Dalam teduh malam yang tak berbatas,
Ayah berdiri, teguh di batas alas.
Matanya memendam bayang rembulan,
Cahaya lembut di garis harapan.
Langkahnya berat, kisahnya senyap,
Namun sinarnya tak pernah lenyap.
Di balik lelah, ada doa terucap,
Membingkai cinta dalam harap.
Bayang purnama menari di matanya,
Seperti janji yang tak pernah sirna.
Ia menggenggam waktu dengan hening,
Menyulam mimpi tanpa tepi di dinding.
Dalam matanya, purnama tak pernah padam,
Menghangatkan jiwa, menenangkan dendam.
Bayang itu adalah kisah tanpa sela,
Mengalir lembut, selamanya menjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H