Mohon tunggu...
Kabar Kelinci
Kabar Kelinci Mohon Tunggu... -

Kabar Kelinci Indonesia adalah situs pengetahuan dan informasi Kelinci. Hadir untuk menjadi solusi wirausaha bagi orang-orang kreatif yang ingin meningkatkan pendapatan ekonomi, pemberdayaan, peningkatan gizi dan penciptaan lapangan kerja baru. Sebagai media yang sudah berjalan, rasanya Kompasiana adalah pilihan awak redaksi Kabar Kelinci Indonesia sebagai cara interaktif yang lain. http://kelinci.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Kelinci dan Kepedulian Pemerintah

22 Desember 2009   02:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:50 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hal kemajuan usaha, termasuk usaha kelinci, kita tak pernah lupa menyebut istilah pentingnya keterlibatan pemerintah. Hal ini tidak salah mengingat pada dasarnya negara memiliki kewajiban untuk aktif terlibat dalam masalah-masalah rakyat. Bahkan ternak kelinci punya alasan lebih dari sekedar pemajuan ekonomi mengingat di dalamnya memiliki dua potensi besar lain, yakni  pupuk organik hebat dan daging sehat untuk peningkatan gizi keluarga. Maka jelas tidak ada salahnya kita perlu mendesak pemerintah agar peduli dan terlibat aktif dalam masalah ini. Namun dari sekian harapan ini sesungguhnya kita mesti memperjelas di mana letak peranan pemerintah yang semestinya. Selama ini kita tidak pernah jelas membuat skema. Yang kita serukan sebatas tuntutan normatif, kepedulian, peranan dan seterusnya. Buat saya ini tidak realistis. Yang pertama tentu saja disebabkan watak pemerintahan kita yang sudah sedemikian sulit diubah untuk maju. Kita tahu dan sadar betul bahwa pemerintah, baik pusat, wilayah maupun  pemda masih memiliki watak status quo; mentalitas mapan dan sulit menyerap hal-hal yang progresif seperti menyerap potensi kelinci. Memang tidak semua bisa disimpulkan generalisir, namun pada faktanya kenyataan banyak bicara demikian. Tetapi tujuan tulisan ini tidak ingin mempersoalkan masalah itu. Saya ingin mengajak agar kita semua tetap mencoba memberikan masukan kepada pemerintah. Usaha pendekatan dengan komunikasi yang baik tetap perlu dilakukan. Dalam prinsip wirausaha, segala yang belum dicoba dan dialami tidak boleh sulit, apalagi tidak bisa. Ingat, segala kesempatan tetap ada sekalipun kita berada di tengah kesempitan. Hal ini bisa dibuktikan beberapa teman peternak yang mempresentasikan program pemberdayaan ternak kelinci kepada Bupati atau dinas pertanian yang kemudian mendapat respon berupa kucuran anggaran untuk peternakan kelinci. Di beberapa daerah ada yang dikucuri dana Rp 150 juta, Ada pula yang 100 juta, dan ada yang hanya 50 juta saja. Karena itu tetap perlu dicoba sebelum kita mengatakan sulit atau pemerintah tidak punya kepedulian. Ketuk pintu hatinya dengan pola pendekatan yang baik dan presentasi yang masuk akal. Jawab semua pertanyaan mengapa perlu kelinci, mengapa harus kelinci, dan mengapa kelinci perlu dikembangkan. Siapkan pula jawaban ketika mereka merespon sinis. Kita harus sadar bahwa program dalam bentuk proposal tidak selalu menjawab. Karena itu solusinya adalah diskusi terbuka yang elegan, rasional dan saling pengertian. Ciptakan suasana itu. Masalahnya kemudian, apakah cukup kepedulian pemerintah hanya berupa kucuran dana dari APBD? Apakah kemudian memang di situlah peranan pemerintah yang sebenarnya? Apakah kita perlu menuntut yang lebih? Dalam banyak diskusi biasanya muncul tuntutan agar pemerintah tidak sekadar memberikan bantuan modal, -apalagi pemberian modal itu sering di mark up. Kita sering menuntut agar pemerintah serius dalam hal pemberdayaan dan pemantauan yang berkesinambungan, termasuk akses pasar. Sebab di berbagai tempat banyak program pemberdayaan ternak kelinci yang gagal. Masalahnya jelas; karena disebabkan pemerintah hanya memberi modal uang/bibit, sementara kita tahu syarat untuk kesuksesan usaha mestinya ditopang ilmu pengetahuan yang baik. Oleh pemda, peternakan kelinci belum dilihat secara tepat. Kelinci seolah-olah seperti domba dan sapi. Dengan merasa cukup peduli dengan pemberian insentif itulah kemudian hanya dalam waktu setengah tahun ternak kelinci hancur. Para penerima bantuan yang tidak memiliki bekal ternak kelinci domestik terpaksa menjual induk-induk kelincinya, atau memotongnya. Sebuah ironi memang. Kita mesti memberdayakan secara serius. Tetapi apakah sebaiknya itu dilakukan pemerintah? Saya akan menegaskan bahwa hal itu tidak dan tidak. Logika sederhana, bagaimana  mungkin dinas pertanian (dalam hal ini bagian peternakan) yang tidak memiliki kompetensi bahkan sekadar pengetahuan ilmu ternak kelinci hendak memberdayakan petani? Bagaimana mungkin para dokter hewan yang tidak mengerti masalah kelinci hendak menyelesaikan kelinci? Satu hal ini saja cukup bagi kita untuk lebih bersikap rasional. Pemda tidak perlu terlalu jauh mengurus pemberdayaan. Selain tidak tahu kelinci toh di berbagai bidang pemberdayaan yang ditangani pemda tidak pernah berjalan baik. Dalam hal kelinci saya lebih percaya pada pemberdaya, yakni peternak yang sudah lebih 10 tahun mengelola kelinci, tentu dengan segenap kemampuan pengalaman dan rasionalitas pengetahuannya. Pemda punya kewajiban memberikan apresiasi dengan memodali melalui bantuan dana APBD untuk pembelian bibit. Sedangkan untuk dana pemberdayaan mestinya juga dianggarkan untuk membiayai para trainer. Pelatihan ternak kelinci tidak cukup sehari. Beberapa hal yang dilakukan kepada calon penerima bantuan modal kelinci adalah.
  1. Mereka, keluarga petani yang memang menyukai kelinci. Pengalaman memelihara kelinci lokal adalah salahsatu nilai khusus.
  2. Jika belum pernah beternak kelinci,  minimal punya pengalaman lama beternak domba/kambing, ayam atau sapi.
  3. Keluarga petani sangat penting sebab dengan begitu kelinci dapat dipelihara secara baik. Tidak disarankan penerima bantuan adalah pekerja musiman yang sering mudah pergi bekerja di luar daerah. Ini berbahaya karena suatu saat kelinci bisa ditinggalkan.
  4. Pelatihan magang perlu dilakukan di peternakan yang sudah maju. Anggaran khusus disiapkan. Jika terlalu berat memberangkatkan semua, minimal ada beberapa peternak yang harus sekolah dulu dan berkomitmen menjadi pengajar di desanya.
  5. Pemda harus mau menyediakan dokter hewan khusus kelinci. Dokter hewan di dinas peternakan bisa dipersiapkan dengan cara yang tidak terlalu sulit. Pertama diberikan sumber-sumber melimpah tentang kesehatan dan pengobatan kelinci. Dengan belajar dari sumber referensi dan terus bergaul dengan kelinci niscaya dalam setahun saja akan mengerti seluk beluk perkelincian, terutama masalah pencernaan, jenis antibiotik dan tindakan darurat.
  6. Minimal harus ada satu orang penyuluh. Bukan dari dinas, melainkan dari peternak yang handal. Bisa dengan menjadikan konsultan bulanan yang aktif memantau peternakan kelinci, minimal selama 1 tahun. (Kenapa harus 1 tahun. Ini adalah ukuran jaminan pengalaman minimal para peternak untuk bisa menyelesaikan serangkaian masalah-masalah kelinci, terutama pada masalah pasar, musim dan lain sebagainya).  Nikmati sajian-sajian perkelincian di Indonesia melalui situs blog: http://kelinci.wordpress.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun