Mohon tunggu...
Kafka
Kafka Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Shifthing Konsumsi Komunikasi Visual

3 Oktober 2018   11:42 Diperbarui: 3 Oktober 2018   12:36 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal kedua adalah konten komunikasi yang disampaikan. People getting smart and no one doesn't like to be underestimate. Ada masanya dimana mobilisasi masa dapat dilakukan oleh sebuah brand dengan menggunakan gaya bahasa dan channel communication yang ada. Namun masa tersebut telah selesai, saat ini audience, mampu menyampaikan stand point yang kuat atas komunikasi yang disampaikan.

Hal ketiga, pegeseran besar yang terjadi Channel Communication Mainstream kepada owned channel communication. Meskipun saat ini peran jaringan media mainstream masih besar namun peran tersebut tidak sekuat decade terdahulu. Peran Channel Communication Mainstream telah bergeser tidak lagi sebagai sumber utama, namun hanya penguat atas pemberitaan yang telah ada sebelumnya. Salah satu penyebab terbesar yang dialami oleh ribuan Stasiun TV Komersial adalah fokus yang berlebihan terhadap rating acara serta merasa mampu menjadi penyedia acara dengan ragam format acara apapun yang diingini oleh audience.

Hal keempat yang perlu dicermati adalah munculnya owned media serta media sosial dengan kemampuan mendeliver validitas informasi yang valid dan memiliki relevansi dengan kebutuhan audience. Nah, hal inilah yang mungkin sengaja dilupakan oleh praktisi media global, relevansi adalah kunci penting dalam dunia komunikasi visual saat ini.

Lantas bagaimana menyikapi perubahan yang ada dalam komunikasi visual yang ada saat ini. Para praktisi komunikasi visual sebaiknya mampun melakukan adaptasi dengan preferensi value dari audience yang ada. Memperhatikan visual dan trend yang tengah diminati saat ini, bagaimana mengeksekusi pada program yang tengah dibentuk. Pendekatan soft selling and blurry advertising juga perlu dikaji dalam penerapan marketing communication. Praktisi juga perlu menyiapkan ruang khusus untuk menggali respon audience serta membentuk bersama program komunikasi visual. Hal yang terpenting adalah konten yang mencerdaskan, program yang dibuat tidak hanya menarik dalam segi visual, namun memberikan kecerdasan dan memperdalam dalam menggali makna.

Jika audience saja bergerak cepat, kenapa praktisi hanya berdiam diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun