Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi.
Minyak mete atau CNSL bersifat viscous, lekat-lekat kental, berwarna coklat kehitaman, pahit, pedas, sangat reaktif dalam reaksi oksidasi maupun polimerisasi. CNSL merupakan minyak yang tersusun dari senyawa fenolat kompleks dengan rantai karbon panjang bercabang dan tidak jenuh. CNSL dapat dihasilkan dengan cara pemanggangan, pengepresan (pressing) atau ekstraksi menggunakan pelarut kimia.
Produk dari pohon mete di Wonogiri pada umumnya dikemas dalam bentuk kacang mete kupas dan gelondongan mete. Sedangkan kulitnya seringkali hanya dijadikan limbah karena dianggap tidak memiliki nilai daya guna.
Jika diolah menjadi minyak mete (Cashew Nut Shell Liquid atau CNSL) menghasilkan bahan pestisida nabati, pengawet kayu, oli rem mobil dan pesawat terbang, untuk bahan industri cat, bahan anti karat, lecquer, bahan pembungkus kabel, pembuatan kampas rem kendaraan bermotor serta sebagai bahan bakar (yang renewable)
Peneliti dari Teknik Kimia UGM dan Pemenang Technopreuneur Award - suatu ajang yang diperuntukan bagi ilmuwan yang memiliki motivasi tinggi di bidang wirausaha - Budhijanto, PhD. dalam proposal penelitiannya berhasil mengembangkan pemanfaatan minyak kulit biji jambu mete yang dapat dipakai sebagai perekat terbarukan untuk industri kayu.
Kulit biji jambu mete yang ternyata kandungan minyaknya cukup tinggi sekitar 20-30% sebagai sumber fenol alami yang potensial sebagai pengganti fenol dari bahan baku minyak bumi.
Pemanfaatan minyak dari kulit jambu mete untuk perekat kayu bisa menghemat devisa pada industri kayu lapis nasional karena tidak perlu mengimpor fenol formaldehid.
Selama 1998-2002 Indonesia mengimpor fenol rata- rata 32.090 ton/tahun atau senilai 24.552.971 dolar AS dan resin fenolik rata-rata 20.570 ton/ tahun atau senilai 16.707.203 dolar AS. Sektor industri kayu juga mengimpor 14.865 ton fenol/tahun. (ristek.go.id)
Proses Pembuatan Yang Sederhana dan Padat Karya
Proses pembuatan minyak mete menjadi minyak mete (Cashew Nut Shell Liquid atau CNSL) cukup sederhana. Kulit mete yang sudah dibersihkan, dipanaskan diatas tungku yang berisi minyak goreng. Fungsi minyak goreng untuk memancing keluarnya minyak mete, sehingga komposisi minyak goreng yang dipakai hanya sedikit.
Sebagai gambaran, untuk lima hingga sepuluh kilogram limbah mete, dibutuhkan minyak goreng yang berasal dari minyak kelapa sekitar satu liter. Dari hasil olahannya itu, bisa dihasilkan minyak mete tiga sampai lima liter.
Teknik lain nya menggiling kulit mete dengan mesin rakitan sederhana guna mengeluarkan minyaknya kemudian dialirkan ke enam kolam tahap demi tahap untuk menghasilkan minyak yang jernih. Diperlukan waktu dua minggu hingga seluruh proses selesai. Dari 5 ton kulit mete dapat dihasilkan 600 kilogram minyak CNSL.
Dengan proses ini, pembuatan minyak mete menjadi lebih cepat dan menguntungkan karena tidak memerlukan banyak biaya terutama untuk pembelian minyak kelapa hanya diperlukan biaya tambahan membangun kolam penjernih minyak.
Manfaat bagi Kabupaten Wonogiri
Usaha minyak mete dapat memberikan keuntungan yang sangat besar kepada para petani, namun hal tersebut kurang dapat dimanfaatkan oleh para petani mete di kabupaten Wonogiri khususnya kecamatan Jatiroto sebagai penghasil Kacang Mete yang relatif besar di Wonogiri.
Presentasi dan pelatihan kepada masyarakat Jatiroto terkait cara pengolahan kulit mete menjadi minyak mete (Cashew Nut Shell Liquid atau CNSL) pernah dilaksanakan pada tanggal 14 hingga 16 Maret 2010 di 6 rumah kepala desa, yakni desa Pingkuk, Mojopuro, Ngelo, Pengkol, Jatirejo dan Duren. Dari hasil presentasi didapatkan respon yang sangat baik dari para kepala desa. Dari keenam kepala desa, hanya  satu kepala desa yang sudah mengetahui manfaat kulit mete tersebut. Selebihnya sama sekali baru mengetahui dan tertarik untuk mengembangkan kulit mete untuk menjadi bahan baku industri tersebut.
Padahal apabila produksi minyak mete dikembangkan maka dapat menjadi sebuah sektor industri yang baru yang dapat mengangkat kehidupan masyarakat petani mete dan menjadi pembuka lapangan kerja baru yang dapat menyerap banyak tenaga kerja.
Dalam satu tahun, limbah kulit mete di Kabupaten Wonogiri 6.210 ton. Harga kulit mete Rp 15.000 per karung saat produksi berlimpah. Di luar musim panen, harga kulit mete melonjak hingga Rp 28.000 per karung dengan isi 8-9 kilogram. Limbah kulit mete tersebut pada umumnya hanya digunakan sebagai kayu bakar.
Peluang ekspor CNSL masih sangat terbuka. Data International Trade Center (ITC) menunjukkan bahwa kebutuhan Amerika Serikat mencapai 7.420 ton CNSL yang sebagian besar masih dipenuhi dari India dan Braz (ikm.deperrin.go.id).
Namun potensi ini belum digali oleh masyarakat Wonogiri dikarenakan tidak adanya informasi terkait cara pembuatan minyak mete dan kepada saja minyak mete tersebut dapat dijual.
Semoga nasib petani mete mendapat perhatian serius dari pemerintah Kabupaten Wonogiri.
Togisbb
Creativestation Inc
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H