Kaca patri dirakit satu per satu dengan menggunakan timah atau kuningan sebagai rangkanya, dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah desain elegan.
Dalam proses menyusun dan mematri kaca hias tersebut, dibutuhkan keahlian spesial dari pengrajinnya. Keindahan bentuk desain, komposisi warnanya serta kerapian hasilnya menjadi nilai khusus bagi karya seni yang satu ini.
Kaca patri seringkali kita temukan lokasi ibadah contohnya masjid dan gereja, ataupun rumah tinggal pribadi, ataupun gedung umum seperti kantor, stasiun, bandara dan masih banyak lagi.
Permukaan kaca patri yang berwarna-warni seringkali tampak seperti dilukis dengan lihai membentuk beragam motif . Binatang, bunga, pemandangan hutan, lautan ataupun tulisan kaligrafi Arab biasa menjadi model yang dipilih.
Tidak hanya kacanya yang menjadi pemandangan elok, tapi sinar yang masuk setelah menerpanya akan terlihat lebih cerah dan berwarna-warni. Baik sinar matahari dari luar di siang hari ataupun sinar lampu dari dalam bangunan di malam hari menjadi keindahan tersendiri.
Setidaknya ada 3 jenis bahan kaca yang sering digunakan membuat kaca patri. Jenis-jenis tersebut adalah kaca import (70% kaca import dan 30% kaca lokal), kaca semi (40% kaca import dan 60% kaca lokal), ataupun 100% kaca lokal.
Seperti namanya, kaca import dibuat dan didatangkan dari luar negeri. Walaupun memiliki harga yang mahal, kaca import memiliki warna yang lebih natural dan tajam dibanding kaca lokal.
Tekstur kaca lokal biasanya halus di sisi depan dan kasar di sisi belakang, sementara kaca import halus di kedua sisinya. Hal ini membuat pemotongan dan pemrosesan kaca import menjadi lebih mudah bagi pengrajin.
Walaupun harga kaca patri tergolong mahal untuk dekorasi rumah atau bangunan, tapi karya seni ini bisa menyimbolkan jati diri pemiliknya. Orang yang memilikinya pastilah memiliki minat estetis yang tinggi dan sangat mengapresiasi nilai seni sehingga rela membayar mahal untuk menampilkan keindahan di rumahnya.