Mohon tunggu...
Juven
Juven Mohon Tunggu... Editor - Do better for the best Quality

Musafir sejati meninggalkan jejak yang mengesankan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Salah Bunda Mengandung, tapi Mungkin apa ya?

22 Juni 2020   23:24 Diperbarui: 4 Juli 2020   13:39 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matanya berkaca-kaca, Kornelia Nuria (36) ibu muda dari dua orang putranya yang masih kecil dengan memelas dia bertutur. "toe danga toko le wie, gega keta naig', am ponggal kaut le balok eta main eme toko temo bail".

 (Tidur tidak pernah lelap karena cemas jika balok sewaktu-waktu jatuh menimpa kami).

Tiupan angin kencang yang sesekali menggetarkan seisi rumahnya yang terletak di dusun Nangka desa Bulan Manggari, jln. Trans Flores Labuan Bajo Ruteng. Bagaikan teriakkan jiwanya yang seolah memberontak terhadap Maria Gamus (84) ibu kandungnya yang sedang ditampung di Rumah Kasih Katong Nai Labuan Bajo.

Dengan lirih dia berujar, "de mori, ampong koe ndekok dami kut gelang celan mose daat ho'o".  

(Ya Tuhan ampunilah dosa kami biar lekas berlalulah kepahitan hidup ini.

https://youtu.be/kmT4zaIPLNA

Dalam kesempatan lainnya ia sering bergumam "mat kut sengsara nenggo kaut loas gaku one lino hoo li ende",

(mungkinkah ibuku melahirkan aku hanya untuk hidup sengsara?)

Menurut keterangan seorang mantan Rt setempat Bpk. Isidorus Timo, "rumah ini pernah mendapatkan bantuan dari Desa tahun 2009 berupa pengecoran Lantai dengan biaya kurang lebih lima juta rupiah".

Pengakuan tetangganya Bpk. Domi dan Adol (Sabtu, 20/06/20)  bahwa "Neli pernah menerima bantuan berupa terpal dan beberapa potong pakaian dari pemerintah". Hal ini diakui oleh Neli.

Mengingat bantuan rumah layak huni yang diprogramkan oleh pemerintah hanya berupa stimulan. Sangat tidak mungkin bagi janda ini untuk membiayai renovasi rumahnya.

Status rumah dan  tanah yang ditempatinya bukan hak warisannya semakin kecil peluang bagi ibu Neli yang penghasilannya habis hanya untuk makan untuk mendapatkan bantuan.

Banyak orang yang simpati dengan kondisi yang dialami oleh Neli, panggilan akrab ibu Kornelia Nuria.

Dua orang anaknya Eman (11) dan Evan (7) sering dititip di tetangga sekitarnya, jika Neli pergi kerja ke daerah lain untuk menafkahi mereka. 

"Nana eme ngo bana aku jera roeng so toko one mbaru data, rantang renco mbaru, eme cee aku itupong toko ce mbaru".

(Mas, jika saya pergi kerja di tempat lain, mereka saya suruh tidur di rumah orang lain, kecuali saya ada di sini baru kami tidur di rumah ini).

Dampak pandemi Covid-19 ini semakin memperparah ekonominya yang hanya mengandalkan penghasilan sebagai buruh tani dua puluh lima ribuh rupiah sampai dengan tiga puluh ribu. Itupun jika ada yang membutuhkan tenaga hariannya.

Atas inisiatif beberapa tokoh masyarakat digagaslah sebuah program bedah (renovasi) rumah.

Sumber pendanaanya digalang dari berbagai pihak yang merasa tergerak hatinya untuk ikut meringankan penderitaan Kornelia Nuria bersama Eman dan Evan kedua anaknya. 

Tulisan kecil ini sekedar ajakan moral bagi kita semua untuk memulai sesuatu yang bernilai menyongsong New Normal yang telah ditetapkan pemerintah. 

Apapun bentuk kepedulian para donatur, kami sangat menghargainya dan dengan penuh rasa syukur diucapkan terima kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun