Di balik keindahan bukit-bukit dan hamparan sawah hijau di Manggarai, ternyata tersimpan sejarah panjang yang menarik, misterius, dan kadang penuh kejutan. Jika Manggarai itu sebuah buku, maka setiap halamannya akan membawa kita ke zaman purba, perburuan alat batu, hingga perdagangan internasional yang melibatkan pedagang dari Turki hingga Minangkabau. Serius, Manggarai punya semuanya!
Manusia Purba di Liang Bua: Awal Cerita
Bayangkan sekitar puluhan ribu tahun lalu, di Liang Bua, sekelompok manusia purba sedang menikmati sore mereka. Mungkin sedang mengasah alat batu atau memecahkan kerang untuk makan malam. Lalu tiba-tiba kita menyebut mereka Homo floresiensis---atau lebih dikenal sebagai "hobbit" Flores. Ya, fosil manusia kerdil yang ditemukan di Liang Bua pada tahun 2004 itu telah membuat para ilmuwan dari seluruh dunia garuk-garuk kepala.
"Bagaimana mungkin manusia bisa sekecil ini?" tanya salah satu peneliti sambil membandingkan fosil itu dengan botol air mineral. Namun, mereka juga setuju bahwa hobbit ini cerdas. Mereka tahu cara bertahan hidup di gua-gua Manggarai dengan alat-alat sederhana yang mereka buat. Jadi, jangan pernah meremehkan ukuran tubuh mereka!
Gua-gua seperti Liang Bua, Liang Panas, dan Liang Momer menyimpan bukti kehidupan purba. Alat-alat batu yang ditemukan menunjukkan bahwa manusia di sini pernah hidup dengan cara sederhana namun efisien. Bayangkan mereka bertahan hidup hanya dengan alat yang sekarang mungkin dianggap tidak lebih berguna dari pisau plastik.
Namun, seiring berjalannya waktu, mereka punah---seperti kisah cinta yang tak kesampaian. Entah karena perubahan iklim, persaingan dengan manusia modern, atau mungkin bosan tinggal di gua, mereka menghilang begitu saja.
Datangnya Para Pendatang:Â Dari Sumba Hingga Turki
Berlanjut ke ribuan tahun kemudian, Manggarai mulai ramai dengan pendatang. Mulai dari orang Sumba, Melayu, Sulawesi Selatan, Bima, hingga pedagang Turki. Serius, orang Turki? Ya, ada cerita menarik tentang Wangsa Kuleng yang konon katanya keturunan pedagang Turki. Mereka ini bukan sembarang pedagang, melainkan ahli logam! Kalau zaman sekarang, mungkin mereka adalah tukang bikin perhiasan mewah.
Pendatang dari Sumba juga tak kalah seru. Mereka membangun Adak Bajo di Tangge dan dikenal sebagai pelaut ulung. Kalau diibaratkan, mereka adalah "driver ojol" laut zaman dulu, mengantar barang dan orang ke mana-mana.
Dari Sulawesi Selatan, datanglah migran akibat konflik politik di Kerajaan Goa. Mereka seperti "kaum rebahan" yang mencari tempat lebih damai dan akhirnya menetap di Manggarai. Sedangkan orang Bima datang dengan gaya kerajaan, membawa pengaruh politik di wilayah utara seperti Reok dan Labuan Bajo.