Mohon tunggu...
Juli Duru
Juli Duru Mohon Tunggu... -

Mengalir, jangan sampai terbasahi apalagi tenggelam....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indahnya Memory Kodok-kodokan

13 Januari 2012   23:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:55 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suasana akan semakin meriah, ketika pemasang telah membuat semua pelari berjalan jongkok. Kini dialah yang harus berlari agar kodok-kodok yang mengejarnya tidak dapat memegang kakinya. Yang namanya berjalan dengan berjongkok, tentu saja tidak bisa berjalan secepat orang umumnya berjalan. Di sinilah kemenangan pemasang yang gak usah repot-repot lari kencang. Tetapi dia juga tidak mau terus-terusan jadi pemasang, dia akan memasang mata dan melihat barang siapa yang jaraknya berdekatan dengan kodok lain, maka dia akan segera mendepani mereka berdua. Dan kalau itu sudah terjadi, mereka berdua harus jreng untuk menentukan siapa yang kalah dialah yang jadi pemasang.

***

“Ayo Ti, kita kejar Partini.” Aku berjalan jongkok, dengan susah payah mengejar Partini yang waktu itu menjadi pemasang.

“Kamu dari sebelah kiri, aku sebelah kanan,” tambahku.

“Siapa berani mendekat akan aku depani kalian,”

“Ayo, hahahha kalian gak kan bisa mengejarku kali ini. Akulah sang pemasang yang menang,” ungkapnya bangga, sambil menepuk dadanya sendiri.

“Wahai, kodok-kodokku, dengarkan petuah rajamu ini, hahaha…”

“Dengar, kalian harus menyetorkan pajak nyamuk, dan memusnahkan obat nyamuk-nyamuk yang telah diciptakan mahluk bumi. Karena kalau obat nyamuk itu disulut, maka kelaparan akan mendera kita bangsa kodok, hahahha,” Partini berteriak lantang. Layaknya Pak Sukarno yang sedang membacakan proklamasi kemerdekaan.

“Memang nyamuk-nyamuk nakal itu tak pantas hidup di dunia, mereka hanya pantas bersarang di perut kodok, hihihihi,” lanjutnya, sambil mengoyangkan kepalanya ketika berucap tadi.

Terang saja teman-temanku yang lain ikut tertawa dibuatnya. Permainan jaman dulu sungguh menyenangkaan. Banyak juga penonton yang ikut tertawa karena tingkah Partini yang kocak itu. Sayang kebersamaan itu kini telah tergerus oleh jaman yang kian moderen.

Tehnologi yang kian canggih serasa telah menyingkirkan kebersamaan itu. Kemudahan memang semakin kita dapatkan, namun kebersamaan itu kian hari kian hilang saja. Aku merindukan hari itu, hariku bersama mereka. Kegembiraan itu seolah tidak dimiliki anak-anak jaman sekarang. Sungguh itu perlu dikhawatirkan. Sebagai orang tua kita dapat mengenalkan permainan jaman dahulu, karena itu merupakan sebuah budaya yang perlu dilestarikan.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun