Mohon tunggu...
Rudi Mulia
Rudi Mulia Mohon Tunggu... Konsultan - Konselor

salah satu Co-founder Komunitas Love Borneo yang mendirikan rumah baca di pedalaman Kalimantan Barat. saat ini sudah ada 16 rumah baca dan akan terus bertambah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[MIRROR] Tolong Jemput Kita

16 Desember 2011   02:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:12 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

oleh Rudi Mulia No. 115

Jam digital di dashboard Andri menunjukan pukul enam sore. Sambil membaca buku novel, Andri terlihat tampak tidak senang.

“Sial... lama amat neh mereka. Janji jam setengah enam, sampai sekarang belum muncul juga” gumam Andi dalam hati. “Mana Hp lowbat lagi. Arghh.. Gw mattin dulu deh biar bisa tahan sampai malam"

Andi sedang menunggu ketiga rekannya di salah satu gang kompleks perumahan. Dia dan teman-temannya sudah sepakat untuk menghabiskan akhir minggu ini di Villa milik keluarga Andri di daerah Anyer. Villa itu sudah lama tidak disinggahi oleh keluarganya. Hanya Mang Mamat yang merupakan penduduk sekitar villa tersebut diminta untuk menjaga dan merawat villa mereka. Mang Mamat sudah diberitahu bahwa malam ini mereka akan datang dan akan menginap. Sementara itu, keadaan di luar terlihat udara amat sesak oleh polusi kendaraan dan langit kota Jakarta terlihat lebih rendah dari biasanya. Barangkali, sesuatu yang teramat berat sedang membebaninya sore ini.

Tak lama kemudian, tampak wajah Dani, Ryan dan Jordy muncul dari ujung gang. Mereka tampak tersenyum kecil sambil setengah berlari menghampiri Andi.

“Oi... telat neh” protes Andi setelah mereka masuk ke dalam mobil.

“Sorry bro. Neh Si Ryan numpang boker dulu di rumah gw. Lama lagi bokernya.” Ucap Dani menyalahkan Ryan.

“Iya. Sorry dri. Perut gw mules dari rumah tadi. Kayaknya gara-gara makan cabe kebanyakan. Tapi sekarang udah enakan kok. Udah yok jalan” kata Ryan yang duduk di kursi depan menemani Andri.

“Yakin loe? Jangan sampai boker di mobil gw entar” kata Andri

“Sial loe” sergah Ryan. “Enggak lah. Udah keluar semua neh. Paling kentut-kentut aja sepanjang jalan. Hahaha....Udah yuk jalan nanti keburu kemaleman nyampenya”

Segera Andri menjalankan kendaraannya. Melintasi jalan-jalan ramai kendaraan dan tak lama mereka telah berada di jalan tol yang mengantarkan mereka menuju Anyer. Canda, tawa dan cerita menyertai mereka selama perjalanan.Di tengah perjalanan mereka berhenti sejenak untuk makan malam sekalian berbelanja untuk bekal menginap. Tepat pukul sembilan malam, mereka selesai makan dan belanja. Mereka pun melanjutkan perjalanannya. Kira-kira setengah jam setelah itu

“Dri, perut gw males lagi neh. Aduh gak tahan neh. Masih jauh gak ya tempat istirahatnya. Sial kambuh lagi” Ucap Ryan sambil memegang perutnya

“Ah elah. Tadi kenapa gak sekalian” jawab Andri kesal

“Sorry Bro. Tadi gak sakit perutnya. Sekarang baru sakit” balas Ryan

“Makanya tadi jangan makan sambel lagi nyong” timpal Jordy

“Iye.. Sok tahu sih loe mau makan sambel banyak. Udah tahu tadi habis sakit perut gara-gara sambel” gumam Dani.

“Iya..iya sorry. Aduh gak tahan lagi neh. Gw boker di pinggiran aja deh. Please Dri, daripada gw boker di mobil” ucap Ryan memelas

“Ah sial nyusahin loe” jawab Andri kesal. Segera dia meminggirkan kendaraannya sambil memberi tanda. “ya udah buruan sono. Jangan lupa neh bawa tissue basah buat lap”

Ryan turun dan segera mencari semak-semak tidak jauh dari belakang mobil

“Oi Ryan jangan lupa bilang permisi ya. Awas loe dikerjain kalau gak bilang permisi” seru Dani.

“Jiaah masih percaya begituan loe?” jawab Andri sambil tertawa kecil

“Gak ada salahnya juga dri. Daripada nanti ada kenapa-napa sama si Ryan” seloroh Jordy

“Gw mah gak percaya begituan dah. Mana ada kayak begitu-begituan sekarang. Lucu loe” jawab Andri meremehkan

Jordy dan Dani diam tidak mau membalas. Karena mereka tidak mau berargumen dengan Andri yang tidak percaya dengan hal-hal seperti itu.

“Gw sekalian dah mau kencing dulu” ucap Dani sambil turun dan berjalan ke arah belakang mobil

“Jangan kencingin Ryan ya. Trus jangan lupa bilang permisi dulu haha...” canda Andri

Sepuluh menit mereka berdua tidak kembali. Andri mulai kesal karena mengira mereka berlama-lama dan ingin menakut-nakuti dia. Andri kemudian meminta Jordy untuk menyusul mereka. Tak lama mereka bertiga kembali berjalan dari arah belakang mobil.

“Kemana aja sih loe berdua lama amat!. Keburu malam neh sampe sono” ucap Andri kesal. “Semoga Mang Mamat belum tidur”

“Sorry” jawab Ryan singkat

Perjalanan dilanjutkan kembali. Tidak ada pembicaraan. Ryan, Jordy dan Dani menutup mata, pura-pura tidur.

“Sial pada tidur. Bukannya nemenin gw. Awas loe orang nanti gw kerjain di Villa. Untung aja sudah gak jauh lagi” gumam Andri dalam hati.

Di langit, terdengar gemuruh seperti benda yang berbenturan. Awan tampak hitam menebal. Sambil berdoa agar hujan tidak turun cepat, Andi semakin mempercepat laju mobilnya melintasi rumah-rumah penduduk. Sesampai di depan villa keluarganya, Andi berhenti dan membunyikan klakson meminta Mang Mamat untuk segera membukakan pintu Villa. Tidak ada yang membukakan pintu. Andi kembali membunyikan klakson sementara rintik hujan mulai membasahi bumi. Pagar terbuka dan kemudian sosok orangtua muncul dari balik pagar dan membukakan pintu.

Andri segera memarkirkan kendaraannya. Dia bergegas turun dan masuk kedalam villa. Sementara ketiga rekannya sibuk mengurusi barang bawaan. Sambil masuk dia membuka HP yang dari tadi dia matikan. Muncul 18 SMS. Salah satunya dari Dani. Kemudian dia buka dan mata Andi terbelalak membaca pesan Dani.

“OI ANDRI KENAPA LOE TINGGALIN KITA. KITA KAN MASIH KENCING. JAHAT BANGET SIH LOE. SIAL LOE...”

SMS Selanjutnya dari JORDY. “KAMPRET BALIK LOE. HUJAN NEH DISINI”

SMS lain dari Ryan “TEGA AMAT LOE HUKUM KITA SAMPAI DITINGGALIN DIPINGGIR JALAN BEGINI. TOLONG JEMPUT KITA. HUJAN DERAS NEH”

Andry mulai ketakutan. Dengan segala kekuatan, ia pun berlari kencang masuk ke dalam rumah, dan menguncinya. Di balik pintu, ia berdiri dan mengatur pernapasannya yang tak beraturan. Kemudian, dengan gerakan pelan, ia menyingkap tirai jendela. Pada saat itulah ia melihat kumpulan arwah penasaran yang meminta jiwanya untuk menemani mereka mengganggu orang-orang yang tidak percaya akan dunia mereka. Andry pun akhirnya menjadi salah satu dari arwah penggangu yang saat ini mungkin berada di belakang anda.

[caption id="attachment_148977" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar dari google"][/caption]

UNTUK MELIHAT POSTINGAN PESERTA LAINNYA, DAPAT ANDA LIHAT DISINI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun