Begadang sendiri adalah suatu masalah yang menyebabkan pola kesehatan menjadi kacau. Mahasiswa yang sering begadang memiliki risiko menjadi lebih rentan terhadap beberapa masalah seperti gangguan neurologis, penyakit psikologis, dan risiko kematian yang tinggi. Alasan mereka begadang tidak pernah jauh dari tuntutan akademik, beban kerja kuliah, bahkan akibat kebiasaan yang sudah mendarah daging. Apa yang menjadi masalah adalah bahwa mahasiswa yang sering begadang tidak bisa bangun lebih awal pada pagi hari. Tentunya hal itu disebabkan oleh kacaunya antara jam internal dengan dunia luar mereka, sehingga menyebabkan kacaunya ritme sirkadian atau jam internal yang mengatur proses penting dan fungsi tubuh. Ritme ini bekerja sama dengan otak dan dipengaruhi langsung oleh faktor lingkungan. Fakta lain adalah bahwa tidak jarang banyaknya mahasiswa yang bisa terlihat langsung kebiasaannya begadang. Seperti wajah mereka yang terlihat lebih pucat, sayu, lelah, muncul lingkaran hitam di bawah mata, mata merah, serta adanya kerutan di muka.
Begadang juga dapat memberikan efek sulit konsentrasi berkepanjangan. Hal ini bisa jadi alasan bahwa banyaknya materi yang tidak dipahami oleh mahasiswa adalah karena performa mereka yang buruk akibat begadang dan kualitas serta kuantitas tidur mereka yang memprihatinkan. Belum lagi dengan fakta bahwa begadang memang dapat menguras tenaga yang membuat tubuh menjadi lemah. Rasa lelah inilah yang membuat mahasiswa sangat sulit berkonsentrasi. Sebuah studi mengatakan bahwa setelah begadang selama 36 jam, kemampuan kognitif akan menurun jauh, dapat menjadi pelupa dalam jangka waktu pendek, reaksi tubuh akan semakin lambat serta dapat mengganggu kewaspadaan.
Pada akhirnya, dengan fakta-fakta yang ada, fenomena kekurangan tidur di kalangan mahasiswa bukanlah sesuatu yang patut dinormalisasi, terutama bagi mahasiswa kedokteran yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam menjaga kesehatan. Banyaknya dampak dari kurang tidur baik secara fisiologis maupun psikologis sudah menjadi dasar yang jauh lebih dari cukup bagi mahasiswa kedokteran untuk memerhatikan kualitas dan kuantitas tidur mereka. Seorang dokter yang baik adalah seorang dokter yang memberikan contoh pada pasiennya untuk menjaga kesehatannya sendiri. Mahasiswa kedokteran haruslah bisa bertanggungjawab terhadap kesehatannya sendiri dengan cara memerhatikan kualitas serta kuantitas tidur sesuai ilmu yang mereka sudah dapatkan sendiri.
Juwita Rahmaningtyas, 2023. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H