Sebagai penyunting, reputasi Leila S. Chudori tidak diragukan lagi. Ia adalah wartawati Tempo sekaligus sastrawati ternama di Indonesia dan memiliki tempat di hati dunia internasional. Reputasi Leila yang direpresentasikan karya dan prestasi meneguhkan bahwa GTHK yng disuntingnya sebagai buku penting dalam galaksi literasi di Indonesia.
Keunggulan GTH terlihat dari banyak informasi baru yang sulit kita temukan dalam literatur Kartini yang telah hadir sebelumnya. Misalnya, melalui GTHK, kita akan mengetahui Kartini merupakan penulis perempuan pertama Indonesia yang karyanya dimuat dalam jurnal antropologi berbahasa Belanda; pencipta macan kurung dalam motif ukir Jepara; dan masih banyak informasi baru lainnya.
Selain itu, GTHK ditulis Tim Tempo dengan penggunaan teknik jurnalisme sastrawi dengan bahasa yang segar, dan kritis tanpa terkesan menggurui; sehingga mudah dibaca dan dipahami. GTHK semakin memikat dengan kehadiran dokumentasi foto langka Kartini, ilustrasi yang manis, dan info grafis yang menarik. Kemasan yang cantik membuat GTHK semakin memukau.
Keunggulan-keunggulan tersebut menempatkan GTHK sebagai literatur Kartini yang menghadirkan kebaruan, baik fisik maupun isi, serta sesuai dengan spirit kekinian. Dengan demikian, GTHK merupakan buku yang wajib dibaca seluruh generasi bangsa Indonesia
Menginspirasi Sepanjang Masa
Berdasarkan GTHK dapat kita simpulkan bahwa terlepas dari kontroversi kehidupannya, Kartini merupakan Guru Bangsa yang penuh dedikasi dan inspirasi. Nilai-nilai kehidupan yang diajarkannya relevan dan berlaku sepanjang masa. Emansipasi yang diperjuangkan Kartini bersifat universal dan tidak terbatas pada gender tertentu; sehingga kaum lelaki pun bisa bergerak dan turut serta memperjuangkan emansipasi. Terdapat sepuluh prinsip emansipasi yang diajarkan Kartini melalui sikap dan tindakannya, antara lain:
1. Berani keluar dari zona aman.
2. Menguasai berbagai bahasa.
3. Memiliki jiwa entrepreneur.
4.Aktif mengembangkan kecerdasan intelektual dan kemampuan komunikasi dengan jalan menulis dan banyak membaca.
5. Kreatif, inovatif, dan terus belajar ilmu pengetahuan/keahlian baru.
6. Menghormati orang lain sebagaimana kita ingin dihormati (kesetaraan).
7. Mengembangkankan potensi lokal untuk membangun kemandirian dan kedaulatan ekonomi.
8. Sederhana, bersahaja, dan rendah hati.
9. Aktif memberdayakan diri dan masyarakat.
10. Jadilah orang yang berilmu (ilmuwan) dan mengajarkan ilmu yang dimiliki pada orang lain orang lain (guru).
Mari kita adopsi prinsip emansipasi yang diajarkan Kartini sebagai bagian dari konsep diri (self-concept) dan karakter bangsa Indonesia. Mari kita teruskan spirit emansipasi yang telah dirintis Kartini untuk mengisi kemerdekaan Indonesia dan memajukan peradaban dunia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H