Mohon tunggu...
Dani Febri
Dani Febri Mohon Tunggu... Penulis - Terpercaya, Akurat, dan Kredibel

Yakinkan dengan iman Usahakan dengan ilmu Sampaikan dengan amal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebab Aku Terlalu Naif Nona

5 April 2024   02:55 Diperbarui: 5 April 2024   03:01 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini kepala sungguh berisik, suaranya sungguh liar hingga jam dinding pun menanyakannya. Kau kenapa? Mukamu runyam, baikah hari mu hari ini. Pasrah adalah hal yang tepat. Bukan berarti tidak ada usaha, percuma saja usaha kalau di anggap gila.

Bagi yang bertahun-tahun sendiri sebab hatinya pernah patah, bisa menyukai kembali adalah sebuah anugerah. Tapi apakah ini suka? Apakah ini perasaan yang pernah terasa hingga berujung sama? Pria itu hanya bisa diam.

Memang terkadang yang kita anggap tujuan sering disalah tafsirkan. Ada yang menganggap itu hanya penasaran, itu hanya kesepian, atau itu hanya bualan. Yang jelas, aku yakin ketika kau sudah melakukan suatu kebaikan, tuhan akan membalas dengan kebaikan pula.

Tapi tunggu nona, aku mengenalmu bahkan memfollow medsosmu tidak ada tujuan untuk dekat. Semua berjalan sesuai iramanya semesta. Apakah ini bertepuk sebelah meja? Barangkali tidak, sebab diatas meja selalu ada cerita. Begitulah memang hidup, riuhnya laksana bianglala, berputar menebar bahagia seakan semua akan baik-baik saja lalu lupa bahwa proses gerak tetap sesuai porosnya.

Kalau kamu berkata jangan berharap, maka aku orang pertama yang akan mempupuk harapan itu agar terus tumbuh. Manusia akan mati tanpa harapan, karena ini lah aku tidak ingin mati sia-sia. 

Banyak yang bilang aku goblok, tolol, batu. Tapi mereka tau apa tentang tenang, mereka tau apa kalau sekedar ngbrol denganmu saja itu menghadirkan ketenangan. Sesederhana itu bukan. Tapi rupanya jauh sebelum itu,nyatanya aku telah mendamba sebelum kita bertatap muka. 

Aku terlalu naf untuk tidak memikirkanmu

Tapi aku juga sadar, gelas yang dipegang dengan kekuatan penuh akan pecah

Aku terlalu naf untuk tidak memikirkanmu

Tapi aku runyam, mendung bukan melulu soal kegundahan

Aku terlalu naf untuk tidak mengharapkanmu

Tapi aku terpekik, tatkala responmu penuh keabsurdan

Nona aku senang mengenalmu, mungkin belum jauh. Bagiku bukan soal jauh dekat, tapi ragamu berhasil membuatku selalu tenang, ku harap kamu begitu.

Nona aku suka matamu, tatapanmu membuat teduh.

Nona aku suka mindsetmu, cara berpikirmu membantuku meredahkan keadaan.

Dan satu lagi nona, apapun tentangmu aku berdoa yang terbaik kedepannya.

Aku benar-benar pasrah ala kadarnya. Sebab, perasaan ini sudah aku pernah rasakan beberapa tahun lalu. Dan aku tidak ingin berakhir dengan finish yang sama.

Hari ini dan kedepan, ijinkan aku menjadikan mu tujuan bukan pilihan. Dan biarkan di langit doa ku akan sampai, aku optimis Tuhan kita akan mempermudah jalan jika ia meridhoinya. Terima kasih nona, hadirnya kamu telah memberi warna baru untuk prosesku di akademik, karir, atau pun hal lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun