Mohon tunggu...
Rudi Mulia
Rudi Mulia Mohon Tunggu... Konsultan - Konselor

salah satu Co-founder Komunitas Love Borneo yang mendirikan rumah baca di pedalaman Kalimantan Barat. saat ini sudah ada 16 rumah baca dan akan terus bertambah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Biarkan Mereka (Anak-anak) Bermimpi Bebas

28 Juli 2011   11:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:18 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah membaca Laskar Pelangi atau menonton langsung filmnya? Saya percaya bagi anda yang telah membaca dan menonton laskar pelangi, ada satu kata yang bisa dicetak tebal untuk menggambarkan benang merah laskar pelangi: MIMPI. Alur cerita berakhir dengan terwujudnya mimpi dari sang pemimpi.

Mimpi dan bermimpi adalah milik semua orang, tidak memandang status sosial, tidak memandang latar belakang budaya, tua dan muda, laki dan perempuan, dan intinya tidak ada batas bagi seseorang untuk bermimpi. Tetapi kenyataan yang tidak dapat dipungkiri adalah kemampuan seseorang untuk bermimpi semakin menurun sejalan dengan bertambahnya usia.

Saya sering membaca kisah tokoh-tokoh dunia dimana semua usaha, pekerjaan, aktifitas, pelayanan, penemuan mereka dimulai dari mereka bermimpi tentang sesuatu. Contoh: Walt Disney dengan mimpi tempat bermain anak-anak yang besar, Bill Gates dengan mimpi setiap keluarga memiliki computer di rumah mereka masing-masing, Thomas Edison yang bermimpi bahwa ada penerangan buat semua orang, dan lain sebagainya.

Lalu bagaimana dengan anak-anak?Apakah mereka tidak bisa bermimpi besar? Justru itu pendapat keliru. Anak-anak tidak perlu diajarkan atau didorong untuk bermimipi, khayalan mereka sangat tak terbatas. Coba saja kumpulkan seratus orang anak usia 5-23 tahun dan tanyakan apa mimpi mereka. Kita bisa takjub dengan jawaban yang mereka berikan. Terkadang mimpi mereka menurut kita sangat tidak masuk akal. Benar?

Sebagai orang dewasa, kita sering berada di persimpangan pertanyaan; apakah sebaiknya memberi semangat kepada anak-anak mengenai mimpi mereka atau memadamkan mimpi mereka yang sangat tidak masuk di akal. Kita merasa mimpi mereka menurut situasi dan kondisi yang ada, tidak akan bisa mendukung. Lalu kita mencoba mengajarkan anak-anak untuk lebih realistis ketika mereka mengangan-angankan sesuatu. Tentu saja alasannya adalah karena kita mengasihi mereka dan kita tidak ingin mereka kecewa apabila cita-cita mereka tidak tercapai.

Yang mau saya katakan begini: Anak-anak memiliki daya tahan yang sangat tinggi dalam proses pencapaian mimpi mereka. Tidak percaya?? Ketika mereka memimpikan sesuatu, mereka akan berusaha mewujudkannya. Anak-anak tidak mengenal istilah kecewa, patah semangat, kehilangan arah, dan istilah-istilah sejenis yang sangat akrab dengan kehidupan orang dewasa.

Saya memiliki keponakan. Tahun ini dia mulai bersekolah di playgroup. Sebelumnya kita sudah menjelaskan apa itu sekolah, bagaimana nanti dia akan berinterkasi dengan lingkungan baru, mempunyai teman baru dan sebagainya. Dia sangat antusias. Setelah itu dia punya hasrat yang tinggi untuk sekolah. Sering dia bertanya, ”Kapan saya sekolah?”. Dia sudah ada mimpi untuk belajar dan memiliki teman-teman baru. Dari sini saya belajar banyak hal, di antaranya adalah mereka mengajarkan saya untuk bermimpi dengan bebas. Bagi mereka the sky is the limit. Mimpi mereka tidak memiliki batasan. Kebalikan dengan orang dewasa, mimpi kita dibatasi oleh situasi dan kondisi dengan alasan karena kita mencoba untuk lebih rasional dan realistis. Sadarkah Anda bahwa pemikiran rasional dan pengetahuan yang kita miliki seringkali merupakan ”pembunuh” bagi daya imajinasi kita sehingga kita gagal melihat lebih dalam, lebih jauh, bahkan lebih indah daripada apa yang dapat ditangkap oleh mata.

Anak-anak sangat antusias, positif dan optimis mengenai hari depan mereka. Jangan pernah membatasinya. Jangan pernah mencemarinya dengan dalih rasionalisme apalagi dengan kekhawatiran. Biarkanlah anak-anak bermimpi dengan bebas, dan ketika kita mengajarkan anak-anak kita tentang kehidupan, sebaiknya kita juga belajar dari mereka tentang memperjuangkan mimpi itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun