Mohon tunggu...
Juwilsi T. Rawung
Juwilsi T. Rawung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya adalah Mahasiswa yang sedang mengejar masa depan Mari kita saling berbagi inspirasi dalam karya fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Refraksi

12 September 2024   07:45 Diperbarui: 12 September 2024   07:48 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Waktu bergulir

Aku berlari di dalam air

Sesak napas tenggelam

Mendatangkan sinar padam terbenam. 

Seekor burung nampak bersedih

Kicauan tiba-tiba terdengar menjadi lingkih. 

Beruntunglah hati dan jiwa yang pulih, 

Berdoalah untuk jalan yang telah di pilih. 

Dibalik riuh tawa

Ada air mata yang tak kasat mata. 

Darah mengalir, luka terukir, hati terkilir, 

Nampak dalam spektrum yang berbeda. 

Jangan percaya pada awal

Sebab kebenaran selalu terbukti diakhir. 

Gelak tawa menggema sampai ke inti bumi, 

Namun napas masih saja tersengal. 

Aku telah membunuh banyaknya tanaman, 

Sebab terlalu banyak air yang kuberikan. 

Tuhan, Tuhan, Tuhan

Aku khawatir karena cinta, 

Menjadi salah satu hal yang membinasakan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun