Mohon tunggu...
Juwita
Juwita Mohon Tunggu... Human Resources - Penulis Lepas "_"

"Di antara halaman-halaman kata-kata, terdapat sebuah keajaiban yang mampu mengubah dunia. Ikuti jejak seorang penulis yang dengan pena dan imajinasinya merajut cerita-cerita yang membangkitkan emosi, menantang pemikiran, dan menginspirasi perubahan. Bersiaplah untuk membenamkan diri dalam alam pikiran yang tak terduga, di mana kata-kata menjadi pemandu menuju pemahaman yang lebih dalam tentang dunia dan diri sendiri."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membangun SDM Tanpa Stunting

4 Mei 2024   22:42 Diperbarui: 4 Mei 2024   22:46 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://banggaikep.go.id/portal/laporan-publikasi-stunting-bulan-februari-agustus-tahun-2022-di-banggai-kepulauan/

Membangun SDM Tanpa  Stunting

Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi dan perawatan yang kurang baik pada masa pertumbuhan awal, terutama pada periode serba penting dalam pertumbuhan anak, yakni 1.000 hari pertama kehidupan, mulai dari konsepsi hingga usia 2 tahun. Kondisi ini bisa mengakibatkan anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari yang seharusnya, serta berdampak negatif pada perkembangan fisik, kognitif, dan sosial anak. Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati memperjelas bahwa masalah stunting bukan semata persoalan tinggi badan, namun yang lebih buruk adalah dampaknya terhadap kualitas hidup individu akibat munculnya penyakit kronis, ketertinggalan dalam kecerdasan, dan kalah dalam persaingan. Sehingga hal tersebut bisa mempengaruhi badan dan otak anak sehingga stunting menjadi masalah yang perlu diatasi bersama.

Pada tahun 2020 statistik PBB mencatat 6,3 juta anak balita yang mengalami stunting adalah anak-anak Indonesia. Secara umu di Indonesia sendiri angka stunting di Indonesia 21,6% menurut survey yang dilakukan oleh Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022. Angka tersebut terbilang rendah atau sudah menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang dinilai lebih tinggi yaitu 24,4% tahun 2021, namun pemerintah perlu lebih serius dalam menangani masalah stunting hingga dapat mencapai penurunan yang ditargetkan yaitu sebesar 14% di tahun 2024 ini.

NTB salah satu propinsi yang mnejadi focus pemerintah karena  memiliki angka stunting yang tinggi. Presentase stunting di NTB dari tahun ke tahun (sumber: https://www.google.com/search?q=data+stunting+di+ntb+2022 ) yaitu 33,49% pada tahun 2018 berdasarkan hasil survei Riskesdas, 31,4% pada tahun 2021 berdasarkan survei SSGI, 32,7% pada tahun 2022 berdasarkan survei SSGI, dan 24,6% pada tahun 2023 berdasarkan SKI.

Beberapa ciri-ciri stunting meliputi:

1. Tinggi badan yang lebih pendek dari yang seharusnya, jika dibandingkan dengan standar   pertumbuhan anak seusianya.

2. Berat badan yang tidak sesuai dengan tinggi badan.

3. Terlambat dalam mencapai berbagai perkembangan fisik dan mental seperti kemampuan berbicara, berjalan, dan kemampuan kognitif lainnya.

4. Rentan terhadap berbagai penyakit dan infeksi karena sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Untuk membangun sumber daya manusia (SDM) tanpa stunting, langkah-langkah berikut ini bisa diambil:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun