Mohon tunggu...
Imawan Mashuri
Imawan Mashuri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

Mulat Sarira Hangrasa Wani

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Aksi Generasi Muda Bangsa terhadap Perubahan Iklim dan Bencana Hidrometeorologi

9 Desember 2021   22:32 Diperbarui: 9 Desember 2021   23:17 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://unsplash.com/

Belakangan ini, laju perubahan iklim meningkat drastis dikarenakan efek gas rumah kaca dan aktivitas manusia. Berdasarkan data World Meteorology Organization (WMO) menunjukkan bahwa pada tahun 2011-2020 adalah dekade terpanas dalam catatan historis tren perubahan iklim jangka panjang. 

Suhu global pada tahun 2020 tercatat sebagai suhu terpanas tertinggi kedua sepanjang sejarah pencatatan iklim dunia. Disisi lain, terdapat peristiwa La Nina yang seharusnya memiliki efek pendinginan sementara.

Di Indonesia sudah tampak fenomena yang menunjukkan perubahan iklim seperti meningkatnya curah hujan ekstrem yang menyebabkan bencana longsor dan banjir. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah menginformasikan kepada masyarakat terkait adanya dampak La Nina terhadap intensitas curah hujan atau hidrometeorologi. 

Isu perubahan iklim belum dimaknai secara mendalam oleh masyarakat karena kurangnya pemahaman dan kepekaan. Hal ini jika dibiarkan terus menerus tentu akan mejadikan Indonesia sebagai negara yang diproyeksikan sebagai kelompok negara yang berpotensi mengalami perubahan iklim yang signifikan. 

Untuk itu, diperlukan peran pemuda sebagai agent of change dalam menyikapi perubahan iklim yang terjadi. Edukasi dan promosi perubahan gaya hidup harus terus diupayakan untuk menekan laju perubahan iklim. Berbagai forum bertopik perubahan iklim juga mesti terus dilakukan untuk meningkatkan literasi masyarakat.

Secara umum, tren kenaikan suhu udara permukaan terjadi di seluruh wilayah Indonesia dengan tren yang lebih jelas terlihat di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur seperti Kalimantan dan Sulawesi dengan kenaikan suhu udara lebih dari 0,3 C/dekade. 

Untuk itu, ada dua langkah efektif untuk menekan perubahan iklim yaitu pertama mitigasi melalui pembatasan atau pencegahan emisi gas rumah kaca dan peningkatan aktivitas yang dapat menyerap gas-gas tersebut dari atmosfer. 

Kedua yaitu adaptasi perubahan iklim melalui ketahanan pangan, ketahanan ekosistem, ketahanan air, dan kemandirian energi terbarukan. Selain itu, perlu dilakukan advokasi perubahan iklim untuk generasi muda seperti kampanye sosial, literasi iklim, dan aksi komunitas yang pro lingkungan.

Sebetulnya sekarang ini sudah terdapat beberapa website yang dirilis oleh BKMG salah satunya adalah expose informasi dan peringatan dini multi bahaya geo-hidrometeorologi BMKG atau yang biasa disingkat MHWES sebagai akselerator untuk menyampaikan informasi kepada seluruh masyarakat Indonesia tentang prakiraan cuaca, iklim maupun bencana alam khususnya gempa bumi. 

Tentunya website ini bisa menjawab segala keresahan dan masalah mengenai perubahan cuaca dan iklim di Indonesia. Tinggal kita sebagai generasi bangsa untuk memanfaatkan website tersebut dengan sebaik-baiknya sekaligus mengenalkannya secara masif kepada masyarakat khususnya daerah pelosok agar dapat memitigasi segala dampak dari perubahan cuaca dan iklim.

Upaya mitigasi perubahan iklim dan bencana hidrometeorologi di Indonesia dirasa perlu juga untuk melibatkan elemen atau organisasi berbasis keagamaan sebagai wujud negara yang berketuhanan. Karena sejatinya kebanyakan kehidupan masyarakat Indonesia berlandaskan tuntunan atau ajaran agama. 

Disini agama bisa menjadi pedoman moral dalam tata cara maupun tingkah laku manusia.  Eco system dan sustainability economy perlu diterapkan oleh seluruh elemen masyarakat. Pengurasan sumber daya alam perlu diminimalisir untuk menjaga keseimbangan alam dan manusia. Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah mengeluarkan berbagai fatwa tentang lingkungan hidup dan sumber daya alam. 

Selain itu, terdapat gerakan lintas agama untuk menyelamatkan lingkungan dan iklim. Dengan begitu, langkah ini bisa menjadi efektif untuk menjaga kelestarian alam dan mencegah perubahan iklim.

Berbagai lembaga keagamaan seperti Nahdlatul Ulama melalui tokoh agama dan para santri terus-menerus melakukan edukasi perubahan iklim dan bencana, pengelolahan sampah, serta konservasi kawasan pesisir. Gerakan Muhammadiyah juga melakukan hal serupa melalui pelatihan kader lingkungan serta penerapan green school Muhammadiyah. 

Agama Kristen berusaha meningkatkan sinergisitas gereja kota dengan gereja desa dan pemahaman para generasi mudanya terhadap perubahan iklim dan lingkungan. Agama Katholik mengajarkan tiga bentuk dosa ekologis serta ajaran laudatosi untuk memelihara keseimbangan alam dengan gerakan taruh sampah jadikan berkah dan gerakan pantang plastik dan styrofoam.

Begitu pula dengan Agama hindu melalui konsep Tri Hita Karana mengajarkan kepada manusia untuk menghargai kebesaran alam dan menjaga hubungan dengan berbagai upacara keagamaan seperti tumpak wariga dan upacara caru. 

Agama Budha melalui gerakan peduli sekitar kita melakukan berbagai program lingkungan diantaranya penanaman pohon dan penerapan zero waste di event nasional. Agama Khonghucu dengan konsep sancai telah mengajak berbagai organisasi seperti matakin dengan program bantuan bencana alam gempa di Sulawesi, perkhin dengan program penanganan banjir di Tangerang, dan pakin dengan program penanganan banjir di kampoung melayu dan krawang. 

Maka sudah jelas bahwa semua agama mengajarkan para pengikutnya untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Perubahan iklim dan bencana hidrometeorologi adalah tanggung jawab bersama. Kita sebagai generasi muda bangsa harus bersatu padu dalam memitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim dan bencana hidrometeorologi yang terjadi di Indonesia.

Keterangan:
Tulisan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bela Negara,
Nama   : Imawan Mashuri
NPT      : 21210017
Prodi    : Klimatologi 1
Dosen  : Bapak Fendy Arifianto, M.Si.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun