Telah menjadi sumpah syaitan, untuk senantiasa membujuk manusia agar tergelincir dalam gelimang dosa. Beragam cara mereka tempuh, termasuk pula tak pernah menyerah untuk mencari titik kelemahan manusia. Orang miskin diperdaya agar mau mencuri, sedang yang kaya mereka pengaruhi untuk bersikap tamak dan kufur terhadap nikmat.
Oleh karenanya, menjadi PR besar bagi manusia untuk lebih waspada dan jeli dalam mengenali celah kelemahan dalam diri. Berlatih "Self Awareness" (kemampuan untuk mengenali kelemahan dan kelebihan diri), dapat menjadi salah satu solusi tepat untuk memproteksi diri dari bisikan setan (virus konsumerisme) yang datang bertubi-tubi.
3. Memiliki pengendalian dalam konsumsiÂ
Survei dari Credit Karma (Mei, 2022) menemukan hampir 40 persen milenial menghabiskan uang dan terlilit hutang demi gaya hidup dan hubungan sosial. Rata-rata pengeluaran tersebut dihabiskan demi sebuah pengalaman seperti berlibur, rela berutang demi makanan, pakaian, alat elektronik, dsb.
Belajar dari kisah nabi yusuf dalam menghadapi paceklik kita bisa memilih sikap untuk lebih mengendalikan konsumsi kita dengan berhemat. Dengan memulai menata ulang struktur anggaran kita dengan membuat peta belanja, mana yang penting dan mana yang tidak penting.Â
Sehingga kita dapat mengurangi kebiasaan berbelanja yang tidak penting, serta berhenti dan menghindari sikap-sikap konsumtif. Berhemat dapat kita lakukan dengan konsisten mencatat semua pengeluaran kita, serta teliti terhadap setiap pengeluaran kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H