Suatu hari, di hari Sabat yang damai, Yesus lagi chill di salah satu sinagoga. Beliau duduk santai sambil melihat orang-orang datang dan pergi. Tiba-tiba, pandangan-Nya tertuju pada seorang perempuan tua yang jalannya seperti huruf L terbalik. Namanya nggak dicatat, tapi kita sebut saja dia Bibi Dina. Sudah 18 tahun, Bibi Dina hidup dengan punggung yang bungkuk. Bukan karena osteoporosis, tapi karena roh jahat yang bikin dia nggak bisa berdiri tegak. Coba bayangin, 18 tahun! Itu sama kayak hidup dari bayi sampai lulus SMA, loh!
Nah, Bibi Dina nggak minta apa-apa, nggak teriak-teriak minta disembuhkan. Mungkin dia udah pasrah sama nasib. Tapi Yesus, Sang Guru yang penuh belas kasih itu, memandangnya dengan senyum khas-Nya. Lalu Dia memanggil, "Bibi, sini deh!"
Bibi Dina agak bengong. "Saya, Tuhan?"
"Iya, kamu, yang kayak perosotan itu," Yesus menjawab santai.
Dengan susah payah, Bibi Dina mendekat. Orang-orang di sinagoga mulai berbisik-bisik. Ada yang penasaran, ada yang mikir, "Ini Yesus mau ngapain lagi, sih?"
Begitu Bibi Dina sudah di depan-Nya, Yesus berkata dengan lembut, "Bibi, kamu sudah bebas dari penyakitmu."
Lalu Dia meletakkan tangan-Nya di atas kepala Bibi Dina. Dan dalam sekejap, voil! Punggung yang tadinya bungkuk langsung tegak seperti tiang bendera di hari kemerdekaan!
Bibi Dina langsung berdiri lurus, mengangkat tangan, dan memuji Tuhan dengan semangat seperti supporter bola yang timnya baru menang final. Orang-orang di sinagoga terkejut. "Wah, ini sih mukjizat kelas dunia!" kata mereka sambil tepuk tangan.
Tapi, tunggu dulu. Ada satu orang yang nggak ikut happy-happy. Kepala sinagoga. Dengan wajah kecut kayak habis makan jeruk asem, dia maju dan ngomel, "Eh, Yesus! Hari ini kan Sabat. Lu tahu nggak sih aturan? Mau nyembuhin, ya jangan hari ini dong. Kan ada enam hari lain buat kerja!"
Yesus, yang selalu tenang tapi savage, langsung balas, "Bro, denger ya. Kalau sapi atau keledaimu butuh minum di hari Sabat, kamu pasti lepasin dan kasih minum, kan? Nah, masa perempuan ini, yang udah 18 tahun diikat setan, nggak boleh dibebasin di hari Sabat? Logikanya di mana?"
Orang-orang langsung mic drop moment. Kepala sinagoga cuma bisa diem, sementara yang lain bersorak-sorai. Mereka sadar bahwa hari Sabat itu bukan cuma soal aturan kaku, tapi soal merayakan kasih Allah yang membebaskan.
Bibi Dina pulang dengan senyum lebar dan punggung tegak. Mungkin tetangganya kaget, "Eh, ini Bibi Dina beneran? Kok jadi kayak model catwalk?" Dan Yesus? Dia melanjutkan perjalanan-Nya, mengingatkan kita semua bahwa kasih dan penyembuhan itu nggak kenal waktu.
Amanat Teologis:
Mukjizat ini bukan cuma soal menyembuhkan tubuh, tapi juga membebaskan manusia dari belenggu dosa dan penderitaan. Yesus menunjukkan bahwa Sabat adalah waktu untuk memuliakan Allah dengan kasih, bukan sekadar mengikuti aturan tanpa hati. Dan, hey, ingatlah, Allah itu Maha Kasih, bahkan pada hari istirahat-Nya!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI