Cuma manusia pengecut atau curang yang tiada ingin melakukan pekerjaan yang berat, tetapi bermanfaat buat masyarakat sekarang dan dihari kemudian itu.Â
Sebuah pengantar kalimat dari Tan Malaka yang menyadarkan kita untuk memiliki sikap rela berkorban. Ketika para pahlawan telah gugur demi kemerdekaan indonesia, akankah sikap rela berkorban juga ikut hilang begitu saja?
Era globalisasi saat ini telah menggerus sikap rela berkorban di kalangan generasi muda bangsa. Kemudahan akses teknologi dan informasi cenderung membuat generasi muda menjadi kurang menghargai proses.Â
Inilah era dimana generasi muda lebih cenderung mengutamakan kesenangan semata, konsumtif, dan materialistis, namun tidak diimbangi dengan kemauan dan kerja keras untuk mencapainya. Maka sudah saatnya generasi muda untuk kembali memaknai mengenai sikap rela berkorban.
Secara pengertian, rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan dan keikhlasan memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri. Jika kita sedikit menilik ke belakang, maka sikap rela berkorban ini sudah melekat pada kebanyakan pemuda bangsa.Â
Sebut saja organisasi budi utomo yang merupakan cikal bakal para pemuda yang bersatu untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Semangat pantang menyerah dan rela berkorban adalah bagian dari karakter yang melekat kuat pada Bangsa Indonesia dalam perjuangan merebut kemerdekaan.
Sikap rela berkorban erat kaitannya dengan sila ketiga pancasila "Persatuan Indonesia". Rela berkorban merupakan salah satu dari tujuh pengamalan sila ketiga pancasila. Maka dari itu, sudah menjadi kewajiban para genarasi bangsa untuk mengamalkan sikap rela berkorban dalam kehidupan sehari-hari. Rela berkorban tentu tidak bisa tumbuh dengan sendirinya. Sikap ini perlu dipupuk secara perlahan.
Langkah pertama yang bisa dilakukan generasi muda sebagai wujud dari sikap rela berkorban adalah belajar dengan sungguh-sungguh.Â
Tentunya dengan belajar dapat meningkatkan intelektualitas dan taraf hidup masyarakat Indonesia. Di era industri 4.0, generasi muda Indonesia harus memiliki keunggulan kompetitif maupun keunggulan komparatif agar mampu memenangkan, atau setidaknya mampu bertahan dalam persaingan global.Â
Tentunya hal ini juga harus dibarengi dengan pendidikan karakter yang baik pula untuk membekali generasi muda agar terbentuk keseimbangan antara akal dengan hati yang sama kuatnya. Â