Mohon tunggu...
Rudi Mulia
Rudi Mulia Mohon Tunggu... Konsultan - Konselor

salah satu Co-founder Komunitas Love Borneo yang mendirikan rumah baca di pedalaman Kalimantan Barat. saat ini sudah ada 16 rumah baca dan akan terus bertambah

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Karena Ingin Menikah, Status HIV Disembunyikan

30 Mei 2012   04:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:36 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini ada sedikit cerita yang mau saya share-kan kepada teman-teman terkait denga pekerjaan saya sebagai seorang pekerja lapangan yang menemani anak-dewasa yang terpapar virus HIV.

Sebut saja namanya Mawar (30 tahun), janda beranak satu yang telah ditinggal mati oleh suaminya beberapa tahun yang lalu karena virus HIV-AIDS telah menggerogoti kesehatannya tanpa mendapatkan pertolongan dengan cepat. Warisan yang ditinggalkan oleh suami berupa usaha rumah yang sedang berkembang dan ‘bonus’ tambahan berupa virus yang saat ini menetap dalam tubuhnya. Anak mereka dalam kondisi sehat dan negatif virus.

Mawar setahun yang lalu menyatakan keinginannya untuk menikah kembali dengan pasangannya. Saya yang mendengarnya bahagia dan tentu saja mendukung keinginannya untuk membina kembali sebuha mahligai rumah tangga. Namun, yang menjadi kendala adalah Mawar mengatakan tidak akan memberitahu status kesehatannya kepada calon suaminya.

Tentu saja saya agak tidak setuju. Karena bagi saya, mawar harus terbuka kepada suami daripada nanti akan menjadi masalah baru ketika mereka sudah berumah tangga. Masalah yang timbul nanti bila suami juga terinfeksi virus HIV, karena tidak tahu status istri sebelumnya, tentu akan membuat dia terpukul. Ini bisa terjadi bila suami tidak mau memakai kondom dalam hubungan badan. Lalu bila nanti Mawar hamil ada kemungkinan anaknya juga tertular bila tidak mengikuti program PMTCT (Preventing Mother to Child Transmission). Belum lagi Mawar yang setiap hari mengkonsumsi obat ARV untuk menekan jumlah virus dan periksa kesehatan minimal sebulan 1x, tentu akan menjadi bahan pertanyaan dari sang suami kenapa dia harus minum obat tiap hari dan terus ke dokter.

Bujukan dan diskusi dengan Mawar tetap tidak menggoyahkan keinginannya untuk menutupi status HIV-nya. Dia takut bila nanti dia membuka status, maka calon suami akan meninggalkan dirinya dan akan memberitahukan statusnya kepada orang lain. Lebih baik dia diam dan hidup berumah tangga seolah-olah tidak ada masalah dengan dirinya.

Jujur ini menjadi dilema bagi saya yang bertugas di lapangan. Satu sisi kita sedang mencegah angka penularan HIV supaya tidak ada lagi manusia yang terinfeksi HIV, namun di sisi lain saya hanya bisa kesal dengan dampingan bila sudah ngeyel seperti Mawar yang ingin menikah namun tidak mau terbuka dengan pasangannya.

Bagi saya, bila ada keterbukaan dari awal tentunya itu akan menolong program pencegahan virus HIV dalam keluarga dan –sekali lagi- menurut saya bila memang benar-benar mencintai pasangannya, tentu dia bisa menerima pasangannya itu apa adanya bukan karena ada apanya. Memang untuk kasus seperti Mawar ini butuh kesabaran yang panjang untuk meyakinkan Mawar. Mawar yang dulu tidak tahu apa-apa mendapatkan virus HIV dari suami, sekarang malah ingin “membagikan” virus kepada calon suami yang tidak tahu apa-apa. Fiuhhh…… inilah sedikit cerita yang bisa saya bagikan. Salam

Selamat siang

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun