Minggu pagiku terasa lebih semangat dari minggu-minggu sebelumnya, kenapa coba?
Yap, ditanggal 17 Maret 2019 lalu adalah hari Minggu ter-epic karena aku bisa terlibat langsung di acara besar yang menjadi sorotan banyak media cetak dan tentunya media online, yang sangat menantikan betapa rukunnya umat beragama dibalut dengan nasionalisme dan kemanusiaan yang terkemas apik di acara Apel Kebangsaan #KitaMerahPutih.
Perjalanan pagiku diawali dengan lucunya driver ojek online yang ku order karena salah memakai jaket ojek online. Bercerita kami sepanjang perjalanan karena tau tujuanku ke kawasan Simpanglima yang menjadi titik pusat ramainya Apel Kebangsaan #KitaMerahPutih.
Acara yang digagas oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang dilaksanakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi. Acara yang mengusung tema kebangsaan ini ada tujuannya loh, selain untuk meningkatkan rasa nasionalisme generasi milenial yang ada di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Kita juga diingatkan untuk menjaga keutuhan NKRI dan tetap menjaga persatuan kesatuan bangsa.
Jam menunjukkan pukul 07.00 saya bergegas menuju ke venue LPyang sudah dipenuhi lautan manusia dengan background yang berbeda. Semua berkumpul untuk mengikuti Suara Kebangsaan yang dilanjutkan dengan orasi Deklarasi Kebangsaan. Selain dua segmen tadi ada pula hiburan yang tersebar di 4 panggung yaitu, panggung utama Simpanglima, Panggung Jalan Pahlawan, Jalan Pandanaran dan Jalan Ahmad Yani.
Semua masyarakat Jawa Tengah dari 35 Kota/Kabupaten datang berbondong-bondong untuk mengikuti acara terbesar ditahun ini. Banyak tokoh kebangsaan yang terlibat di acara keren ini lur, diantaranya Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, KH Maimoen Zubair, Habib Luthfi bin Yahya, Gus Muwafiq, KH Munif Zuhri, Prof. Mahfud MD, KH Ahmad Daroji, Uskup Rubiatmoko (Keuskupan Agung Semarang, Pendeta Eka Laksa (PGI), Nyoman Suraharta (PHDI), Go Boen Tjien (Matakin), dan Pujianto (Walubi).
Acara yang berlangsung mulai pukul 06.00 - 13.00 ini berjalan lancar dan bisa menjadi satu contoh bahwa Indonesia, khususnya warga Jawa Tengah tengah baik-baik saja tanpa ada gesekan pandangan politik, perbedaan Agama, Suku dan RAS.