rasio di Indonesia adalah 1:2000, di Malaysia 1: 800, sementara di Singapura 1: 500, keadaan tersebut jika tidak segera dibenahi akan memperlambat pembangunan bangsa, utamanya dalam aspek kesehatan. “Maraknya FK di Surabaya menjadi bukti bahwa masyarakat masih sadar akan kekurangan tenaga medis,” jelas Krisnayana, saat dihubungi melalui telpon genggamnya.

Setelah terselenggaranya badan penyelenggara jaminan kesehatan (BPJS) dokter merupakan tenaga professional yang terikat pada lembaga rumah sakit atau asuransi. Pada zaman dahulu, dokter dibiayai oleh negara, namun pada saat ini orang yang masuk di FK merupakan kalangan elitis dan berduit. “Pendidikan dokter harus dibiyai agar tidak jadi pedagang, penentu tariff, dan menjadi kapitalis kesehatan,” tambahnya.

Dokter, lanjut dia, harus menjadi pelopor tenaga professional yang berfungsi sebagai social service kepada masyarakat. Jika tidak, maka hanya akan menjadi racun dan pedagang yang akhirnya berdampak pada kesehatan masyarakat. Bagaimana tidak? masuk di FK membutuhkan dana yang cukup banyak, bahkan hampir 1 miliar. Nanti ketika sudah lulus, jika ia tidak membunyai social service yang baik, maka hanya menjadi tabir kepercayaan masyarakat kepada dokter di Indonesia. “Hancurnya layanan kesehatan kalau berbagai universitas menarik uang ratusan juta rupiah untuk masuk di FK tersebut. Al-hasil yang masuk di dunia kedokteran bukan murni mahasiswa yang memang mempunyai service sosial yang baik, tetapi kalangan elitis,” kata dia.

Masuk dunia FK, sudah lumrah dikalangan masyarakat merupakan orang-orang terpandang atau pebambah gengsi keluarga. Pola pemahaman di masyarakat merupakan penyakit sosial yang harus segera dibenahi, sebab ia berfikir setelah menempuh pendidikan kedokteran maka ia akan menjadi dokter. “Walau dengan cara apapun,” lanjutnya. “Makanya tidak heran, jika pengangkatan dokter bersifat genetic. Jika tidak mempunyai riwayat tenaga kedokteran maka mustahil akan diangkat menjadi dokter,” tambah Kresnayana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun