Mohon tunggu...
Kabir Akbar
Kabir Akbar Mohon Tunggu... Human Resources - Penulis yang sedang ingin berbagi peran dan memberi manfaat

Imajinasi Karya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mari Berkomunitas: Jalan Menuju Perubahan Sosial dan Muna Berkemajuan

15 November 2018   21:38 Diperbarui: 15 November 2018   21:57 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serah terima Al Qur'an RHI bersama masyarakat Mantobua

Social change atau perubahan sosial, begitu kita menerjemahkannya. Menerjemahkannya dari suatu bahasa asing menjadi bahasa kita rasanya cukup mudah. 

Tetapi, mencoba untuk memaknai istilah tersebut dalam konteks praksisnya apakah sama mudahnya? Atau jauh lebih sulit daripada sekedar penerjemahan kata? Perubahan sosial adalah bentuk dari variasi atau modifikasi dalam setiap aspek proses sosial, pola sosial, dan bentuk-bentuk sosial serta setiap modifikasi pola antar hubungan yang mapan dan standar perilaku, mengutip kata Welbert Moore.

Perubahan sosial dapat disebabkan oleh beberapa proses, dimana secara garis besarnya disebabkan oleh dua proses umum yaitu perubahan terencana (kebutuhan dan kesadaran individu untuk berubah) dan tidak terencana (kemiskinan, kontak kebudayaan, perubahan dan tekanan struktur sosial). 

Didalam tulisan ini hanya akan membahas tentang lingkup perubahan sosial yang dilakukan secara terencana (planned social change; social engineering). Penerapan konsep ini seringkali digunakan dalam sebuah komunitas besar untuk mempengaruhi keputusan maupun pola pikir seseorang terhadap pilihan yang ada dihadapannya. Upaya yang dilakukan dgn harapan akan mendorong sikap seseorang sesuai dengan keinginan si perencana sosial (social planner) yang tentu menginginkan perubahan sosial ditengah-tengah sebuah komunitas masyarakat.

Itu sebabnya konsep ini cukup strategis diterapkan untuk mewujudkan berbagai kepentingan. Di Indonesia, metode ini secara umum seringkali berkaitan erat dengan tarik-ulur kepentingan dalam kontestasi politik (election) maupun kepentingan bisnis (enterpreneur). Tujuannya tidak lain adalah mengupayakan agar kepentingan individu atau kelompok dapat diterima bahkan diubah menjadi kepentingan kolektif (bersama) secara umum. 

Hal ini menjadi gambaran bahwa masalah-masalah yang ada didalam masyarakat hanya bisa diperbaiki dengan tindakan kolektif atau kolaborasi banyak orang. Ingat bahwa, tujuan perubahan sosial adalah untuk membawa masyarakat menuju kondisi yang ideal dan seimbang, bukan sebaliknya. Untuk itulah kita bergerak!

Aksi Komunitas RHI, 2015
Aksi Komunitas RHI, 2015
Cara yang ditempuh dalam melakukan perubahan sosial adalah dengan memastikan adanya transfer of value (transfer nilai) oleh setiap mediator perubahan sosial didukung dengan kapasitas argumentasi yang kuat, reasonable, serta sistematik yang disajikan melalui "intrik sosial" maupun seni berkomunikasi kepada sebanyak-banyaknya individu yang ada dalam masyarakat. Dengan begitu, perubahan sosial membutuhkan tokoh-tokoh yang dapat bertindak sebagai mediator dengan kapasitas pemahaman yang kuat terkait berbagai gejala, kondisi maupun masalah sosial yang akan diselesaikan.

Tetapi, hadirnya para tokoh saja belum cukup. Saat ini kita memasuki zaman yang berbeda dengan berbagai momentum perubahan sosial sebelumnya yg dilakukan secara revolusioner. Cara tradisional untuk melakukan perubahan sosial tidak lagi menjadi jalan yang relevan untuk masa kini. Cara tradisional itu seperti apa? Sebut saja, banyak bertanya sedikit berbuat, mengkritik setengah hati, kebanyakan demo lupa berkarya, nyinyir, dan sebagainya. Era saat ini jauh lebih canggih daripada masa lalu kita dan para orangtua kita. Kita harus menemukan cara yang jauh lebih bijak untuk menyelesaikan masalah yang ada. Maka, selain menemukan tokoh, kita perlu menemukan cara terbaik untuk melakukan perubahan sosial yang sesuai dengan masa saat ini.

Kita dibekali kemapanan teknologi yang siap mendukung kreativitas apapun yang dimiliki oleh seseorang. Kita dibekali kemampuan berpikir yang jauh lebih kritis dari sebelumnya dan siap mendukung kita untuk lebih peka terhadap masalah yang ada. Kita dibekali daya cipta yang luar biasa yang menunggu untuk kita optimalkan.

Lalu, bagaimana cara kita melakukan perubahan sosial?

Kita harus paham bahwa kualitas argumentasi akan sangat menentukan sejauh mana ide dapat mempengaruhi kondisi sosial masyarakat. Pemahaman terhadap pokok-pokok persoalan yang menjadi dasar masalah akan sangat menentukan kualitas argumentasi. 

Metode penyampaian ide tidak melulu harus melalui tokoh atau mediator, tetapi dapat melalui berbagai macam instrumen, misalnya gambar, video, tulisan atau aksi-aksi kolektif-kreatif sebagai bentuk gerakan sosial. Hadirnya teknologi layak menjadi supporting system dari pengadaan berbagai instrumen tersebut. Tetapi yang perlu diingat, kita perlu memikirkan bagaimana metode gerakan sosial yang sesuai dengan zaman kini agar ide lebih mudah diterima dan perubahan sosial dapat terjadi meski perlahan. Fase ini kita sebut sebagai fase infiltrasi ide atau nilai sosial.

Perubahan sosial yang menuntut kebersamaan dlm berjuang menjadikan kolaborasi penting untuk dilakukan. Membentuk sebuah komunitas adalah fase dalam proses "pengkondisian" masyarakat menuju kondisi yang lebih baik. Komunitas yang dibentuk harus dapat dipastikan membawa nilai-nilai kebaharuan, inklusif dan terlepas dari dogma politis maupun bentuk pragmatisme elitis. Komunitas ini akan jauh lebih baik apabila memiliki segmentasi yang beragam, menyasar masalah-masalah sosial yang ada, dan memiliki capaian-capaian yang jelas. Demikian kita perlu masuk kedalam fase kolaborasi.

Kolaborasi yang tercipta antar individu melalui berbagai komunitas selanjutnya akan membentuk rantai kolaborasi yang jauh lebih luas. Tiap-tiap komunitas punya peluang untuk membangun jejaring yang besar dan melakukan hal-hal yang jauh lebih besar dengan memanfaatkan jejaring tersebut. 

Fase ini kita katakan saja sebagai fase konsolidasi. Fase konsolidasi ini teramat penting dalam melakukan lompatan-lompatan besar dan mengakselerasi perubahan sosial dalam masyarakat. Hal fundamental dalam proses konsolidasi ini adalah inklusifitas berlaku untuk tiap komunitas, adanya kesadaran kolektif, dan tujuan bersama. Disisi lain, untuk memastikan tahapan konsolidasi ini berjalan dengan efektif maka perlu ada pilot (leader) serta sekelompok yang berperan sebagai planner of social engineering (social learner) yang mampu menjadi trend center dan mencari titik temu dari tiap komunitas untuk bersinergi serta menemukan konsensus bersama.

Konsolidasi yang kuat antar komunitas selanjutnya juga akan berdampak pada jejaring individu yang lebih baik yang bahkan dapat berlipat ganda (multiple network) sehingga akan menguntungkan dari sisi seorang individu maupun kelompok. Hal ini kemudian akan dikelola untuk mewujudkan sebuah visi Creative Economy for Collective Prosperity yang akan diterapkan secara sadar maupun tidak sadar. Ini memungkinkan setiap orang yang berada dalam sebuah komunitas memiliki peluang yang sama untuk meraih kemakmuran dengan cara membangun kreativitas yang bernilai ekonomi. Kemakmuran adalah hal yang penting karena berlawanan dengan kata kemiskinan (poverty) yang merupakan ciri penurunan kualitas sosial. Itu artinya kemakmuran juga dapat berlaku sebaliknya yaitu meningkatkan kualitas sosial menjadi lebih baik. Dengan demikian, kolektifitas dalam kemakmuran adalah pencapaian yang sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas sosial yang baik didalam kehidupan masyarakat kedepannya.

Serah terima Al Qur'an RHI bersama masyarakat Mantobua
Serah terima Al Qur'an RHI bersama masyarakat Mantobua
Oleh karena  itu, fase-fase dalam melakukan perubahan sosial tersebut secara ringkas dikategorikan menjadi fase infiltrasi ide, kolaborasi antar individu, konsolidasi antar komunitas serta membangun creative economy for collective prosperity antar individu maupun kelompok. 

Semua pihak akan memiliki perannya masing-masing. Semua pihak akan dituntut untuk memproduksi ide dan menginfiltrasi ide tersebut kedalam "kepala" semua orang, lalu mengkolaborasikannya, mengkonsolidasikan dengan pihak lain serta membangun basis ekonomi yang sehat. Akhirnya, tatanan masyarakat yang dibentuk dengan perencanaan yang matang, tahapan yang sistematik serta aksi yang efektif-efisien akan membentuk kondisi masyarakat yang lebih baik dimasa depan. Ayo kita lanjutkan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun