Mohon tunggu...
Maria Viergula
Maria Viergula Mohon Tunggu... Foto/Videografer - God is good all time, all time God is Good "And God is able to bless you abundantly, so that in all things at all times, having all that you need, you will abound in every good work".

Yesaya 41:10 Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Kisah Perjuangan Si Kecil Exelle dengan Label Disablilitas

22 Januari 2025   09:03 Diperbarui: 22 Januari 2025   09:20 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Libatkan Profesional: Jika ada keterbatasan fisik atau kognitif yang signifikan, konsultasikan dengan terapis okupasi atau ahli gizi untuk pendekatan yang lebih spesifik.

Kondisi anak dengan autisme berat yang disertai hiperaktif memang membutuhkan perhatian khusus. Berikut adalah beberapa saran berdasarkan situasi yang dijelaskan di atas:

1. Pendekatan untuk Mengelola Perilaku

Terapi ABA (Applied Behavior Analysis): Ini adalah pendekatan terapi perilaku yang efektif untuk anak autis. Melalui metode ini, anak diajarkan keterampilan baru dan perilaku negatifnya dikurangi secara bertahap.

Identifikasi Pemicu Amukan: Catat kapan dan mengapa anak sering ngamuk. Apakah karena lapar, lelah, atau tidak bisa menyampaikan keinginannya? Jika penyebabnya teridentifikasi, akan lebih mudah mengatasi situasi.

Strategi Mengurangi Kemarahan:

Berikan tempat khusus di rumah yang tenang sebagai area menenangkan diri.

Gunakan teknik distraksi seperti menawarkan kegiatan favorit saat anak mulai terlihat gelisah.

Mengelola Perilaku Melukai Diri Sendiri: Ketika anak mulai menggigit tangannya atau melukai diri, coba alihkan perhatian dengan memberi benda empuk untuk digenggam atau digigit.

2. Aktivitas untuk Menyalurkan Energi

Rutinitas Fisik: Anak hiperaktif membutuhkan aktivitas fisik yang terstruktur, seperti berenang, berjalan-jalan, atau bermain bola di luar rumah.

Terapkan Waktu Layar Terbatas: Batasi akses ke gadget dan ganti dengan kegiatan manual seperti melukis, merakit mainan, atau bermain pasir.

Terapkan Jadwal Harian: Rutinitas yang konsisten dapat membantu anak merasa lebih aman dan terarah.

3. Mengatasi Interaksi dengan Adik atau Orang Lain

Ajarkan Empati Secara Visual: Gunakan gambar atau video yang menunjukkan cara berinteraksi dengan baik, seperti menyentuh dengan lembut.

Pengawasan Ketat: Pastikan ada pengawasan saat anak berinteraksi dengan adiknya untuk mencegah perilaku berlebihan.

Berikan Penguatan Positif: Jika anak berhasil berperilaku baik dengan adiknya, beri pujian atau hadiah kecil.

4. Bantuan Profesional

Konsultasi Psikiater Anak: Anak dengan autisme berat dan hiperaktif mungkin memerlukan evaluasi medis untuk menentukan apakah terapi tambahan atau obat diperlukan untuk membantu mengelola perilaku.

Terapis Okupasi: Terapi ini membantu anak meningkatkan keterampilan motorik dan mengelola hiperaktifnya.

Layanan Dinas Sosial: Karena sudah pernah dikonsultasikan ke Dinas Sosial Ruteng, coba tindak lanjuti kembali dengan surat resmi atau langsung menemui pihak terkait untuk mencari dukungan lebih lanjut.

5. Pendekatan Sekolah

Sekolah yang Menerima Anak dengan Kebutuhan Khusus: Jika SLB tertentu menolak karena hiperaktif, cari SLB atau sekolah inklusi lain yang memiliki program untuk anak dengan autisme dan hiperaktif. Sekolah yang memiliki staf terlatih lebih mampu menangani anak dengan kebutuhan ini.

Homeschooling: Jika pilihan sekolah terbatas, Anda bisa mempertimbangkan homeschooling dengan bimbingan ahli.

6. Dukungan untuk Orang Tua

Kelompok Dukungan Orang Tua: Bergabunglah dengan komunitas atau kelompok dukungan orang tua anak berkebutuhan khusus di sekitar Anda. Ini bisa membantu berbagi pengalaman dan solusi.

Istirahat untuk Orang Tua: Jangan lupa memberi waktu untuk diri sendiri agar tetap sehat secara fisik dan mental dalam mengurus anak.

Semoga catatan ini dapat membuka mata hati kita untuk mengambil peran masing-masing dalam membantu kesulitan ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun