Semua wanita idealnya tak ada yang mau menjadi single parent. Karena hal itu bukanlah pilihan melainkan satu kondisi yang tidak mudah dihadapi. Namun, pada akhirnya status itu bisa menimpa siapa saja. Entah itu ibu rumah tangga biasa atau wanita karier yang sedang berada di posisi puncak. Status itu bisa terjadi akibat perceraian, pasangan meninggal dunia, atau suami menghilang tidak jelas keberadaannya. Sayap pun terkepak tinggal sebelah, sedangkan kehidupan terus berjalan. Bila seorang ibu tidak kuat dan kokoh maka anak-anaknya akan menderita dan terpuruk. Siap atau tidak siap, menjadi single mother harus dijalani untuk bisa melanjutkan kehidupan ini.
Single parent adalah gambaran seorang perempuan tangguh. Segala hal berkenaan rumah tangga ditanggung sendiri. Mulai membereskan rumah, mencari nafkah keluarga, dilakoni sendiri . Dalam posisi ini, seorang wanita diharuskan untuk bisa berperan ganda , menjadi Ibu sekaligus Ayah bagi anak-anaknya. Tugas pun semakin besar; yang mengasuh, membesarkan, dan mendidik anak-anak,juga ia harus menjadi tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah . Semua ini bukanlah hal yang mudah. Apalagi jika dialami kaum perempuan yang manja, kurang tangguh, dan sangat bergantung pada orang lain. Terlebih ketika sebelumnya ia sama sekali tidak terbiasa menjalani kehidupan berat, karena selama ini sudah terpenuhi suaminya ketika masih bersama.
Banyak beban yang ditanggung para single parent ini. Tidak hanya beban materi saja yang harus mereka hadapi, beban sosial pun juga menguji mental mereka. Tak sedikit komentar sumbang yang mereka terima jika mereka tidak pandai-pandai menjaga diri sebagai bentuk ikhtiar dalam berjuang agar fitnah tidak sering mereka hadapi. Perempuan yang masih berstatus lajang saja rawan menimbulkan fitnah. Apalagi mereka yang bersatus ‘pernah menikah’. Harus dipahami bahwa masyarakat kita masih rentan untuk status yang satu ini.
Hal itu terjadi karena banyak diantara masyarakat kita yang tidak bisa memahami tentang bagaimana perasaan dan perjuangan seorang wanita single parent dalam menjalani kehidupannya, belum pernah terbayang jikalau kondisi yang sama akan dialami oleh dirinya, keluarga atau orang-orang terdekatnya. Betapa kondisi ini bukanlah suatu keinginan atau pengharapan, karena fitrah kita sebagai manusia membutuhkan pasangan hidup dan pasti akan memilih untuk memiliki rumah tangga yang utuh, langgeng, sakinah mawadah warahmah .
Hanya saja, wanita single parent disini tidak termasuk kepada kepada kaum hawa yang memang menjadikan status tersebut sebagai sebuah pilihan hidup. Tulisan ini ditujukan kepada mereka yang benar-benar mendapati kondisi tersebut karena ujian kehidupan. Sebuah posisi yang sama sekali tidak didambakan sebelumnya, namun karena ujian (suami meninggal atau akibat perceraian) datang secara tiba-tiba yang mengharuskan ia harus terus melanjutkan kehidupan.
Jika ujian yang berat ini datang, sejatinya mereka adalah wanita-wanita hebat , karena sudah pasti ujian ini hanya didatangkan kepada wanita-wanita hebat yang mampu melewatinya dengan penuh kesabaran, karena ini bagian episode kehidupan yang harus dijalani dan dihadapi dengan senyuman..
Sekalipun ada wanita yang lebih memilih untuk tidak menikah lagi, terutama kepada mereka yang ditingal suaminya karena meninggal dunia, sungguh juga bukan keputusan yang mudah, tentu keputusan itu sudah dipertimbangkan dengan pertimbangan terbaik, karena bukan suatu hal yang mudah bagi wanita untuk bisa memutuskan untuk menikah lagi , terutama dalam kaitannya dengan keluarga suami , anak-anak, atau juga lingkungan di sekitarnya. Hanya saja, akan jauh lebih hebat jika di setiap malam wanita hebat itu terus memanjatkan doa kepada Allah SWT dan ihtiyar, agar bisa dipersatukan kembali dalam ikatan suami istri, jika ia berpisah dengan suaminya karena perceraian . atau memohon untuk dipertemukan kembali dengan jodoh pilihan Allah . Terkait dengan hasil, Allah jauh lebih tau mana yang terbaik buat hamba NYa. Sekalipun dia selamanya ditakdirkan menjadi single parent , maka itulah kehidupan terbaik buat dia yang harus disyukuri dan terus menebar kemanfaatan buat keluarganya.
Sekalipun harus sendiri dan mandiri dalam mengarungi samudera kehidupan ini, jangan pernah bersedih dengan kesendirian, jangan pernah meratapi keadaan. Karena predikat baik buruk dimata Alloh bukanlah dari status kita, tapi dari ketaqwaan kita dan sejauh mana kita bisa memberikan kemanfaatan bagi diri dan orang lain .
Kita bisa belajar dari para wanita-wanita hebat dan tangguh yang tercatat dalam sejarah menjadi single parent dalam menjalani kehidupannya. Bagaimana ketekunan dan kesabaran seorang single parent seperti Ibunda Imam Syafei dapat membesarkan anak yang hafal Al-Quran di usia dini dan menjadi Imam besar sesudah dewasa. Bagaimana dahsyatnya ketegaran dan perjuangan Ibunda Siti Hajar saat harus berdua dengan Ismail kecil, terpisah dari suaminya dan berada di daerah yang tak berpenghuni, tak tersedia makanan dan minuman. Bagaimana tingginya kesucian dan kehormatan Ibunda Siti Khodijah saat menyandang single parent dan Alloh menjodohkannya dengan manusia pilihan (Muhammad Rosulullah). Bagaimana besarnya keteguhan dan kemandirian Ibunda Maryam membesarkan Nabi Isa seorang diri.
Wanita single parent harus pandai membagi waktu, melengkapi statusnya sebagai ayah dan ibu sekaligus. Perannya sebagai ayah, sebagai pemimpin keluarga kecil yang dimilikinya. Kemandirian dalam mengambil keputusan dan membuat kebijakan secara mandiri untuk keluarga kecilnya. Selain itu harus menafkahi kebutuhan hidup dalam keluarganya. Sehingga dalam hal ini ia harus benar-benar jeli dan kreatif , tentu untuk mengawali tgas baru ini tidaklah mudah. Keluarga terdekat harus sangat aktif berperan dalam membantu meski sekedar untuk bisa membantu mengawali atau memotivasi dan memberikan berbagai macam dukungan hingga akhirnya benar-benar bisa mandiri.
Perannya sebagai ibu, yaitu menjalankan fitrah dan kewajibannya sebagai perempuan, meliputi mengasuh dan membesarkan anaknya, serta hal-hal yang ada dalam rumah. Walaupun dalam kondisi bekerja, tetap harus wajib dan bertanggung jawab dalam mengontrol apa yang terjadi di dalam rumah. Mempersiapkan kemandirian untuk mental si anak juga sangat perlu. Kasih sayang adalah kunci segala-galanya. Memberi pengertian kepada anak pelan-pelan dengan menyesuaikan usianya. Tidak bisa dihindari, anak akan mengalami dampak psikologis yang akan memengaruhi terhadap perilakunya di rumah, sekolah, dan masyarakat. Menumbuhkan kepercayaan dirinya dan meningkatkan rasa nyaman merupakan tugas utama.
Wanita yang sedang dihadapkan pada pilihan menjalani hidup sebagai ‘Single Parent’, jadilah diri sebagai ‘Single Fighter’ yang dibanggakan oleh buah hati kalian, yang mampu menjaga kehormatan diri dan keluarga, bukan hanya mereka yang mampu menjadi penyejuk hati orang tua, namun orang tua juga harus mampu menjadi penyejuk hati mereka.
Sebuah ungkapan dari Ali Ibnu Thalib berikut ini, sangat baik untuk menumbuhkan motivasi para wanita single parent .
“Bukanlah kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita sulit, karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan jangan menyerah untuk mencoba, maka jangan katakan pada Allah SWT, aku punya masalah, tapi katakan pada masalah aku punya Allah yang maha segalanya” .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H