Mohon tunggu...
IMRON SUPRIYADI
IMRON SUPRIYADI Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Tinggal di Palembang

Penulis adalah Guru Ngaji di Rumah Tahfidz Rahmat Palembang, dan Penulis Buku "Revolusi Hati untuk Negeri" bekerja sebagai Jurnalis di KabarSumatera.com Palembang. (www.kabarsumatera.com) dan mengelola situs sastra : www.dangausastra.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kecurigaan adalah Wajah Kita

17 September 2015   16:41 Diperbarui: 17 September 2015   16:41 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejak awal saya kenal dengan dunia perantauan, hingga kali itu sekalipun, saya sama sekali tidak pernah curiga pada Hery, atau kepada siapapun, termasuk ketika dia masuk kamar saya. Bagi saya, Hery sudah saya kenal baik sejak di bangku SMA. Dalam perjalanan hidup saya, antara saya dan Hery tidak pernah ada pengalaman buruk, misalnya mencuri barang-barang teman, atau barang siapapun baik di dalam maupun di luar kamar.

Demikian juga ketika Hery masuk kamar saya. Tak ada sedikitpun ke-khawatiran, seperti yang dikatakan Andre; misalnya Hery iseng mencuri handphone saya atau apa saja yang nantinya akan merugikan saya. Tidak ada sama sekali yang terlintas di benak saya ketika itu. Semua saya melihatnya dari kacamata positif pada setiap teman yang datang. Saya lebih dulu kenal dengan Hery ketimbang Andre. Jadi saya lebih banyak tahu siapa Hery, jauh sebelum duduk menjadi mahasiswa. “Kita harus selalu berpikir positif,” ujar saya pada Andre.

Sebab dengan selalu berpikir positif, saya, Anda dan kita akan merasa tenang menghadapi berbagai bentuk dan watak rekan kerja, teman, tetangga yang kebetulan datang ke rumah atau ke kantor kita.

Pesan dari kisah ini adalah, apa yang kita pikirkan dan rasakan terhadap perilaku orang lain di rumah kita merupakan bentuk pikiran Anda, atau bahkan perilaku  yang mungkin pernah Anda lakukan sebelumnya.

Dengan Anda mencurigai seseorang akan berbuat hal buruk, sebagaimana kecurigaan Andre pada Hery yang masuk kamar, secara tidak langsung Anda sedang membuka jati diri Anda yang sebenarnya; dalam diri Anda lebih dikungkung oleh rasa kecurigaan, yang jika itu dipupuk terus menerus akan menjadi siksaan sepanjang hidup Anda.

Kedua, yang terburuk lagi adalah, ketika Anda mecurigai pada seseorang, misalnya dalam mengelola uang, atau apa saja, secara sadar atau tidak Anda juga sedang “membuka baju” Anda, membuka diri Anda sebenarnya; jangan-jangan ketika Anda diberi kewenangan mengelola uang akan melakukan hal buruk seperti yang Anda pikirkan saat itu pada orang lain.

Saat itu juga, tanpa sadar kecurigaan kita pada orang lain ternyata adalah wajah kita yang sebenarnya. Seperti halnya ketika kita berteriak maling, bukan karena benci pada malingnya, tetapi yang terpikir dalam otak kita adalah; mengapa bukan kita yang maling.

Rasa curiga memang akan selalu ada dalam setiap diri saya, dan Anda. Tetapi jika rasa curiga ini terus menerus menggurita dalam diri kita, maka kecurigaan ini lambat laun akan menggerogoti nurani kita, untuk kemudian kita akan menjadi orang yang selalu disibukkan oleh persoalan orang lain, sementara masalah penting dalam diri kita justeru terlupakan, bahkan sama sekali tidak terpikirkan.

Hal positif dari kisah saya, Hery dan Andre adalah keberhati-hatian menjaga hati, pikiran dan tingkah laku untuk tidak selalu menanamkan kecurigaan terhadap siapapun. Sebab, sikap buruk sangka terhadap seorang teman, terhadap mitra kerja dan terhadap isteri dan anak hanya akan meracuni hati dan pikiran Anda, sementara persoalan yang lebih penting tidak pernah terselesaikan dengan baik.

Kecenderungan memandang curiga terhadap orang lain, hanya akan melahirkan prasangka buruk pada setiap orang yang kita jumpai. Kita tidak pernah akan merasa tenang dalam hidup, karena dalam hati kita sudah sedemikian parah melihat orang lain dengan pandangan negatif.

Kalau Tuhan telah sedemikian banyak memberikan jutaan energi positif dalam diri kita, mengapa kita sering memilih melestarikan rasa curiga dan memupuk energi negatif dalam diri kita? Sejak hari ini, saya mengajak diri saya dan Anda untuk segera meninggalkan energi negatif dan menggantinya dengan energi positif, sehingga kita akan merasakan kenyamanan hati dan pikiran dalam hidup.**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun