Mohon tunggu...
Rudi Mulia
Rudi Mulia Mohon Tunggu... Konsultan - Konselor

salah satu Co-founder Komunitas Love Borneo yang mendirikan rumah baca di pedalaman Kalimantan Barat. saat ini sudah ada 16 rumah baca dan akan terus bertambah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tidak Ditolong Karena 'Berbeda'

11 Oktober 2012   04:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:57 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selasa siang kemarin, ketika saya dinas lapangan saya mampir dirumah salah satu dampingan di daerah Kramat Kwitang. Rumah dampingan yang ada dalam gang sempit itu, semakin terasa sesak dengan banyaknya barang-barang yang ditaruh di luar rumah. Saya memilih duduk di muka rumah bersama dengan penghuninya dan dengan tetangga yang lain.

Tiba-tiba ada orang-orang berlarian sambil teriak ada kebakaran. Saya pikir kebakaran itu dekat rumah dampingan kami. Sempat panik dan kaget namun ternyata lokasi kebakaran itu ada di jalan kramat II, tidak jauh dari lokasi saya berada.

Beberapa tetangga segera pergi dan mengatakan ingin melihat kebakaran tersebut. Selang beberapa saat kemudian mereka balik lagi dan bercerita ada beberapa rumah yang terbakar. Sudah ada tugas pemadam kebakaran yang datang. Salah satu tetangga bertanya, “loe gak bantu siram?”. Dan ini jawaban yang cukup menyedihkan hati saya. “biarin aja, itu kan itu wilayah ahok (etnis tionghoa)” ujarnya sambil berlalu.

Seperti petir menyambar di siang hari bolong. Saya tertegun dengan kalimat itu. Ingin bertanya kepadanya, memang kenapa kalau itu wilayah Ahok. Tapi saya urungkan niat itu. Dampingan saya yang tahu bahwa saya juga orang keturunan tionghoa hanya tersenyum kecut dan berkata ‘ada-ada saja loe”.

Sejujurnya,  dalam hati ini, saya tidak menerima pernyataan itu. Mengapa ada orang yang kalau ingin menolong orang lain harus pilih-pilih? Kalau dia tidak seagama dengan saya, kalau dia tidak sesuku sama saya, kalau dia tidak sepaham dengan saya, maka tidak akan saya tolong. Bisa hancur bangsa ini kalau pemahaman seperti ini berkembang dalam masyarakat.

Mengapa saya katakan bisa hancur? Coba saja kalau pemahaman ini diajarkan kepada anak cucunya, tetangganya, teman mainnya, bukankah bibit kehancuran ini akan berbuah pada saatnya nanti. Fiuhh…. Mengapa ada saja orang-orang yang seperti ini. Semoga saja di kompasiana ini tidak ada manusia yang menolong orang harus melihat status suku, agama atau rasnya dahulu. Jika masih ada, segeralah bertobat.

Salam kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun