Ini hari-hari terakhir masa kampanye. Hampir setiap hari, ada agenda bertemu dengan warga. Rasanya cukup lelah, tetapi membahagiakan. Sebagai salah seorang perempuan yang menyatakan diri siap maju menjadi calon anggota legislatif (Caleg), rasa lelah tidak boleh jadi alasan untuk menyerah.
Kamis pagi (1/2/2024) selepas anak-anak berangkat sekolah, saya langsung  bersiap keluar rumah. Ada janji bertemu dengan kawan-kawan dari Forum Jurnalis Perempuan di sebuah instansi di Jalan Pramuka. Kami membicarakan beberapa agenda kegiatan yang mungkin dieksekusi, persiapan menghadiri Hari Pers Nasional (HPN) dan rencana peringatan Hari Roehana Koedoes. Pertemuan bubar jam 11. Sebelum pindah ke acara pertemuan lain, saya balik ke rumah dulu, teringat pakaian belum dijemur.  Kami tinggal di daerah pinggir kota, tepatnya di Kelurahan Kuranji. Jarak yang harus ditempuh itu sekitar 24 km pulang pergi. Saya membutuhkan waktu 1 jam berkendraan.  Kami tidak mempunyai asisten rumah tangga dan memang jarang sekali ada keluarga di Padang ini yang memiliki pembantu di rumahnya. Umumnya segala urusan domestik di bawah kendali istri. Ini mungkin juga karena cukup sulit mencari orang yang bisa dipercaya atau sebaliknya, sulit mempercayakan urusan rumah kepada orang lain. Tetapi yang pasti, alasan ekonomi juga menjadi faktor penyebabnya.  Dengan penghasilan yang hanya sedikit di atas UMR beresiko kalau mempekerjakan orang lain.
Dari rumah, saya balik lagi ke kota. Mata terasa berat karena malam sebelumnya saya juga menghadiri pertemuan dengan kelompok perantau (diaspora minang) di sebuah kafe. Jam 1 dini hari baru sampai di rumah. Tapi, harus tetap semangat. Â Agenda penting lainnya sudah menunggu, bertemu dengan kawan-kawan perempuan aktivis akar rumput.
Saya melangkah memasuki Ruang Mulia 9 lantai 3 The ZHM Premiere Hotel, dengan nafas ngos-ngosan. Agak telat dari janji. Untungnya sesi saya belum mulai. Begitu pintu dibuka, terlihat sekitar tiga puluh orang perempuan berpakaian sederhana duduk melingkari meja-meja bundar yang menyebar di ruangan itu. Mereka terlihat tekun mendengarkan arahan pembawa acara, Tanti Herida. Siang itu ada agenda sosialisasi visi misi dan penandatanganan kontrak politik antara calon legislatif perempuan Sumatera Barat dengan perempuan-perempuan akar rumput. Kegiatnan tersebut diinisiasi oleh Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M).
Ini bukan kali pertama saya menghadiri kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh LP2M. Pimpinannya saya panggil Uni Ram. Nama beliau Ramadhaniati, seorang perempuan yang setia pada komitmen perjuangannya membantu perempuan-perempuan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi tangguh.
Diantara perempuan-perempuan yang ada di ruangan tersebut, sebagiannya sudah saya kenal baik. Ada dua calon anggota legislatif lainnya yang sudah duluan hadir dari saya. Ada Yasnida Syamsuddin dari Partai Kebangkitan Bangsa dan Leli Arni, anggota aktif DPDR Sumbar dari PDI-P yang saat ini bertarung untuk DPR RI. Beberapa saat setelah acara perkenalan dan penyampaian visi dan misi Caleg, menyusul hadir Emma Yohana. Beliau satu-satunya anggota DPD RI perempuan dari Sumbar. Uni Emma, begitu saya memanggilnya, adalah politisi senior yang tak terkalahkan peraihan suaranya di Sumbar ini. Sudah 3 periode, beliau selalu berhasil memenangkan kontestasi elektoral.
LP2M saya kenal selama ini fokus berkegiatan pada isu-isu kepemimpinan dan pemberdayaan perempuan di akar rumput. Isu-isu yang mereka advokasi diantaranya berkaitan dengan peningkatan partisipasi dan keterwakilan perempuan di legislatif /institusi publik dan hak Kesehatan seksual dan reproduksi -- gizi. Â Lembaga inilah yang menginisiasi berdirinya Forum Komunitas Akar Rumput (FKPAR). Â FKPAR mempunyai visi mewujudkan gerakan perempuan akar rumput Sumatera Barat yang mandiri, mampu untuk mendorong kepemimpinan perempuan dalam melakukan advokasi dan upaya penghapusan diskriminasi serta kekerasan terhadap Perempuan. Wilayah kerjanya tersebar di 6 kabupaten/ kota meliputi Kota Padang, Kabupaten Mentawai, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Sawahlunto dan Kabupaten Pesisir Selatan. Â Â Â
Berbincang dan mendengarkan harapan-harapan para perempuan dari akar rumput ini, bagi saya suatu yang sangat berharga. Mereka menceritakan berbagai problem sosial yang terjadi di daerahnya dan juga mengampaikan harapan-harapan yang ingin mereka gapai melalui kerjasama dengan kami para calon anggota legislatif.
"Buk, di nagari saya belum ada TK Islam. Kalau mau sekolah, anak-anak harus pergi lumayan jauh. Tolong kalau nanti terpilih, buatkan TK di tempat saya ya," ujar Uni Yenti dari Pesisir Selatan.
"Kami minta tolong agar regulasi ditingkat nagari dibuat sesuai dengan kebutuhan daerah setempat jangan sesuai keputusan pusat sehingga tidak berguna oleh masyarakat," tuntut Marsusi Lutfi ketua FPAR Sumbar yang juga sahabat saya.