di negeri antah berantah,
demokrasi sedang hilang arah,
Dikemas dng begitu indah,
Seakan rakyat yang berdaulah...
kelompok kecil pemimpin siasah,
berkongsi dng penimbun rupiah,
sedang tentukan arah sejarah,
dengan stempel pilihan ummah...
dari pusat sampai daerah,
pemilu hanya seolah-olah,
pilihan hasil ayak dan pilah,
berdasar kroni atau rupiah ...
outputnya nyata tanpa celah,
suasana negeri makin gundah,
dari ibu kota sampai daerah,
beranak pinak keluh & kesah,
di seberang sana hutan di jarah,
di sebelah sini laut di belah,
alam dirusak kehidupan diperparah,
hukum berpihak pada rupiah ...
ummah berhasil dipecah belah,
diadu domba mencari nafkah,
saling tuding dan saling salah,
berebut ribut recehan rupiah ...
si kecil papa yang nyata lemah,
yang keringatnya selalu basah,
dibiarkan hidup berdarah - darah,
ribut berebut remah remah ...
si besar pala yg diberi amanah,
terlibat rasuah berjamaah,
jumawa hidup dengan pongah,
berbenteng praduga tak bersalah ...
kelas menengah penentu sejarah,
sekarang berada di antah berantah,
terbelenggu gaya hidup mewah,
atau tertawan racun rasuah ...
media masa pembawa risalah,
berdirinya tak lagi ditengah,
berpijak nyata di tetangga sebelah,
sesuai inginnya pemilik rupiah ...
Negeri rentan dan makin lemah,
Bagaikan anak tanpa ayah,
Jangankan nasib bisa berubah,
Bertahan hidup saja dah susah ...
wahai kawan setumpah darah,
Saatnya semua bermuhasabah,
Rapatkan barisan satukan langkah,
Untuk membuat diri berdaulah ...
sebelum negeri hancur & pecah,
ingatkah kalian sebuah kaidah,
demokrasi itu hanya siasah,
n'tuk dapatkan pemimpin amanah ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H