Mohon tunggu...
Jean kabellen
Jean kabellen Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

FLORES-ADONARA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Duka Tanah Mahar Gading Adonara

22 Oktober 2024   14:05 Diperbarui: 22 Oktober 2024   14:13 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adonara merintih di bawah langit yang luka, Tanah leluhur jadi ajang sengketa, Antar suku beradu demi warisan bumi, Namun yang tersisa hanya abu dan nyeri tak terperi.

Tanah yang suci, tanah yang dijaga, Kini terpecah oleh amarah yang buta, Perebutan lahan, warisan leluhur dipertaruhkan, Di atas tanah itu, darah dan air mata bersatu dalam kegetiran.

Rumah-rumah yang d dulu berdiri megah, Kini hangus, lebur dalam kobaran sengit, Api perang bukan hanya membakar raga, Tapi juga hati, harapan, dan sejarah yang suci.

Di setiap lorong, tercium aroma pahit dari sisa bara, Langit kelam memeluk reruntuhan rumah, Duka menggema, merasuk hingga jiwa terdalam, Saudara melawan saudara, di atas tanah yang sama-sama mereka cinta.

Lahan leluhur, kini hanya tanah kosong, Tak ada lagi tawa di antara pepohonan, Hanya bisikan duka yang tertinggal, Dan rumah yang dulu teduh, kini menjadi arang kelam.

Oh Adonara, kapan engkau akan tenang? Ketika bara dendam telah memusnahkan semua yang dibangun, Apakah tanah ini akan kembali damai? Atau selamanya terikat dalam nyala api perang yang tak berujung?

Lekas sembuh Tanah Mahar Gading 

Je4nK4bellen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun