Mohon tunggu...
Yohanes Dasantos Ebang
Yohanes Dasantos Ebang Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengejar Mimpi

Paradigma Baru Ubah Mindset dan Cultureset Masyarakat Kaimana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membaca Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Tanah Papua

22 Maret 2023   15:06 Diperbarui: 22 Maret 2023   15:10 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angka IPM yang dipublikasikan oleh BPS setiap tahun merupakan indikator terukur dari kajian tiga dimensi dasar yang disebutkan diatas guna menilai sejauh mana masyarakat telah mendapatkan layanan yang berkualitas dari pemerintah untuk dapat hidup sehat dan umur panjang, berpengetahuan, dan standard hidup layak.

Ketiga dimensi ini adalah menjadi tanggung jawab pemerintah untuk menyediakannya dan dapat diakses setiap saat oleh masyarakat sebagai tuan didalam sebuah daerah otonom. Sejauh mana hal ini terjadi tergantung pada ketersediaan layanan dan raport dari hasil kerja pemeruntah yang dibuat BPS.

IPM juga digunakan oleh pemerintah pusat untuk menentukan besaran DAU yang akan diberikan ke daerah, jika tinggi maka DAU yang di transfer besar, begitu pula sebaliknya.

Bagaimana menghitung IPM?

Perkembangan dan dinamika pembangunan yang terjadi turut memaksa pihak terkait untuk memperbaharui metodologi dan cara perhitungan IPM itu sendiri.

Ada beberapa variabel yang sejak 2014 lalu mengalami perubahan dalam menformulasikan perhitungannya. Beberapa variabel dirasa sudah tidak tepat untuk digunakan dalam perhitungan IPM seperti; Angka Melek Huruf karena tidak dapat menggambarkan secara objektif kualitas pendidikan di suatu daerah dan diakui bahwa angka melek huruf di sebagian besar daerah sudah tinggi sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik.

Dapat dilihat bahwa program pendidikan yang bersifat paket banyak sekali dibuat di daerah sehingga anak usia sekolah tidak lagi mengikuti proses belajar dengan baik sesuai standard, hal ini juga menjadi sebuah permasalahan yang akhirnya rumusan perhitungannya dirubah.

Begitu pula terhadap dimensi ekonomi, pertama ; yang dulunya menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita karena tidak dapat memberi gambaran tentang  pandapatan riil masyarakat pada suatu wilayah otonom. Dengan dimasukannya PNB per kapita diharapkan dapat memberikan gambaran riil terhadap pendapatan masyarakat.

Kedua, cara perhitungan lalu dengan menggunakan rumus rata-rata aritmatika dalam penghitungan IPM memberi gambaran bahwa capaian yang rendah       di salah satu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain. 

Banyak daerah memanfaatkan celah ini untuk menaikan IPM nya dengan cara hanya fokus pada salah satu dimensi saja pasti IPM meningkat tanpa perlu memberi perhatian pada kedua dimensi lainnya, padahal diketahui bahwa masyarakat sangat membutuhkan semua dimensi guna merubah kualitas hidupnya yaitu; pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Agar manipulasi cara berpikir dan bekerja melayani rakyat dengan baik, maka metode rumusan aritmatikanya dirubah dengan menggunakan formula rata-rata geometrik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun