Mohon tunggu...
M. Kabul Budiono
M. Kabul Budiono Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, broadcaster, Jurnalis dan Pemerhati Media Publik

Memulai karir di RRI sebagai penyiar, atas berkat rakhmat Allah, dapat menjadi pimpinan di RRI dan TVRI. Karena begitu berharap RRI dan TVRI menjadi Lembaga Penyiaran Publik, sebagai penyangga demokrasi dan penyempai aspirasi rakyat, ikut mendorong lahirnya UU Nomor 32 tahun 2002 mengenai Penyiaran. Setelah lebih dua dekade ada inisiasi penyempurnaan Undang Undang tersebut, maka manakala DPR RI kembali bernisiatif merevisi Undang Undang Penyiaran, muncul semangat ikut berperan serra walau hanya dalam bentu suara dan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pagar Laut Tangerang, Rama Tambak, dan Opo Tumon ?

16 Januari 2025   12:12 Diperbarui: 16 Januari 2025   12:12 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
M. Kabul Budiono menulis untuk mencerahkan hati   ( Foto Pribadi )

 Rama Tambak adalah lakon atau cerita Ramayana yang menggambarkan usaha Prabu Rama mendapatkan kembali istrinya yaitu Dewi Sinta yang dicuri dan di tahan oleh Rahwana di Alengka. Agar dapat mengerahkan pasukannya sampai di Alengka, maka atassaran orang bijak pendampingnya, Rama menginstruksikan membangun tambak atau jembatan yang menghubungkan daratan India ke pulau Alengka. 

Maka dimulailah pembangunan jembatan yang tentu tidak mudah dan penuh hambatan. Setelah dapat mengatasi gangguan YuyuRumpung, prajurit sakti Alengka berwujud kepiting raksana, sampailah jembatan itu mencapai Alengka. Tidak perlu dibayangkan bagaimana teknis dankesulitannya. Yang pasti jembatan itu dibangun atas instruksi yang jelas oleh seorang
pimpinan, dibantu komandan pasukan, yaitu Prabu Sugriwa dan anak buahnya yang
berwujud kera.


Etos pembangunan jembatan atau tambak atas perintah Prabu Rama adalah dalam memperjuangkan hak dan memerangi keangkara murkaan. Dan yang pasti, pembangunan jembatan Rama Tambak dalah fiksi, yang di dalamnya mengandung hikmah adanya misi
perjuangan.


Pembangunan Pagar Laut di perairan Tangerang bukanlah fiksi atau cerita rekaan, tetapi suatu kenyataan. Bedanya antara yang fiksi dan non fiksi atau kenyataan, adalah mengenai siapa yang menginstruksikan, membuat dan untuk tujuan apa.

Hingga tulisan ini saya buat dan saya muat di akun laman media sosial saya, serta di Kompasiana ini, belum diketahui siapa yang menginstruksikan pembangunan pagar laut di Tangerang, mengapa dibangun dan apa tujuannya ? Kontroversi muncul lantaran adanya beragam opini, serta berita yang mengutip nara sumber dari pihak pihak yang semestinya berwenang. Narasumber berita dari instansi yang diharapkan mengetahui dan dapat menjelaskan, tak kunjung dapat memberikan penjelasan. Pun belum ada satupun media massa mainstream yang mempraktekan jurnalisme investigasi mengukap misteri ini. Padahal barangnya sudah ceta wela wela alias terlihat dengan sangat jelas. Anehnya sesungguhnya barang itu sudah lama ada, bahkan sudah memanjang sedemikian panjang. Tentu dengan begitu, jelas bahwa pagar laut itu dibangun dengan tujuan dan sasaran.


Jika tambak dalam epos Ramayana, dibangun dengan semangat perjuangan merebut kembali hak, sehingga pengerjaannya dengan etos perjuangan, maka pembangunan pagar laut di Tangerang, pelaksana pembangunannya dikabarkan menerima bayaran.


Dalam bahasa Jawa ada ungkapan yang bernada keheranan yaitu Opo Tumon. Kata "opo"berarti "apa" dalam bahasa Indonesia, sementara "tumon" adalah kata yang merujuk pada sesuatu yang terjadi atau terjadi di sekitar seseorang, bisa juga berarti sesuatu yang tidak biasa atau mengherankan. Secara keseluruhan, ungkapan ini digunakan untuk menyatakan rasa heran atau kebingungan
terhadap sesuatu yang sedang terjadi atau yang sedang dibicarakan. Ungkapan ini sering digunakan untuk mengekspresikan rasa ingin tahu atau untuk menanyakan suatu kejadian atau kondisi yang dianggap tidak biasa. 


Ungkapan OPO TUMON ini justru tidak pas digunakan mengomentari cerita fiksi Ramayana yaitu RAMA TAMBAK tetapi malah pas dikemukakan justru untuk suatu fakta dan realita, yaitu Pagar Laut di perairan laut Tangerang. Dan yang menarik OPO TUMON itu boleh jadi hanya terjadi di Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun