Menurut Nidom sendiri, kalau pernyataan WHO tidak sesuai dengan data di lapangan, maka bisa saja dituntut sesuai dengan undang-undang akademis, karena sudah meresahkan masyarakat. Kesiapan ia beserta timnya membuat vaksin virus zika, jika memang diberikan kepercayaan penuh pemerintah.Â
Pemerintah harus belajar menghargai peneliti yang muncul dari negeri sendiri, bukan malah disingkirkan. Mengenai vaksin tersebut, ia beserta timnya akan membuat vaksin dalam waktu 6 bulan. Lebih singkat dibandingkan jangka waktu yang dibutuhkan World Health Organization (WHO) untuk membuat vaksin tersebut. Sementara WHO mencatatkan satu tahun untuk membuat vaksin tersebut. Bukti konkrit, bahwa virus zika beserta vaksinnya hanya orientasi bisnis, saat ini, isu virus zika sudah menghilang tanpa jejak. Bisa saja, itu disebabkan, komentar tegas yang diutarakan oleh Prof Nidhom sendiri.
Untuk itu, masyarakat sebagai konsumen harus cerdas dalam menyelesaikan suatu masalah. Jangan hanya terpaku pada sisi yang tampak saja, cobalah pecehkan dalam perspektif yang berbeda. Selain itu, penulis menyayangkan kasus pemalsuan vaksin yang terjadi di Tangerang. Sebab, dampak dari vaksin tersebut jauh lebih berbahaya dari kaum pedhofilia dan hiper sex yang hanya berdampak pada dua orang atau lebih. Namun, terkait dengan vaksin satu tetes bisa berbahaya buat sejuta umat. *) ...