Sentuhan sense of interest (minat) merupakan faktor penting yang memicu masyarakat (individu) dalam mengadopsi inovasi. Semakin besar intensitas sense of interest yang terkadung dalam sebuah inovasi, maka semakin kuat pula dorongan pikiran bawah sadar untuk menerima inovasi tersebut.
Salah satu langkah penting dalam optimalisasi KIP dalam menciptakan sense of interest adalah menciptakan program unggulan yang terkait dengan kebutuhan masyarakat paling besar. Program unggulan tersebut harus menjadi kebutuhan kolektif masyarakat. Agar masyarakat tertarik untuk turut berkontribusi dan berpartisipasi aktif dalam melenjitkan kualitas pelaksanaan KIP.
Kemandirian ekonomi layak menjadi salah satu fokus sense of interest dalam pelaksanaan KIP. Hal ini disebabkan sektor kemandirian ekonomi merupakan episentrum kehidupan dan masih belum bisa dicapai oleh sebagian besar masyarakat Sumatera Barat. Tidak sedikit masyarakat yang masih belum berhasil mewujudkan kebebasan finansial sehingga terdapat obsesi untuk mewujudkan kemandirian ekonomi dalam pikiran bawah sadarnya.
KI Sumbar dapat mengemas KIP dengan menggunakan citra kemandirian ekonomi. Misalnya, KI Sumbar dapat mengupayakan iklan layanan publik KIP yang mengangkat isu kemandirian ekonomi dengan pemanfaatan KIP.
Dalam iklan layanan masyarakat tersebut dimunculkan tokoh yang berhasil mewujudkan kemandirian ekonomi dengan pemanfaatan KIP, seperti tokoh enterpreneur atau praktisi UMKM.
Upaya tersebut akan memicu sense of interest dalam diri masyarakat sehingga terpicu untuk mengadopsi KIP sebagai bagian dari kesadaran kolektif dan terpicu pula untuk berpartisipasi aktif dalam menyukseskanya.
Ketiga, pemberdayaan Komisi Informasi
Masyarakat merupakan komunitas sosial yang multidimensi. Setiap individu memiliki keberagaman kesadaran. Kesadaran tersebut dibentuk wawasan atau ilmu pengetahuan, tradisi atau sistem nilai yang berlaku di lingkungan tempatnya berada, hingga pengalaman-pengalaman traumatis.
Oleh sebab itu, KI Sumbar sebagai agen perubahan utama dalam KIP khususnya di Sumatera Barat, perlu terus melakukan pemberdayaan, baik secara kolektif ataupun individu. KI Sumbar perlu mengembangkan wawasan dan keahlian di bidang ilmu-ilmu manusia seperti psikologi, sosiologi, komunikasi, dan antropologi. Agar praktisi KI Sumbar bisa lebih efektif dalam transfer KIP sebagai bagian dari kesadaran kolektif masyarakat.
Keempat, pemilihan influencer atau duta KIP
Kita sadari atau tidak, sebuah inovasi membutuhkan tokoh yang secara aktif melakukan sosialisasi untuk mendorong masyarakat dalam mengadosinya. Tokoh tersebut lazim disebut duta atau influencer di ranah digital.