Mohon tunggu...
Kabar Bali
Kabar Bali Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Jangan Jadikan Intimidasi sebagai Budaya dalam Berpolitik

16 Mei 2018   12:06 Diperbarui: 16 Mei 2018   12:25 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tjokorda Raka Kerthyasa atau Cok Ibah yang bepasangan dengan Gek Rani merupakan pasangan calon bupati Gianyar pada paket Kerthamaha nomot urut 1. 

Selama mencalonkan diri menjadi calon bupati pada pesta demokrasi 5 tahunan ini, Cok Ibah menuturkan bahwa dirinya mendapat banyak dukungan yadari masyarakat masyarakat namun tidak sedikit pula pandangan dan sikap negatif dari masyarakat ia alami di lapangan, terlebih saat memasuki masa-masa kampanye yang menuntut Cok Ibah dan Gek Rani untuk terjun langsung ke masyarakat. 

Dalam hal ini Cok Ibah tidak memungkiri adanya intimidasi baik secara verbal maupun non verbal.  Intimidasi tersebut mungkin dari pihak lain yang ingin Cok Ibah dan Gek Rani yang tergabung dalam paket Kerthamaha untuk tidak berkembang. 

Cok Ibah juga menjelaskan bahwa masih banyak oknum-oknum di luar sana yang merasa bahwa seolah-olah satu wilayah itu hanyalah miliknya. Sama dengan cara-cara intimidasi yang seolah satu wilayah itu sudah menjadi milik dan hak satu golongan tertentu. 

"Saya (Cok Ibah: read) sampaikan waktu ini juga dalam kampanye, demokrasi itu bukan untuk menakut-nakuti. Partai politik bukan untuk meng"hak"an satu wilayah, bahkan demokrasi harus memberikan kebebasan pada masyarakat dan menerima semua calon untuk menyampaikan visi misinya. Sebenarnya dengan mengintimidasi menciptakan manifestasi ketakutan, menciptakan ketakutan juga yang membahayakan. Menghalalkan segala cara, kan karena takut." tutur Cok Ibah. 

Maka dari itu, Cok Ibah menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat serta peserta pemilu untuk bersama-sama menjaga dan melaksanakan kegiatan kampanye yang berdasar pada etika dan moralitas kita sebagai umat manusia. 

Sehingga selain menjaga kenyamanan dan keharmonisan dalam pesta demokrasi ini, dengan menjaga etika moralitas dalam berkampanye juga turut menjaga kebudayaan kita sebagai orang Indonesia, sebagai masyarakat Bali yang menjunjung tinggi  persatuan dengan tanpa menjatuhkan pihak lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun