Mohon tunggu...
Dani Febri
Dani Febri Mohon Tunggu... Penulis - Terpercaya, Akurat, dan Kredibel

Yakinkan dengan iman Usahakan dengan ilmu Sampaikan dengan amal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengilhami Pemikiran Bapak Materialisme Modern dan Pengutuk Anarkisme

25 Juli 2023   19:24 Diperbarui: 25 Juli 2023   19:35 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/3bc6UUy

Thomas Hobbes (Inggris) 

Hobbes hidup pada masa suasana perang di Inggris pada abad ke 17, perang yang dialami oleh kubu charles 1 yang merupakan seorang anarki dengan kubu parlemen. Peperangan ini di menangkan oleh kubu parlemen yang akhirnya Charles 1 di hukum gantung.Menurut Hobbes pengalaman perang berbahaya itu memberikan suatu pemikiran bahwa anarki adalah sebuah bencana kemanusiaan yang paling tragis dan kehidupan bermasyarakat adalah sebuah usaha yang sangat rapuh. Atas dasar pengalaman itu,

Hobbes sangat menyukai masalah-masalah sosial. Pada saat muda ia sudah menamatkan kulianya di Universitas Oxford dan kemudian menjadi dosen pribadi keluarga bangsawan Cavendish.

Pemikiran filsafat Hobbes banyak dipengarui oleh karya-karya klasik era renaisans. Dalam perjalanan hidupnya ia sempat berkontak dengan Galileo dan sempat menjadi sekretaris pribadi Francis Bacon. Dalam filsafat politik ia menerbitkan buku yang berjudul Levhiatan. Ia juga menulis Element Of Law dan sebuah proyk raksaa untuk membahas manusia, alam, dan masyarakat, berturut-turut. 

Karena karya-karyanya, khususnya leviathan, Hobbes diaggap sebagai ateis yang jahat. Dia di benci semua golongan agama pada zamannnya. Meskipun demikian, kehidupan Hobbes menyangkal semua itu. Dia adalah orang yang sangat berbudi bahasa, toleran, dan mengabdikan hidupnya demi kemajuan ilmu pengetahuan.

KEMANDIRIAN FILSAFAT

Seperti Bacon, Hobbes berpendapat ilmu pengetahuan harus menjadi kekuasaan manusia untuk menaklukan alam kodrat. Pandangannya, filsafat tidak berurusan dengan ajaran-ajaran telogis. Yang menjadi objek penelitihan filsafat adalah objek-objek lahiriah yang bergerak beserta ciri-cirinya, atau dengan kata lain, objek-objek yang dapat dialami dengan tubuh kita. Kalau ada suatu substansi yang tak berubah-ubah, yaitu Allah, dengan juga substansi yang tak bisa diraba yaitu malaikat, roh dsb. Substansi seperti itu harus disingkirkan dari refleksi filsafat.

Berdasarkan pengandaian filsafat harus rigorus, Hobbes hanya mengesahkan empat bidang dalam filsafat. Yang pertama adalah geometri, yaitu refleksi atas benda-benda dalam ruang.  Yang kedua adalah fisika, yaitu refleksi atas hubungan timbal balik benda-benda dan gerak mereka. Yang ketiga adalah etika, yang dewasa ini kita sebut psikologi, yaitu refleksi atas hasrat-hasrat dan perasaan-perasaan manusia dan gerak-gerak mentalnya. 

Yang keempat adalah politik, yaitu refleksi atas institusi-institusi sosial. Keempat bidang ini saling berkaitan dalam filsafat. Kehidupan politik misalnya dianggap berhubungan dengan kehidupan mental yang pada gilirannya berkaitan dengan kehidupan fisik manusia. Menurutnya, masyarakat dan manusia bisa dikembalikan pada gerak dan materi dalam fisika.

PERINTIS MATERIALISME MODERN

Meskipun Hobbes berusaha menghancurkan metafisika tradisional, dia secara ironis masih bermetafisika. Hobbes mengandaikan bahwa kenyataan terakhir adalah kenyataan indrawi, yaitu kenyataan material yang bisa dialami. Cara Hobbes bermetafisika lain dari Filsuf abad pertengahan. Menurutnya, konsep allah sebagai penyebab kenyataan, oleh Hobbes dipandang lain, yaitu yang menjadi asas pertama kenyataan adalah materi dan gerak. Selanjutnya, Hobbes memandang konsep-konsep spiritual tidak relevan bagi filsafat, sebab tidak terdapat dalam pengalaman kita.

TEORI PENGETAHUAN SEBGAI TEORI BAHASA

Dalam filsafat Hobbes, empirisme sudah muncul sebagai teori bahasa. Hobbes berpendapat bahwa kata-kata memperoleh maknanya dengan melukiskan pikiran. Karena dasar dari pikiran adalah pengalaman. Kata-kata pun harus diuji dengan pengalaman.

Dengan demikian, atas dasar itu bisa dikatakan kata-kata abstrak tidak memiliki acuannya pada pengalaman. Maka, kata-kata tidak tidak mengacu pada hakikat yang universal, melainkan pada hal yang bersifat partikular saja. Kata-kata hanya ditempelkan pada benda-benda sebagai sebutan saja. Kata tak punya kenyataan pada dirinya. Dengan anggapan ini Hobbes menolak pandangan dari Descartes bahwa kesadaran (yang kemudian terungkap dalam kata-kata) adalah kenyataan bagi dirinya.

MANUSIA SEBAGAI MESIN ANTISOSIAL

Dalam karyanya De Hommine, Hobbes menyebut manusia sebuah mesin antisosial. Filsafatnya menyebut, konsep jiwa kehilangan ciri metafisisnya. Sebab, jiwa tidak lagi di pahami sebagai sebuah kenyataan yang melampaui pengalaman. Melainkan hasil dari pengindraan jasmaniah.

Perasaan-perasaan dalam diri manusia adalah masukan-masukan dari luar melalui panca indranya yang menghasilkan reaksi-reaksi mendekati atau menjahui sebuah objek. Kalau mendekati reaksi ini disebut "nafsu", misalnya rasa nikmat, gembira, cinta dsb. Kalau menjahui reaksi ini disebut "pengelakan" misalnya benci, kesedihan, rasa takut, dsb. Kedua reaksi ini bersaing dalam diri manusia. Siapa yang menjadi pemenangnya disebut "kehendak". Pandangan reaksi-reaksi ini dalam psikologi disebut "determinisme psikologis".

Dari pandangannya itu, Hobbes menyimpulkan ajaran-ajaran etisnya. Konsep baik bisa dikenakan pada objek nafsu. Sedangkan konsep buruk didasarkn pada objek pengelakan. Secara fundamental, manusia pada dasarnya ingin memuaskan kepentingannya sendiri. Untuk mempertahankan dirinya sendiri manusia mencari kenikmatan dan mengelak dari rasa sakit. Manusia yang bijak adalah manusia yang mampu memaksimalisasi pemenuhan keinginannya untuk kesejahteraan individualnya. Oleh Hobbes ini diebut egoisme.

Pandangan manusia sebagai makhluk antisosial berdasar dari setiap pemeliharaan diri akan bertabrakan dengan hasrat pemeliharaan diri dari orang lain. Dalam persaingan ini, manusia harus saling merebutkan sumber-sumber yang langka, mempertahankan apa yang sudah dikuasainya, dan bahkan menundukan orang-orang lain. Hobbes menyebutkan kekuasaan sebagai sarana untuk mewujudkan pemeliharaan diri. Yang terjadi bagi kehidupan sosial tak kurang dari apa yang disebut bellum omnes contra omnia, atau perang semua melawan semua. Dalam perang itu, manusia adalah serigala bagi sesamanya, homo homini lopus.

NEGARA SEBAGAI LEVIATHAN

Berdasarkan konsep tentang kodrat egosentrisme dan antisosial dari manusia. Hobbes mengemukaan ajarannya tentang negara dalam karyanya Leviathan.  Dalam Levhitan, negara di imajinasikan sebuah monster purbakala raksasa yang hidup di lautan. Namun dalam sampul buku itu digambarkan manusia raksasa yang terdiri atas banyak manusia-manusia kecil. Ini mengingatkan karya plato, manusia besar (macroanthropos).

Muncul sebuah pertanyaan, kalau pada dasarnya manusia itu egois, bagaimana kehidupan bermasyarakat itu menjadi mungkin diantara makhluk-makhluk yang keji, bengis, dan buas ini? Hobbes menjawab bahwa karena pemeliharaan diri menjadi kepentingan asasi setiap individu, saling menerkam menjadi tidak rasional, sebab berlawanan dengan kepentingan asasi itu. Karena hal itu, Hobbes membayangkan sebuah keadaan asali atau the state of nature. Saat manusia-manusia mengadakan kontrak sosial, semacam perjanjian damai yang menjadi dasar kehidupan sosial.

Akan tetapi karena perjanjian ini rapuh, mereka menyerahkan kekuasaan dan hak-hak kodrati mereka semua kepada sebuah lembaga yang disebut negara.

Lalu, apakah agama berperan dalam kehidupan sosial? Hobbes berpendapat bahwa agama turut berperan sebagai sarana kontrol sosial yang juga mencangkup tipu muslihat dan angan-angan yang menyesatkan dalam rupa rangsangan terhadap rasa takut atau takhayul. Menurutnya, agama bersumber dari rasa takut manusia, maka bisa berfungsi memperbesarkan rasa takut itu untuk menciptakan ketertiban. Dalam fungsin ini, menurutnya agama harus ortodoks, sebab agama yang mengajarkan bidaah adalah jalan utama menuju anarki. Sependapat dengan Machiavelli, ia setuju bahwa agama dapat di pakai sebagai instrumen politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun