Pemberitaan pelatih Biliar dijewer dan diusir oleh Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, Pada Pertemuan Senin siang, 27 Desember 2021. Gubernur Sumatera Utara memberikan Tali Asih kepada para atlet dan menyampaikan harapan serta motivasinya kepada seluruh pihak yang terkait, baik itu pengurus KONI Sumut, serta atlet dan pelatih yang bertanding di laga Pon ke 20 Papua.
Mari kita lihat fakta dan analisis secara sederhana tentang video amatir yang beredar.
1. Susana forum terlihat santai dan penuh canda.
Terlihat didalam video saat gubernur memanggil peserta yang ternyata pelatih billiar tersebut dan para peserta yang lain terdengar tertawa lepas. Termasuk orang yang merekam dengan menggunakan ponselnya juga terdengar tawa.
2. Pelatih billiar seperti orang yang sedang tidak fokus, atau di pemberitaan tertidur saat acara berlangsung.
Seorang pelatih seharusnya memberikan contoh kepada para atlet. Apapun cabang olahraganya pasti dilatih dan ditempah tentang kedisiplinan. Posisi sigap dimanapun berada apalagi saat acara yang penting saat itu.
3. Edy Rahmayadi sering disapa dengan sebutan ayah oleh masyarakat Sumatera Utara.Â
Kita sudah sering mendengar atau bahkan menyapa sosok Edy Rahmayadi sebagai seorang "Ayah" Sebutan ayah/orangtua sangat akrab ditelinga warga Sumatera Utara. Sama halnya juga yang sapaan ini digunakan pelatih billiar, Choki Aritonang. Beliau menganggap sebagai orangtua sendiri. Hal itu disampaikan saat diwawancarai wartawan selepas meninggalkan forum.
4. Mengayomi yang muda dan menghormati yang tua.
Gubernur Sumut selalu menyayangi yang lebih muda darinya, apalagi senang ketika melihat anak muda berprestasi. Menghormati orang yang lebih tua darinya, tokoh masyarakat, ulama, pendeta dan kepada siapapun masyarakat yang ditemui selalu menghormati dan mengasihi.
5. Pelatih dijewer oleh Edy Rahmayadi.
Pada fakta sebelumnya disebutkan bahwa seorang Edy Rahmayadi sebagai sosok ayah, beliau merangkul para atlet dan official tim seperti anak sendiri. Memberikan motivasi, nasehat dan akan memberikan tanda sayang kepada anak-anaknya apabila sedang tidak serius. Apalagi momentum perlehatan Pekan Olahraga Nasional berikutnya ada di sumatera utara, dan kita harus siapkan seluruhnya diawalin dengan persiapan atlet-atlet Sumut.
Jewer menjewer itu hal biasa dilakukan orangtua di Medan. Didikan sederhana ini sekaligus menjadikan keakraban senior dengan junior, orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda. Kalau kata orang Medan lebih sakit dicuekin atau didiamkan bang daripada dijewer. Baper abang sih...
6. Edy Rahmayadi Mengusir Pelatih Billiar?
Bisa kita lihat didalam video bahwa Coki Aritonang la yang turun dari panggung tanpa beretika dan meninggal forum begitu saja setelah beliau dipanggil untuk berdiri kedepan. Lantas karena tanpa ada sopan santun, Gubernur Sumut langsung menyuruh keluar dan meninggalkan forum. Setelah dikroscek memang Coki Aritonang sudah punya niat untuk meninggalkan forum pertemuan para atlet dan official tim hari itu.
Fakta terakhir.
7. Gaya komunikasi seorang Edy Rahmayadi sangat lugas, mudah dimengerti dan ada candaan ditengah dialog yang disampaikan.
Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil riset ilmiah beberapa mahasiswa Strata-2, yang telah terbit dijadikan jurnal ilmiah.
Lantas kita anak Medan kenapa terkejut-kejut dengan gaya komunikasi Gubernur kita Ayah Edy Rahmayadi dengan lugas, mudah dimengerti dan canda yang agar suasana forum mudah menangkap apa yg beliau sampaikan sekaligus suasana juga tidak boring dengan dialek dan gaya komunikasinya khas anak Medan kali.
Berikut ketujuh fakta yang terlihat dan sangat-sangat sederhana, siapapun mampu menganalisisnya setelah menonton video rekaman dari salah satu peserta yang telah tersebar luas di media sosial. Kita ucapkan terimakasih kepada peserta yang merekam videonya, karena video itu bisa membuktikan bahwa sebenarnya suasana forum sedang penuh canda dan Edy Rahmayadi menunjukan sikap menyayangi para atlet. Apalagi dari pemberitaan yang beredar luas bahwa Edy Rahmayadi gila hormat bisa terbantahkan.
Konteks saat itu bukan terkait hormat menghormati, melainkan bagaimana seorang pelatih mampu menghargai dan memberikan contoh yang terbaik bagi atlet yang dibinanya. Apalagi saat forum resmi saat itu.
Mempermalukan orang didepan umum apalagi sampe tersebar di media sosial. Justru kita harus mempertanyakan kenapa video tidak utuh seperti itu harus disebar sebar, apalagi video tersebar saat setelah pelatih bersuara dan menyatakan dirinya dipermalukan? Mari mencerdaskan dan saling Cek Fakta....
See you cek Fakta...Terimakasih...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H